Sukses

Hari Film Nasional, Ini 10 Tokoh Horor Indonesia Legendaris Sepanjang Masa

Menyambut Hari Film Nasional, kami merilis 10 tokoh horor legendaris dalam sejarah sinema film Indonesia. Yang mana favorit Anda?

Liputan6.com, Jakarta Selamat Hari Film Nasional! Ya, pada 30 Maret kita memperingati Hari Film Nasional. Tak terasa sudah 20 tahun industri layar lebar Indonesia bangkit. Ini ditandai dengan meledaknya film Petualangan Sherina (2000) yang mendatangkan anak-anak ke bioskop.

Setahun kemudian, Jelangkung bikin geger bioskop. Harus diakui, genre horor seperti Jelangkung memiliki peran besar dalam menciptakan antrean panjang di bioskop. Setelah Jelangkung, ada Pocong 2 dan Kuntilanak yang menyerap lebih dari sejuta penonton. Tak hanya laris manis, film horor Tanah Air melahirkan sejumlah tokoh ikonis yang dikenang hingga kini.

Menyambut Hari Film Nasional, kami merilis 10 tokoh horor legendaris dalam sejarah sinema film Indonesia. Pemilihan didasarkan pada popularitas, dampaknya terhadap karier pemain, dan efeknya terhadap industri. Sekali lagi, selamat Hari Film Nasional. Simaklah.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 11 halaman

1. Alisa (Sundel Bolong, 1981)

“Hah, Alisa siapa, deh?” mungkin begitu protes Anda dalam hati mendapati karakter Alisa nangkring di urutan pertama dalam daftar kami. Alisa boleh jadi asing di kuping. Namun dialog dan adegan berlatar warung satai Madura ini pasti Anda tahu.

“Satai 200 tusuk makan di sini,” kata perempuan berambut panjang, bergaun putih, dengan muka pucat pasi. “Cepetan, Mas,” imbuhnya. Beberapa detik kemudian ia menghampiri tempat pembakaran satai lalu mengambil semuanya.

“Jek (masih -red.) mentah, Jeng,” sela si penjual.

“Biarin, mentah juga enak,” jawab Mbak Alisa. Lalu kita tahu apa yang kemudian terjadi.

3 dari 11 halaman

2. Mak Lampir (Misteri dari Gunung Merapi, 1989)

Lakon Sembara dan Mak Lampir populer lewat sandiwara radio di era 1980-an lalu diangkat ke layar lebar. Farida Pasha dipercaya memerankan Mak Lampir. Konon, Mak Lampir dulu cantik. Ia menjadi buruk rupa dan jahat karena mengorbankan kecantikannya demi menghidupkan pangeran yang dicintainya. Sang pangeran bukannya berterima kasih malah menyangkanya penjahat pengacau desa.

Sakit hati atas perlakuan pangeran, putri cantik ini benaran jadi jahat lalu dijuluki Mak Lampir. Ajaibnya, julukan ini menembus ruang dan waktu. Zaman sekarang pun, cewek julid yang jadi public enemy biasanya dijuluki Mak Lampir oleh orang-orang di sekitarnya.

4 dari 11 halaman

3. Darmina (Pengabdi Setan, 1980)

Darmina menjadi pembantu keluarga Munarto (W.D. Mochtar) dan kedua anaknya, Rita (Sisca Karebety) dan Tommy (Fachrul Rozy). Salah satu adegan paling mencekam, saat Darmina menyambangi permakaman lalu membangkitkan sejumlah mayat.

Diperankan dengan apik oleh Ruth Pellupessy, Darmina bukan sekadar biang teror. Pesan yang dibawa karakter fiktif ini sangat jelas dan relevan hingga kini. “Kami akan selalu datang di setiap diri manusia selagi agama cuma menjadi kedoknya,” ucap Darmina jelang akhir film. Dialog ini entah kenapa cocok dengan kondisi masyarakat kita belakangan. Ya, kan?

5 dari 11 halaman

4. Alberto Domenique (Bayi Ajaib, 1982)

Di tengah dominasi karakter perempuan dalam horor Indonesia, Bayi Ajaib mendatangkan setan pria paling mematikan. Kisahnya dilatari konflik dua pria berebut tambang intan. Jangan salah, wajah bayi Alberto Domenique salah satu yang paling menyeramkan dalam sejarah sinema Nusantara.

Hingga kini, kita tak akan lupa pada adegan tangan muncul dari tanah diiringi suara dengkuran, mencengkeram kaki seorang ibu yang diperankan Wolly Sutinah. “Tolooong! Lepaaas!” jerit perempuan ini lalu ambruk ke tanah. Kepala bayi bermuka tua itu melayang lalu menggigit lehernya.

6 dari 11 halaman

5. Piah (Napsu Gila, 1973)

Jauh sebelum horor slasher meledak di tahun 2000-an, Indonesia sudah punya standar keren bagaimana genre ini mestinya dibuat. Napsu Gila mengisahkan pembunuhan berantai di rumah jompo Cikolot, yang disidik polisi. Pembunuhan sadis ini mengerucut pada satu nama, yakni Piah (Suzanna).

Tanpa riasan menyeramkan, Piah di tangan Suzanna mendefinisikan dengan jernih istilah manusia kesetanan. Karakter Piah tak 100 persen hitam karena ia dulunya korban kekejaman laki-laki. Akting Suzanna di sini benar-benar ngeri! Lewat film ini ia mengirim pesan, akan lahir Ratu Horor Indonesia.

7 dari 11 halaman

6. Mawarni Suwono (Pengabdi Setan, 2017)

Inilah remake atau tribute yang sukses mengembalikan martabat horor lokal. Kualitasnya melampaui versi aslinya. Tak hanya unggul dari aspek kualitas, Pengabdi Setan versi Joko Anwar yang menyerap 4,2 juta penonton juga sukses melahirkan karakter ikonis.

Jika rilisan 1981 ada Bibi Darmina, versi 2017 punya Mawarni Suwono (Ayu Laksmi), diva era 1970-an yang jatuh sakit. Sejak Pengabdi Setan meledak, kata ibu jadi terdengar seram. Kita nyanyikan lagunya ibu sama-sama, yuk? Di kesunyian malam ini, kudatang menghampiri…

8 dari 11 halaman

7. Laksmi (Sebelum Iblis Menjemput, 2018)

Setahun setelah Mawarni Suwono bikin penonton gemetaran, ada Laksmi (Karina Suwandi), ibu tiri Alfie (Chelsea Islan). Ia kemasukan roh yang berasal dari rubanah berpintu merah, di rumah peninggalan ayah Alfie, Lesmana (Ray Sahetapy).

Inilah karakter yang mengubah wajah karier Karina Suwandi selamanya. Dinominasikan sebagai Pemeran Pendukung Wanita Terbaik FFI 2018 dan menang pada kategori yang sama di Piala Maya 2018. Laksmi salah satu tokoh kuat di genre memedi Indonesia masa kini.

9 dari 11 halaman

8. Suketi (Malam Satu Suro, 1988)

Lebih dari 30 tahun sejak Malam Satu Suro mencetak box office di bioskop, orang masih saja bercanda soal mencabut paku dari kepala. Sule misalnya, pernah melakukannya terhadap Pak RT alias Bolot di Ini Talk Show. Kita masih saja tertawa dibuatnya. Tahu dari mana asal candaan ini?

Dari tokoh fiksi legendaris Suketi (Suzanna) asal Alas Roban. Kepala Suketi dipaku oleh Mbah Dukun sehingga ia menjadi perempuan cantik. Saat paku dicabut, wujud aslinya yang seram tampak. Momen emas lain dari film ini, saat sundel bolong Suketi mengunjungi kedua anaknya, bermain piano sambil menyanyikan lagu “Selamat Malam.” Hiii… serem

10 dari 11 halaman

9. Misni (Perempuan Tanah Jahanam, 2019)

Misni (Christine Hakim) muncul dari rumah joglo saja sudah bikin penasaran. Pasti ada sesuatu dari karakter ini di tengah atau ujung film. Benar saja. Salah satu yang bikin syok, saat Misni dengan santai mengambil sebilah benda tajam lalu menggoreskannya ke leher Dini (Marisa Anita) yang digantung terbalik. Darah Dini yang mengucur deras diwadahi ember. 

Ini karakter horor pertama Christine Hakim. Sang diva layar perak memperlihatkan rentang akting yang luas dan membuktikan dirinya pas menjadi villain di genre ini. Ditonton 1,7 juta orang, Perempuan Tanah Jahanam membuktikan horor yang digarap apik, tak kan pernah kehilangan audiensnya.

11 dari 11 halaman

10. Dara (Rumah Dara, 2009)

Dari film pendek Dara, karakter ini dibuatkan cerita yang lebih utuh. Tokoh Dara berikut wajah yang tenang namun kelam, mengantar Shareefa Daanish meraih Aktris Terbaik di Puchon Choice Feature International Competition 2009.

Rumah Dara memang gagal meraih sejuta penonton namun memengaruhi wajah film horor Indonesia pada tahun berikutnya. Terbukti, banyak film horor bunuh-bunuhan berlumur darah yang lahir setelah Rumah Dara. Sayang, kualitas film-film itu tak sebagus pendahulunya. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.