Sukses

Habib Ja’far Al-Hadar Bahas Kemuliaan Malam Lailatul Qadar bagi Umat Muslim dalam Podcast Noice

Habib Ja’far Al-Hadar menjadi pembaca acara konten podcast ‘Berbeda Tapi Bersama’.

 

Liputan6.com, Jakarta Selain konten-konten podcast bergenre komedi yang banyak diminati oleh para pendengar aplikasi konten audio lokal Noice, konten religi juga memiliki banyak penggemar. Salah satu konten podcast religi favorit yang juga berada pada top chart konten di Noice adalah ‘Berbeda Tapi Bersama’ yang dibawakan oleh Habib Ja’far Al-Hadar.

Podcast ‘Berbeda Tapi Bersama’ membahas segala aspek kehidupan lewat kacamata Habib Ja’far yang melihat perbedaan menjadi sebuah hal yang positif karena kita hidup bersama dan berdampingan.

Dalam tiap episode podcast ‘Berbeda Tapi Bersama’, Habib Ja’far, menghadirkan berbagai narasumber dari beragam latar belakang yang berbeda, baik agama maupun kepercayaan.

Hal ini membuat podcast ini sangat menarik karena membahas suatu isu berdasarkan opini dan perspektif yang berbeda. Di bulan Ramadan tahun ini, podcast ini mengangkat segmen spesial bertajuk HABDAN atau ‘Habib Ramadan’ yang mengangkat segala topik yang sering ditanyakan seputar bulan suci Ramadan khususnya dari kalangan non-muslim.

Pada episode ke-48 bertajuk “Kemuliaan Malam Lailatul Qadar dan Natal”, Habib Ja’far mengundang Pastor Romo Andreas Subekti, untuk membahas semua hal yang berbeda dan serupa antara agama Islam dan Katolik.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Lailatul Qadar

Episode kali ini mengulik lebih dalam mengenai Malam Lailatul Qadar dan Hari Natal, tentang bagaimana kesucian antara momen penting dari dua agama ini.

"Lewat podcast ini, kita mau membangun kebersamaan di tengah perbedaan yang ada serta memberikan makna tersendiri dari cerita seputar agama Islam dan membantu non-muslim memahami indahnya religi Islam," ujar Habib Ja’far Al-Hadar, pendakwah Islam sekaligus podcaster dari Noice Original “Berbeda tapi Bersama”.

Dalam episode tersebut, Habib Ja’far juga membahas kesamaan dari kedua agama, Islam dan Katolik ketika mempersiapkan Hari Raya. Misalnya hari-hari sebelum malam Lailatul Qadar, semua umat Muslim harus berpuasa. Dan pada saat yang sama, umat Katolik juga melakukan hal serupa yakni berpuasa 40 hari sebelum Paskah.

 

3 dari 4 halaman

Menahan Nafsu

Pendeta Romo juga menjelaskan bahwa di dalam agama Katolik, ada pula ajaran untuk menahan nafsu, terutama untuk tidak mengkonsumsi apa yang disukai dari mulai makanan favorit sampai tontonan kesukaan.

"Dari situ kita bisa melihat bahwa ‘berpuasa’ dari dua religi, Islam dan Katolik pada praktiknya dilakukan secara berbeda tetapi tetap mempunyai makna yang sama. Dalam Islam ada istilah ‘sedekah terbaik adalah barang yang paling kamu cintai’ maka hal tersebut sangatlah relevan karena kita bukan mengorbankan suatu barang tapi rasa cinta terhadap barang tersebut. Hal inilah yang juga tergambar dari makna berpuasa, yakni untuk menahan hawa nafsu dan khilaf, sebagai pengorbanan kita kepada Allah atas segala hal yang telah Ia lakukan untuk kita," ujar Habib Ja’far.

Selanjutnya, Habib Ja’far menjelaskan mengenai Malam Lailatul Qadar yang merupakan malam yang istimewa dalam ajaran agama Islam karena di hari itu, Al-Qur'an diturunkan dari langit. Selain itu, di malam yg penuh dengan berkah itu, roh dan malaikat juga diturunkan dari langit dan bumi.

 

4 dari 4 halaman

Makna

Karena itu, malam Lailatul Qadar menjadi Hari Raya-nya malaikat. Di sisi lain, Romo juga menjelaskan bahwa Natal juga mempunyai makna yang dalam dan menjadi malam yang sangat istimewa sama hal nya dengan Malam Lailatul Qadar.

"Siapa yang berpuasa di bulan Ramadan, Allah ampuni dosanya setahun ke belakang dan setahun kedepan. Bulan suci ini mempunyai banyak kemuliaan dari mulai momen bagi kita membersihkan hati hingga diampuninya semua dosa-dosa dan khilaf kita oleh Allah," ujar Habib Ja’far ketika ia menjelaskan kepada Romo tentang makna bulan Ramadan.

Romo juga menambahkan keistimewaan yang juga ia rasakan di malam Paskah, yakni ketika Tuhan bangkit dari kematian, umat akan diampuni dosanya pada hari itu dan menjadi momen untuk membersihkan hati. Secara teologi, Yesus wafat untuk menebus dosa manusia dan di saat Hari Raya Paskah, kita harus mengucap syukur atas pengorbanan tersebut. Dari hal ini, kita bisa melihat adanya kesamaan dalam dua agama yang berbeda.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.