Sukses

Lola Amaria Anggap Film Pesantren jadi Media Dakwah, Gelar Nonton Bareng di Pondok Sebelum Tayang di Bioskop

Lola Amaria menilai film Pesantren mengangkat cerita kehidupan para santri yang mondok.

Liputan6.com, Tasikmalaya Film Pesantren dijadwalkan tayang pada 26 Mei 2022 di jaringan bioskop XXI. Sebelum tayang, film garapan sutradara Shalahuddin Siregar ini melakukan road show di beberapa pesantren di Pulau Jawa.

Lola Amaria yang ikut membantu promo film Pesantren memberikan alasan khusus kenapa harus melakukan promo. Apalagi, promo tersebut dilakukan dengan melakukan nonton bareng dengan para santri.

"Sebenarnya film ini sudah ada jadwal tayang pada April 2020. Namun dengan adanya pandemi, akhirnya kan disetop. Setelah dua tahun ada kabar baik soal penayangan filmnya," ujar Lola Amaria usai melakukan promo di Pondok Pesantren Al Furqon, Singaparna, Tasikmalaya, Jawa Barat, baru-baru ini.

Lola Amaria memang mengusungkan kepada sutradara untuk melakukan nonton bareng. Bagi Lola, film Pesantren sangat bagus ceritanya, sehingga harus ditonton banyak orang.

"Akhirnya saya tawarkan ke Udin, bagimana kalau kita roadshow sebelum masuk bioskop. Akhirnya bikin proposal dan masuk ke pesantren. Saya sendiri sudah tidak terlibat apa-apa di film ini. Saya dipercayakan untuk bisa mendistribusikan untuk road show, filmnya bagus, dan saya merasa harus ada banyak yang menontonton film ini," ujar Lola Amaria.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Angkat Cerita

Cerita dalam film Pesantren ini memang mengangkat cerita kehidupan para santri yang mondok. Namun, Lola Amaria mengelak bila dirinya memanfaatkan kisah dalam pesantren untuk komersial.

"Setelah jalan dari pesantren, banyak hal menarik, dan menurut saya film bagian dari dakwah," ujar Lola Amaria.

Sementara itu, sutradara sekaligus produser film Pesantren, Shalahuddin Siregar mengaku ide membuat film ini karena dirinya merasa tertarik mengangkat kisah dalam sebuah pesantren.

"Jadi film dokumenter pertama gue itu judulnya Negeri di Atas Awan. Ceritanya tentang anak yang pengin sekolah, tapi tak mampu, akhirnya dikirim ke pesantren. Makanya menarik buat saya mengangkat kisah dalam sebuah pesantren," ujar pria yang akrab disapa Udin itu.

 

3 dari 4 halaman

Latar Belakang

Bagi Udin, dirinya mengaku tidak memiliki latar belakang agama dalam membuat film ini. Dirinya hanya ingin mengangkat cerita yang belum banyak orang tahu soal kehidupan dalam pesantren.

"Kalau saya kan tergantung dengan stigma, saya juga nggak religius, kalau ada yang bilang film agama, saya juga nggak ada basic. Setelah dibikin filmnya jauh dari anggapan banyak orang yang belum tahu," ujar Udin.

 

4 dari 4 halaman

Pesantren Tradisional

Udin juga ingin menceritakan bahwa pesantren tradisional merupakan piliha ketika ada keluarga yang tidak mampu menyekolahkan anak-anaknya.

"Untuk kalangan menengah ke bawah pesantren tradisional merupakan pilihan ya. Kalau santrinya miskin dan nggak punya uang tinggal datang ke kyai, nanti ada caranya bisa didiskusikan," ujar Udin.

Film Pesantren telah melakukan beberapa kali roadshow di beberapa kota antara lain di Cirebon, Tasikmalaya, Garut dan beberapa kota lainnya.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.