Sukses

Mendapat Kritik Meromantisasi Novel, Film Lolita 1997 Menimbulkan Kesalahpahaman

Film Lolita 1997 adalah adaptasi kedua dari seubah novel, namun film ini menimbulkan kesalahpahaman karena mengubah tragedi menjadi kisah cinta yang romantis

Liputan6.com, Jakarta - Film Lolita 1997 adalah adaptasi film kedua oleh Adrian Lyne, sedangkan yang pertama di adaptasi pada 1962 oleh Stanley Kubrick. Cerita yang diterbitkan dalam novel pada tahun 1955 ditulis oleh, Humbert Humbert.

Dilansir The Daily Estern News, Senin (11/10/2021), Humbert adalah seorang akademisi yang tinggal bersama keluarga Haze, yang hanya terdiri dari seorang ibu dan seorang putri. Dia memalsukan kedekatan dengan ibunya agar tetap bertemu dengan putrinya, Dolores Haze yang dijuliko sebagai Lolita dalam cerita tersebut.

Sang ibu telah mengetahui perasaan Humbert pada putrinya karena membaca buku hariannya, sebelum ibunya tewas dalam kecelakaan mobil. Humbert kemudian mengambil kesempatan untuk membawa Lolita dari rumah dan mereka melakukan perjalanan melintasi negeri.

Dalam cerita ini, Humbert menggambarkan Lolita sebagai sosok yang mengagumkan, sehingga dapat mengalihkan fakta bahwa Lolita adalah seorang gadis kecil. Humbert terlihat seperti dia sedang jatuh cinta, namun ternyata bukan, itu hanyalah obsesinya pada Lolita.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Menimbulkan Kontroversi

Dalam novel, alur cerita ini dibuat sebagai manipulator yang meyakinkan penonton bahwa Humbert tidak bersalah. Dia menolak untuk menganggap dirinya seorang kriminal kecuali dalam kasus-kasus untuk mendapatkan simpati, sehingga ia menyebut dirinya sebagai seorang penyair.

Setelah novel Lolita di adaptasi menjadi film, cerita ini mendapat banyak kritik karena berpotensi meromantisasi novel. Ada juga isu membuat film dari sudut pandang laki-laki, di mana Lolita digambarkan sebagai penggoda. Hal ini sama seperti masalah dengan film lain yang menggambarkan gadis-gadis muda penggoda, seperti film serupa "American Beauty".

Tidak semua pengamat film akan bersikap kritis ketika mereka menonton film, namun tidak juga menerimanya begitu saja. Banyak spekulasi yang menganggap bahwa cerita Lolita lebih cocok jika dibuat ulang sebagai film horor, seperti mengubah sudut pandang dari Lolita, yang menunjukkan suara batinnya selama masa-masa sulit dalam hidupnya ini.

Ending cerita dalam film Lolita 1997 maupun 1962 pun cocok dengan film horor, karena Humbert di penjara dan meninggal karena serangan jantung. Sedangkan Lolita meninggal saat melahirkan ketika ia masih remaja. Sebab itulah cerita ini tidak dianggap sebagai kisah cinta romantis, melainkan tragedi.

Penulis: Vania Dinda Marella

3 dari 3 halaman

Infografis Perfilman Indonesia

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.