Sukses

Brahms: The Boy 2, Hikayat Boneka Setan Pembawa Sial

Brahms: The Boy 2 bergerak dengan premis klise tentang keluarga yang mengalami masa lalu pahit lalu.

Liputan6.com, Jakarta - Ada banyak boneka pembawa sial dalam sejarah sinema Hollywood. Dari Chucky yang hobi membantai korban hingga Annabelle yang kerasukan roh jahat. Brahms: The Boy 2 menampilkan boneka bernama Brahms.

Brahms: The Boy 2 bergerak dengan premis klise tentang keluarga yang mengalami masa lalu pahit lalu memulai hidup baru dengan berpindah rumah.

Seperti horor generik umumnya, Brahms: The Boys 2 tak butuh banyak tokoh untuk menggerakkan cerita. Ini melahirkan dua kemungkinan. Pertama, Brahms: The Boy 2 membosankan karena kisahnya di situ-situ saja. Atau kedua, ia menjadi kisah yang intens. Yang mana hasilnya?

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 7 halaman

Boneka yang Terkubur

Pasutri Liza (Katie) dan Sean (Owain) memiliki seorang anak laki-laki, Jude (Christopher). Suatu hari rumah mereka kerampokan. Insiden ini menyisakan trauma mendalam bagi Liza maupun Jude yang masih bocah. Keluarga ini lantas meninggalkan kota dan memilih hunian di kawasan pinggir.

Sebuah rumah klasik dengan halaman belakang luas menandai episode baru kehidupan mereka. Suatu hari, Jude menemukan boneka yang terkubur di kebun. Jude menamainya Brahms. Jude yang semula tak mau bicara sama sekali beberapa kali mengobrol dengan Brahms. Melihat momen ini, Liza terjebak dalam dua perasaan.

Pertama, senang karena Jude bersuara lagi. Kedua, khawatir karena ada yang aneh dengan Brahms. Pernah, Liza mendengar suara langkah kaki anak-anak di kamar Jude. Padahal, Jude tidak di kamar.

Mulanya, Liza mereduksi khawatir dengan berkonsultasi kepada psikiater Dr. Lawrance (Anjali). Belakangan Liza meriset dan mendapati sejumlah fakta mengerikan soal Brahms.

3 dari 7 halaman

Performa Katie Holmes

Yang tak bisa dicuri dari Brahms: The Boy 2, akting Katie Holmes. Penuh penjiwaan, dengan mudah kita melihat beban berat menggelayuti air mukanya. Pertikaian dengan Sean di dapur membuatnya tegang sekaligus kecewa. Lalu wajahnya seketika berbinar (untuk sejenak) saat mendengar suara putranya mengobrol dengan seseorang di kamar.

Permainan emosi yang melelahkan dieksekusi dengan apik oleh Katie. Performanya paling menonjol jika dibandingkan dengan para pemain lain. Hal lain yang bikin syok, saat Jude kedatangan dua sepupu lalu bermain di kebun belakang.

4 dari 7 halaman

Tak Jauh Beda Dengan...

Memperhatikan pola tuturnya, Brahms tak jauh beda dengan Annabelle Comes Home atau versi Indonesia, Kuntilanak 2018 dan Danur: I Can See Ghosts. Ia tipe film yang tak mengajak kita ke mana-mana. Sebagian besar film ini “menyekap” penonton di rumah, kebun, atau rumah tua yang lokasinya tak jauh dari kediaman tokoh utama.

Berputar di tiga titik sembari menajamkan konflik berpotensi membuat penonton jenuh atau keki sendiri. Kurang menarik, kecuali kita bertahan bersama performa Katie.

5 dari 7 halaman

Upaya Memanjangkan Cerita

Brahms: The Boy 2 tidak lebih dari upaya memanjangkan cerita yang sebenarnya pendek atau telah berakhir. Agar tampak masuk akal, para tokoh anyar dikaitkan dengan sejumlah hal lawas di jilid sebelumnya.

Film ini lanjutan The Boy yang dirilis pada 2016. Hanya dengan biaya 10 juta dolar AS (sekitar 140 miliar rupiah), The Boy kala itu mengumpulkan pendapatan kotor lebih dari 64 juta dolar AS (hampir 900 miliar rupiah). Angka yang lumayan fantastis di genre memedi.

6 dari 7 halaman

Sebenarnya Tak Kalah Tegang

Dibandingkan dengan The Boy, Brahms: The Boy 2 tak kalah tegang. Masih ada momen yang bikin panik. Namun jika harus memilih, kami condong ke The Boy. Penceritaannya lebih rapi, simpel, dengan klimaks memuaskan. Bikin plong. Omong-omong soal klimaks plus ending alias adegan akhir, memang subjektif.

Kami merasa ending The Boy lebih baik dari sekuelnya. Akhir sekuel ini dirancang sok misterius, mengambang, dan tak bikin hati lega. Mungkin ini uji pasar. Kalau bisa mengeruk untung lebih besar, jangan kaget jika ada The Boy 3.

 

7 dari 7 halaman

Apa Salahnya, Sih?

Usai menonton kami berpikir, apa salahnya sih kalau akhir film horor dibikin tuntas atau happy ending. Toh, banyak film horor ber-ending tuntas yang meledak lalu punya sekuel. The Conjuring, misalnya.

Dalam kisah horor, ada saja celah cerita yang bisa disusupi lalu dikembangkan menjadi sambungan atau sempalan sekalian. The Boy memilih jalannya sendiri yang sayangnya tak sejalan dengan pandangan kami. Silakan menonton dan menilai sendiri bagaimana performa Brahms: The Boy 2.

 

 

Pemain: Katie Holmes, Ralph Ineson, Owain Yeoman, Christopher Convery, Anjali Jay

Produser: Matt Berenson, Gary Lucchesi, Tom Rosenberg, Jim Wedaa, Eric Reid, Roy Lee, Richard S. Wright   

Sutradara: William Brent Bell

Penulis: Stacey Menear

Produksi: Lakeshore Entertainment, STXfilms

Durasi: 1 jam, 26 menit

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.