Sukses

Gemini Man: Pertarungan Dua Will Smith dengan Eksekusi yang Kurang Gereget

Menilik trailernya, Gemini Man berikut tema klona diproyeksikan jadi film futuristik dengan efek visual menawan dan konflik tanpa ampun.

Liputan6.com, Jakarta Gemini Man, salah satu film dengan premis paling menjanjikan tahun ini. Mengusung tema klona yang diajukan lewat pertanyaan, bagaimana jika seseorang digandakan atau punya kembaran dalam versi lebih muda dan tangguh.

Menilik trailernya, Gemini Man berikut tema klona diproyeksikan jadi film futuristik dengan efek visual menawan dan konflik tanpa ampun. Apalagi, Gemini Man digarap sineas peraih dua piala Oscar, Ang Lee. Siapa sangka, trailer menipu. Penceritaan Gemini Man memuat ketegangan yang tak bertahan lama.

 

Gemini Man memulai kisahnya dengan misi Henry Brogan (Will Smith) menembak seorang teroris Rusia yang tengah berada di dalam kereta api supercepat dari jarak 2 kilometer.

Meski kereta melaju dengan kecepatan 238 kilometer per jam, tembakan Henry menembus leher teroris. Usai menjalankan misi, Henry pensiun lalu menyepi di sebuah kapal bersama koleganya, Jack Wills (Douglas Hodge). Jack memberi tahu Henry, yang ditembak mati di kereta bukan teroris melainkan ahli biologi AS yang telah mengabdi selama lebih dari 30 tahun.

Mendengar ini, Henry syok berat. Ia makin curiga saat menyadari perbincangannya disadap dan diawasi Danny (Mary Elizabeth Winstead). Sejak itu hidupnya tak tenang. Danny dan Henry diburu pasukan pembunuh. Keduanya ditolong Baron (Benedict Wong).

Saat kabur, seorang penembak jitu bernama Junior (Will Smith) berupaya membunuh Henry. Wajahnya mirip Henry. Danny menduga, Junior anak Henry. Rupanya, Junior adalah Henry versi 25 tahun lebih muda. Ia hasil klona laboratorium yang dipimpin Clay (Clive Owen). Henry yakin atasannya, Janet Lassiter (Linda Emond) terlibat skandal ini. 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Teledor

Dimulai dengan adegan penembakan yang bikin deg-degan. Dilanjutkan dengan pengejaran dan upaya pembunuhan. Sepertiga awal Gemini Man membuat kita terus bertanya skandal macam apa yang membelit sebuah negara hingga pemerintah sampai hati membunuh abdinya sendiri.

Sayang, naskah Gemini Man tak mengizinkan kita asyik berkubang di lumpur skandal sambil mencari petunjuk lebih banyak. Gemini Man dengan teledor memberikan kata kunci, yang membuat kita tahu apa yang sebenarnya terjadi di pertengahan film.

Tak masalah membongkar dalang di tengah film. Asalkan menit-menit sisanya berisi penguraian sisa simpul rumit berikut penyelesaian dengan klimaks yang bikin dengkul penonton lemas.

Apes, Gemini Man tak punya peluru-peluru itu. Saat kita tahu proyek Gemini dan dalangnya, saat itu pula cerita seolah tak beranjak ke mana-mana. Kemajuan alur ada, namun ketegangan mengendur. Naskahnya di paruh kedua seperti orang bernapas megap-megap. Pertanyaan konyol seperti “Kenapa kamu selalu tahu ke mana kami berada?” muncul. 

Dijawab pula dengan polos oleh lawan main. Padahal, bukankah dalam film spionase atau fiksi ilmiah hal semacam ini lazim terjadi? Interaksi tokoh utama dengan produk klonanya pun tak tergarap dengan apik. Tak ada emosi dan pergolakan batin yang meyakinkan di sana. Emosi yang muncul akibat dilema mengasup dua versi informasi malah lebih menyentuh ketimbang pertemuan Henry dengan musuh yang paling dinanti. Inilah problem paling mendasar Gemini Man. Belum lagi penyelesaian konflik sebesar ini terasa ya sudah begitu saja.

 

3 dari 3 halaman

Kurang Gereget

Dengan problem di naskah dan eksekusi Ang Lee yang kurang gereget, Gemini Man praktis mengandalkan aspek teknis seperti sinematografi dan tata suara. Permainan kamera Gemini Man mengesankan, membuat film ini sangat pantas dinikmati dengan media tiga dimensi. Tanpa pakai kacamata tiga dimensi pun, kami bisa membayangkan adegan mana saja yang memungkinkan penonton menjadi bagian di dalamnya. Perbincangan Henry dengan seorang sahabat di rumah menghadap jendela berpanorama rerumputan, misalnya.

Atau kejar-kejaran menggunakan sepeda motor dan tembak-tembakan dari atap ke jalanan dengan genangan air bening. Adegan-adegan ini sangat membuai mata saat disaksikan dengan kacamata tiga dimensi. Andal dari aspek teknis berupa gambar dan suara, agak kedodoran di penceritaan. Aksinya pun tak bisa dibilang sangat memukau. Ang Lee, sutradara terbaik Oscars lewat film Brokeback Mountain dan Life of Pi sejauh ini kuat di genre drama. Namun belum memukau saat diberi proyek aksi berbalut futuristik seperti Gemini Man.

Dengan sejumlah catatan kritis yang menyertainya, Gemini Man tetap menjadi hiburan yang asyik. Dengan biaya produksi fantastis yakni 138 juta dolar AS atau nyaris 2 triliun rupiah, setidaknya kita bisa berharap dari nilai produksi dan unsur artistik film ini. Plus nama besar Will Smith semestinya mampu menarik minat publik untuk memadati bioskop. Selebihnya, nasib Gemini Man jelas ada di tangan Anda, para pencinta film.

 

Pemain: Will Smith, Mary Elizabeth Winstead, Benedict Wong, Clive Owen, Douglas Hodge, Linda Emond

Produser: Jerry Bruckhemer, David Ellison, Don Granger, Dana Goldberg

Sutradara: Ang Lee

Penulis: Darren Lemke, David Benioff, Billy Ray

Produksi: Paramount Pictures

Durasi: 1 jam, 57 menit

 

(Wayan Diananto)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini