Sukses

Resensi Film La Famille Belier: Kebesaran Cinta Keluarga Bisu Tuli, Adegan Akhir Bikin Nangis

Anda yang lagi di rumah saja dan punya waktu luang, coba tonton lagi La Famille Belier alias The Belier Family. Kocak sekaligus haru.

Liputan6.com, Jakarta Sebagian masyarakat masih beraktivitas atau bekerja di rumah. Waktu senggang bisa diisi bareng keluarga atau menonton film. La Famille Belier atau The Belier Family rilisan tahun 2014 layak ditonton ulang.

Jangan terkecoh dengan judulnya yang memuat unsur keluarga, karena karya sineas Eric Lartigau ini membuat sejumlah dialog untuk dewasa. Meski demikian, film ini hangat dan layak disanjung.

Siapa sangka pula, La Famille Belier yang diawal tampak ugal-ugalan menyisakan adegan puncak (persis di akhir film) penguras air mata. Berikut resensi film La Famille Belier. Selamat menyimak.

 

**Ibadah Ramadan makin khusyuk dengan ayat-ayat ini.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 7 halaman

Paula Mengenal Gabriel

Paula (Louane Emera) dibesarkan di lingkungan tani dan peternakan. Kedua orangtuanya, Rodolphe Belier (Francois Damien) dan Gigi (Karin Viard), tuli sekaligus bisu. Adik laki-lakinya, Quentin (Luca Gelberg) mengalami nasib serupa. Di sekolah, Paula bergaul karib dengan Mathilde (Roxane Duran).

Suatu hari, ada audisi paduan suara yang menuntut peserta pamer vokal di depan guru, Pak Thomasson (Eric Elmosnino). Mathilde ditolak karena suaranya dianggap bencana. Namun Paula diterima dengan alasan punya alto bagus.

Di kelas itu, Paula mengenal Gabriel (Ilian Bergala) yang tampan juga pendiam. Dirasa punya vokal harmonis, Thomasson menjodohkan mereka di lagu “Aku Akan Mencintaimu.” Thomasson juga mengabarkan ada audisi vokal di Prancis.

3 dari 7 halaman

Keyakinan Seorang Guru

Sang guru yakin jika Paula ikut, kans untuk menang membesar. Saat rencana ini disampaikan Paula ke keluarga, Rodolphe dan Gigi menolak. Apalagi, Rodolphe tengah mencalonkan diri sebagai Wali Kota Lassay. Jika menang, ia mencetak sejarah sebagai pemimpin bisu tuli di sana.

Kegeniusan film ini terletak pada ide menempatkan remaja dengan bakat menyanyi di lingkungan keluarga yang tak bisa mendengar maupun bicara. Susah untuk meyakinkan orangtua bisu tuli bahwa putrinya pintar nyanyi.

Silang pendapat yang berujung pada aksi mendiamkan anak terasa dramatis. Yang menarik Eric Lartegau tak menempatkan orangtua di garis antagonis. Gigi rupanya masih mengganggap putrinya yang beranjak dewasa sebagai bayi.

4 dari 7 halaman

Presentasi Keresahan Tanpa Suara

Sementara Rodolphe khawatir apa jadinya jika Paula pergi? Siapa yang bisa menerjemahkan maksud mereka saat transaksi di pasar? Konflik psikologis ini diurai dengan beragam ekspresi.

Francois Damiens dan Karin Viard mempresentasikan keresahan ditinggal Paula dengan sangat apik, dari emosi yang tumpah di meja makan hingga pillow talk dengan ujung saling tuding.

Konflik keluarga ini diseimbangkan dengan pertemanan Paula-Mathilde yang unik dan gemasnya cinta pertama. Fokus Eric tampaknya pada interaksi antarkarakter dan alur cerita. Maka tak ada yang istimewa dari aspek teknis seperti sinematografi, editing, maupun artistik.

 

5 dari 7 halaman

Hidangan Penutup Bikin Mewek

Sepanjang film, akting dan penuturan menjadi daya tarik kunci. Kita bisa menebak dengan mudah ke mana muara cerita berbasis keluarga macam ini. Yang tak disangka, kepintaran Eric menyimpan “hidangan penutup” berupa adegan mengejar waktu dan suasana di ruang audisi.

Paula, gadis penuh impian itu, menyanyikan lagu “Aku Terbang” dari hati terdalam dengan iringan piano. Ayah, ibu, dan adiknya menyimak dari kursi audiens di tribun.

Orangtuaku tersayang, aku pergi…

Aku menyayangi kalian tapi aku pergi,

Malam ini anak kalian tidak ada,

Aku bukan lari melainkan terbang...

 

6 dari 7 halaman

Yang Bikin Hati Remuk

Orangtua dan adik tak memahami yang dilantun Paula. Namun, kontak mata mereka menandakan kepercayaan soal apapun keputusan yang diambil Paula adalah kebaikan.

Yang bikin hati remuk, saat Paula memutuskan menyanyi sambil menggunakan bahasa isyarat. Ambyar sudah hati penonton. Mata ayah dan ibu Paula berkaca. Saat selesai bernyanyi, mereka berdiri dan berteriak “Bravo, bravo!” meski tak jelas pelafalanannya.

Sungguh, adegan ini tak disangka-sangka menguras hati dan air mata. Masih ada satu adegan lagi yang sebaiknya Anda saksikan sendiri. Sebuah babak pamungkas yang melegakan dan membawa kita pada pemahaman klasik, keluarga adalah segalanya.

 

7 dari 7 halaman

Simfoni Audiovisual yang Indah

La Famille Belier adalah simfoni audiovisual yang indah. Ia konsisten menuturkan topik. Cerita samping yang mengiringi memperkuat fondasi utama. Akting para pemainnya berada di level prima dan melenakan.

Film ini akan dibuat ulang oleh Apple TV dengan biaya produksi 25 juta dolar AS. Sembari menanti versi anyarnya dibuat, Anda bisa saksikan secara legal La Famille Belier di aplikasi Klik Film atau menyambangi situs resminya.

 

 

Pemain: Louane Emera, Ilian Bergala, Francois Damiens, Karin Viard, Luca Gelberg, Eric Elmosnino, Roxane Duran

Produser: Philippe Rousselet, Eric Jehelmann, Stephanie Bermann

Sutradara: Eric Lartegau

Penulis: Victoria Bedos, Thomas Bidegain, Stanislas Carre de Malberg, Eric Latergau

Produksi: Mars Films, France 2 Cinema

Durasi: 1 jam, 45 menit

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.