Sukses

Henky Solaiman Meninggal, Ini 6 Rekam Jejaknya di Layar Lebar

Seniman serbabisa, itulah Henky Solaiman. Selain membintangi sejumlah sinetron dan film, ia adalah sutradara berbakat. Ini 6 rekam jejaknya.

Liputan6.com, Jakarta Meninggal dunia di Jakarta, Jumat (15/5/2020) sore pada usia 78 tahun, Henky Solaiman dikenal sebagai seniman serbabisa. Henky Solaiman lahir pada saat Indonesia masih dijajah Belanda, tepatnya 30 Agustus 1941. Mulanya, ia berprofesi sebagai manajer sebuah perusahaan swasta.

Perkenalannya dengan dunia seni peran terjadi saat Henky Solaiman bergabung sebagai salah satu pemain Teater Populer yang didirikan Teguh Karya. Ia lantas terlibat dalam syuting film klasik Wadjah Seorang Laki-laki sebagai pimpinan unit. Kepada sang maestro, Henky membuktikan punya bakat banyak.

Perjalanan hidup mendatangkan banyak peluang buat Henky Solaiman. Ia dipercaya menjadi penulis skenario, sutradara, dan bintang film. Mengiringi kepergian Henky Solaiman, Showbiz Liputan6.com merilis 6 rekam jejak Henky Solaiman di layar lebar. Selamat jalan seniman multibakat.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 7 halaman

1. Jangan Kirimi Aku Bunga (1986)

Jarang jadi pemeran utama bukan berarti tak pernah. Jangan Kirimi Aku Bunga bisa dibilang satu-satunya film yang menempatkan Henky Solaiman sebagai bintang utama. Dalam film karya Wahab Abdi ini, Henky Solaiman memerankan Antonius Sunarya.

Lawan mainnya, Dian Mayasari sebagai Evi yang cantik, lincah dan genit. Sementara Antonius kuno dan lugu. Lawakan soal konflik keluarga yang berakhir bahagia ini keren sekaligus menggelitik.

3 dari 7 halaman

2. Lupus (1987)

Lupus mengantar almarhum Ryan Hidayat jadi idola era 1980 dan 1990-an. Karya sineas Aciel Nasrun juga melambungkan nama Nurul Arifin (sebagai Poppy) dan Ria Iwaran (Lulu). Namun jangan lupakan performa Henky Solaiman sebagai Om Pinokio yang jatuh hati pada Lulu, adik Lupus.

Lupus dengan judul kecil Tangkaplah Daku Kau Kujitak bukan pelesetan film legendaris Kejarlah Daku Kau Kutangkap (yang juga dibintangi Henky Solaiman). Lupus yang ikonis bisa berdiri sendiri bahkan sampai dibuatkan sekuel.

4 dari 7 halaman

3. 7 Hari 24 Jam (2015)

Mengisahkan pasutri gila kerja, yakni Heru (Lukman Sardi) dan Tania (Dian Sastrowardoyo). Suatu hari Heru yang berprofesi sebagai sutradara ambruk di lokasi syuting. Tania mati-matian membagi waktu untuk merawat suami, mengurus pekerjaan, dan diri sendiri.

Banyak konflik kocak terjadi di rumah sakit dan melibatkan dokter Hengky (Henky Solaiman). Lewat film ini, almarhum meraih nomine Penampilan Singkat Berkesan di Piala Maya 2015. Jargon “speechless saya” yang dilontar Henky dikenang penonton hingga kini.

5 dari 7 halaman

4. Sorga Dunia Di Pintu Neraka (1983)

Film yang semula berjudul Tandes (nama lokalisasi terkenal di eranya) ini mahakarya Henky Solaiman. Dibintangi Meriam Bellina sebagai Yanti, anak korban perceraian yang merelakan kegadisannya untuk kekasih. Hidup terlunta-lunta, Yanti bekerja di sebuah bar.

Di sanalah, ia bertemu dengan ayah tirinya. Salah satu film sukses tahun 1983. Disanjung, karena mampu menggambarkan kehidupan malam tanpa terasa vulgar alias esek-esek. Sorga Dunia Di Pintu Neraka membuat nama Henky Solaiman meroket sebagai sineas.

 

6 dari 7 halaman

5. Neraca Kasih (1982)

Mendengar judulnya yang sastrawi, terbayang betapa indah karya Henky Solaiman ini. Dibintangi Meriam Bellina, Sophan Sophiaan, dan Yessy Gusman, Neraca Kasih salah satu film keluarga terbaik. Film ini mengantar diva layar perak Tuti Indra Malaon jadi nomine Pemeran Pendukung Wanita Terbaik di FFI.

Cerita bermula saat Dameria (Yessy) merelakan adiknya diadopsi budenya, Purwanti (Tuti) yang berprofesi sebagai pengacara dan tak kunjung menikah. Emosinal dan powerful, begitulah kritikus melukiskan Neraca Kasih.

 

7 dari 7 halaman

6. Kecil-Kecil Jadi Pengantin (1987)

Pasutri Joko (Richie Ricardo) dan Lastri (Firda Kussler) kesulitan berhubungan intim. Joko sejak lama takut menghadapi wanita, sementara Lastri sebagai istri terlalu maskulin. Film ini jeblok di pasar namun siapa sangka, saat diangkat ke layar kaca malah meledak.

Sinetron Kecil-kecil Jadi Manten yang dibintangi almarhum Sukma Ayu (sebagai Rohaye) dan Faridsyah Zikri (Ongky) sukses menyita perhatian masyarakat. Pada 2003, Kecil-kecil Jadi Manten menjadi Sinetron Terfavorit versi Panasonic Gobel Awards. Wow!

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini