Sukses

Curahan Hati Pelaku Industri Hiburan Tanah Air di Era New Normal

Industri hiburan di Tanah Air masih belum bergerak di masa pandemi Corona Covid-19.

Liputan6.com, Jakarta Industri hiburan Tanah Air menjadi salah satu yang masih terdampak hebat akibat pandemi Corona (Covid-19). Bioskop, panggung dan pentas musik, pariwisata, hiburan malam adalah beberapa jenis industri dan jasa yang belum mendapatkan lampu hijau dari Pemprov DKI. Apalagi Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSB) Transisi di DKI Jakarta dan Tangerang Raya diperpanjang lagi hingga September 2020. 

Hal inilah yang kemudian menjadi pertanyaan dan kekhawatiran dari pelaku industri hiburan di Tanah Air. Salah satunya adalah Ketua Gabungan Pengusaha Bioskop Seluruh Indonesia (GPBSI), Djonny Sjaffrudin.

"Dunia hiburan tidur? Saya rasa malah tengah pingsan. Di ranah film, ada 110 film nasional dan puluhan film asing yang belum tayang di tahun ini lantaran belum kunjung dibukanya bioskop dalam masa PSBB Transisi ini," ujar Djonny Sjaffrudin saat berbicara dalam diskusi bertajuk 'Recovery Industri Hiburan di Era New Normal' yang digelar PWI Jaya Seksi Musik Film dan Lifestyle di Jambuluwuk Resort, Bogor, Sabtu (22/8/2020). 

Djonny melanjutkan, presepsi yang salah ketika menempatkan bioskop sebagai salah satu tempat yang rentan akan penularan virus Covid-19.

"Berdasarkan sebuah penelitian di beberapa negara yang membolehkan bioskop dibuka seperti di Jerman, Inggris, dan Singapura, ternyata persentase penularan di bioskop itu cuma 0,3 persen,” terang Djonny.

Dirinya pun mendesak Pemprov DKI Jakarta sebagai pemangku kebijakan segera mempertimbangkan pembukaan bioskop.

"75 persen daerah lain di Indonesia sudah memberi izin. Kendari dan Makassar contohnya, sudah sebulan ini jalan, dan nggak ada masalah. Bioskop ini bukan sekadar industri film saja, tapi juga berpengaruh pada UMKM lainnya," ujar Djonny.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 6 halaman

Mendukung

Senada dengan Djonny, Ketua Umum Pafindo (Perkumpulan Artis Film Indonesia), Bagiono Prabowo menyatakan, bioskop sangat terkontrol dibandingkan angkutan umum seperti bus, kereta api dan pesawat terbang. 

"Begitu juga jika dibandingkan dengan bandara, stasiun, pasar dan mal. Karenanya GPBSI mengharapkan kami ikut diajak diskusi mengenai penerapan protokol kesehatan di bioskop," ucap Bagiono yang juga menjadi pembicara dalam diskusi.

 

3 dari 6 halaman

Konser Musik

Sementara itu, dari sisi industri musik, Hary Koko Santoso dari Deteksi Production mengungkapkan, dari April hingga September 2020 ini ada sekitar 700 ribu konser musik yang batal digelar. Industri musik juga nyaris tak berkegiatan. 

“Kami tidak ingin terjebak dengan kondisi ini. Protokol kesehatan itu bukan sekadar pakai masker, jaga jarak dan lainnya, tapi harus ada jalan keluarnya juga," ujar Hary Koko.

Senada dengan Hary Koko, Agi Sugianto dari Pro Aktif juga mengungkapkan kerisauannya. Selaku produser yang menaungi beberapa artis ternama seperti Trio Macan, ia mengaku dalam kondisi seperti ini  kita harus pintar-pintar menyiasatinya. Jika tidak, maka industri musik akan semakin tiarap.

"Kerisauan saya sebagai produser musik sama seperti apa yang dirasakan pak Djonny, jadi kita harus pintar mensiasati agar bisa bertahan. Penghasilan utama artis saya 80 persen berasal dari hasil konser. Jadi kalau mereka tidak ada konser, ya nggak ada pemasukan. Meski kita sudah mensiasati dengan cara digital, tetapi tetap saja 70 persen hasil digital tergantung dari hasil konser artisnya. Jadi, saya berharap masalah ini cepat selesai, dan dunia hiburan khususnya industri musik bisa kembali bergerak," terang Agi.

 

4 dari 6 halaman

Batal Manggung

Dari sisi musisi, Roy Jeconiah eks vokalis Boomerang yang kini menjadi vokalis Jecovox menyatakan, setidaknya tiga kali dalam sebulan undangan manggung datang. 

Dan dengan adanya pandemi ini, sudah enam bulan dirinya tak menerima job manggung. Ia pun mensiasatinya dengan menggelar konser virtual berbayar.

"Selama era New Normal ini saya sudah melakukan kegiatan bermusik kembali, yaitu dengan melakukan konser virtual berbayar. Seniman ini harus dihargai, karena itu profesi. Jadi meskipun konsernya virtual harus tetap berbayar dan tidak lagi berbentuk saweran donasi," ucapnya.

Ia berpendapat, yang paling mendesak untuk saat ini perlu adanya cetak biru bagi show musik dalam skala apapun.

"Ini semua harus ada ujungnya, ada cetak biru bagi industri musik," tandasnya.

 

5 dari 6 halaman

Dukungan

Ketua PWI Jaya, Sayid Iskandar mengaku mengapresiasi langkah yang dilakukan PWI Seksi Musik Film dan Lifestyle yang bekerjasama dengan Jambuluwuk Resort, GPBSI, Warner Music, Pafindo, Nagaswara, Pro Aktif, Balihai, Keith Rustam, Sandec Sahetapy, Bogor Rain Cake, PT. STI, Deteksi Production dan PT. Bromo Noto Negoro ini. 

Sebagai penutup, Ketua PWI Seksi Musik Film dan Lifestyle, Irish Riswoyo menyebut, hasil dari diskusi ini akan dibawa kepada stakeholder dan para pemangku kebijakan yang berwenang dalam industri hiburan.

"Semoga akan berpengaruh dan mampu menggairahkan kembali industri hiburan yang kini tengah prihatin. Semoga pula ada solusi terbaik agar para pekerja seni dan pengusaha hiburan bisa segera beraktifitas kembali di era New Normal ini. Bantuan sembako saja tidak menyelesaikan masalah," tegas Irish.

 

6 dari 6 halaman

Lokasi Acara

Sementara itu, Jambuluwuk Convention Hall & Resort Bogor sebagai pelaku industri pariwisata tetap menerapkan protokol kesehatan di era new normal saat ini. 

Jambuluwuk Puncak berada disekitar 67 kilometer dari Kota Jakarta. Perjalanan menuju Resort ini bisa ditempuh melalui Jalan Tol Jagorawi dan keluar di Pintu Tol Gadog, lalu menuju arah Tapos.

Berdiri diatas lahan 4 hektar serta memiliki 25 Villa memang cocok untuk liburan keluarga. Suasana penginapan di Jambuluwuk terasa sejuk lantaran bangunan yang berbahan kayu serta lingkungan yang hijau penuh pepohonan.

Selain menyatu dengan keindahan alam, resort ini juga mengakomodir hal-hal yang berbau lokal, dari mulai menu makanan, bahan-bahan sayuran serta buahan yang diambil dari seputar resort. Hingga Sumber Daya Manusia (SDM) pun berasal dari penduduk setempat, ini membuat kesan Jambuluwuk Puncak Resort memiliki keunikan tersendiri.

Tak heran jika sejak dibuka kembali, Jambuluwuk Puncak langsung ramai pengunjung. Seolah mengobati rasa kangen masyarakat Jabodetabek untuk berlibur. 

Marketing Communication Corporate Manager Jambuluwuk Hotel & Resorts, Martha W. Thomas mengatakan ada rasa aman saat wisatawan berlibur di Jambuluwuk yang berkonsep Resort. Areanya bisa dibilang cukup privat. 

"Resort jauh lebih aman, karena area interaksinya hanya dalam satu sekeluarga atau satu kelompok kecil. Ini setidaknya bisa meminimalisir resiko tertular Covid-19," katanya usai memberi sambutan di acara diskusi "Recovery Industri Hiburan di Era New Normal”.

Untuk menjamin kenyamanan pengunjung, Resort ini sudah melakukan standar protokol kesehatan yang ketat. Setiap sudut area Jambuluwuk Resort Puncak,  terpampang himbauan kewajiban memakai masker. "Tanpa Masker, Dilarang Masuk Area Hotel" begitu tulisannya.

“Kami sangat mentaati instruksi protokol kesehatan terkini dari pemerintah pusat serta daerah. Seperti penyediaan hand sanitizer, cek suhu dan pemasangan imbauan tulisan kewajiban memakai masker. Juga penerapan protokol kesehatan bagi karyawan maupun pihak lain yang beraktivitas di area hotel dan restoran kami," kata General Manager Jambuluwuk  Convention Hall & Resort, Cahyadi.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.