Sukses

Ashanty Takut Vaksin Covid-19, Dokter Tirta Ingatkan 3 Hal Ini

Ashanty mengaku takut vaksin Covid-19 yang tengah didistribusikan Pemerintah Indonesia secara bertahap mulai Januari 2021.

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah Indonesia mendistribusikan vaksin Covid-19 secara bertahap mulai Januari 2021. Keputusan ini ditanggapi beragam oleh sejumlah pihak termasuk para artis. Salah satunya, Ashanty.

Nyonya Anang Hermansyah bukan antivaksin. Sejujurnya, ia takut dengan vaksin Covid-19 yang disuntikkan dalam dua tahap. Apalagi banyak pemberitaan simpang siur soal mereka yang telah divaksin.

“Ini sekarang jadi polemik banget gara-gara vaksin. Jujur aku salah satu orang yang bukan enggak mau, tapi takut banget divaksin,” aku Ashanty merespons vaksin Sinovac yang disebar di Indonesia.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Sempat Menentang

Pelantun “Jodohku” dan “Dulu” menyampaikan ini via video “Tanggapan dr. Tirta Mengenai Vaksin yang Sempat Viral” di kanal YouTube The Hermansyah A6, Sabtu (23/1/2021).

“Begitu ada vaksin, dokter orang pertama yang langsung mengokekan vaksin buat menanggulangi Covid-19 atau mericek dulu dan sempat menentang dulu,” Ashanty menanyai dokter Tirta.

3 dari 5 halaman

Pastikan Keamanan

Juli 2020, Tirta termasuk salah satu menentang ide Pemerintah Indonesia membeli sejumlah merek vaksin termasuk Sinovac mengingat kala itu belum ada uji klinisnya.

“Dalam sesuatu entah itu obat, vaksin, harus keluar uji klinisnya, penelitian. Kalau mau dibeli harus pastikan keamanannya dulu,” urai dokter bernama lengkap Tirta Mandira Hudhi.

 

4 dari 5 halaman

Uji Klinis Sudah Keluar

Setelahnya, Tirta berubah pikiran. Ia pun memahami keresahan sejumlah pihak terkait pemberitaan vaksin. Apalagi beredar kabar sejumlah orang yang telah divaksin positif Covid-19.

Tirta mengingatkan Ashanty tiga hal penting terkait vaksin Covid-19. “(Pertama) saya mendukung itu ketika hasil uji klinis sudah keluar. Bahwa ternyata Sinovac ini uji klinisnya di tiga negara efikasinya bagus, 65,3 persen,” katanya. 

5 dari 5 halaman

Safety Issue

“Yang kedua, safety issue-nya bagus. QP level 3-nya kalau Sinovac itu 0,1 persen sampai satu. Dia isinya virus in-active RNA. Jadi virus mati, aman,” urai Tirta lalu membahas masa uji klinis yang singkat.

“(Ketiga) uji klinis waktu singkat karena teknologi. Dalam artian darurat. Yang didapat itu adalah emergency use authorization (penggunaan izin darurat), itu bisa. Jadi bantahan saya semua dijelaskan teman-teman BPOM dan peneliti,” pungkasnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.