Sukses

Cita-Cita Mulia Mendiang Novia Widyasari Rahayu, Ingin Jadi Guru yang Menghargai Anak Didik

Mendiang Nova Widyasari merasa alasan di balik cita-citanya ini klise dan melankolis.

Liputan6.com, Jakarta Selama beberapa hari terakhir, kisah hidup Novia Widyasari menjadi topik terhangat yang dibicarakan publik Indonesia. Dalam unggahannya di platform Quora sepanjang tahun ini, ia mengungkap luka hatinya yang menganga.

Wanita 23 tahun ini dipaksa menggugurkan kandungannya, yang dalam sebuah utas sahabatnya disebut sebagai hasil perkosaan. Ia juga mengaku mendapat tekanan dari keluarga dan juga pihak kekasihnya, Bripda Randy Bagus.

Tak tahan, akhirnya wanita bernama lengkap Novie Widyasari Rahayu ini mengambil langkah drastis.

Semasa hidup, Novia sebenarnya memendam sebuah cita-cita mulia. Mahasiswi Universitas Brawijaya Malang ini pernah mengungkap keinginan untuk menjadi guru.

 

Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Alasan Melankolis

Hal ini diungkapnya sebagai reaksi atas pertanyaan "Mengapa orang-orang masih memilih jurusan kuliah pendidikan? Bukankah menjadi guru gajinya kecil?"

"Alasannya cukup melankolis, saat itu saya adalah gadis umur 17 tahun lulusan SMK jurusan Akuntansi," kata mahasiswi jurusan Pendidikan Bahasa Inggris ini, dalam unggahan setahun lalu.

3 dari 5 halaman

Ingin Mengubah Dunia Mereka

Kala itu, ia melihat wajah pendidikan yang menurutnya kurang ramah. Mulai dari temannya yang dikeluarkan dari kelas saat ujian karena tak mampu bayar SPP, murid bandel yang dipermalukan, dan siswa yang kurang pandai dihukum di depan kelas.

"Ya, saya ingin mengubahnya. Saya tidak ingin mengubah dunia, tapi setidaknya saya ingin mengubah dunia mereka," tulis Novia.

4 dari 5 halaman

Sedih Melihat Perlakuan yang Diterima

"Seseorang anak yg tidak bertanggung jawab dengan uang spp, uang buku lalu dia dikeluarkan dari kelas. Apakah itu adil? Bukankah itu akan menyakiti perasaan mereka? Lalu beberapa yg lain dari mereka menjauhi yg tidak mampu membeli buku karena keterbatasan ekonomi. Saya selalu sedih ketika melihat ada teman saya yg seperti itu," tulisnya. 

5 dari 5 halaman

Jangan Potong Hak Murid

Ia juga menyayangkan keputusan guru yang mengeluarkan murid yang berkelakuan kurang baik saat pelajaran.

Novia menulis, "...padahal bukankah usia remaja adalah usia minim empati. Apakah mengeluarkan siswa dari kelas membuat dia berubah dan pandai? Berikan nasehat dan sanksi tapi jangan memotong haknya yaitu mendapat materi yang sama."

"Semuanya terdengar klise sekali. Tapi beginilah alasan saya," tuturnya. 

Unggahan ini ditutup dengan fotonya yang berpose memegang payung, menatap kamera dengan senyum kecil. Foto ini, rupanya diambil satu jam sebelum ujian Micro Teaching.

Beristirahatlah dengan tenang, Novia. 

 

Simak juga informasi berikut ini:

KONTAK BANTUAN

Bunuh diri bukan jawaban apalagi solusi dari semua permasalahan hidup yang seringkali menghimpit. Bila Anda, teman, saudara, atau keluarga yang Anda kenal sedang mengalami masa sulit, dilanda depresi dan merasakan dorongan untuk bunuh diri, sangat disarankan menghubungi dokter kesehatan jiwa di fasilitas kesehatan (Puskesmas atau Rumah Sakit) terdekat.

Bisa juga mengunduh aplikasi Sahabatku: https://play.google.com/store/apps/details?id=com.tldigital.sahabatku

Atau hubungi Call Center 24 jam Halo Kemenkes 1500-567 yang melayani berbagai pengaduan, permintaan, dan saran masyarakat.

Anda juga bisa mengirim pesan singkat ke 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat surat elektronik (surel) kontak@kemkes.go.id.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.