Sukses

Soal Alat Ukur Rating TV, Begini Kata Deddy Mizwar

Deddy Mizwar menjadi pembicara dalam acara Seminar Nasional dengan tema Ada Apa dengan TV Rating Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta - Aktor senior Deddy Mizwar mengakui rating TV saat ini tidak bisa dijadikan tolak ukur bagus tidaknya sebuah tayangan. Bahkan, seharusnya suatu stasiun televisi dan rumah produksi, sudah seharusnya tidak hanya memikirkan popularitas semata, tetapi juga harus memberikan konten yang berkualitas.

Hal ini dikatakan oleh Deddy Mizwar saat menjadi pembicara dalam acara Seminar Nasional dengan tema 'Ada Apa dengan TV Rating Indonesia'. Acara yang digelar di kawasan Gondangdia, Jakarta Pusat, Selasa 13 November 2018 ini, diadakan oleh perusahaan bernama Inrate. Acara tersebut juga turut dihadiri oleh Komisioner Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), Obsatar Sinaga dan praktisi pertelevisian Achjuman Achjadi.

Seperti diketahui, industri pertelevisian Indonesia memang banyak menggunakan data rating yang dikeluarkan oleh perusahaan bernama Nielsen. Perusahan tersebut diketahui sanggup untuk menghitung seberapa besar rating suatu tayangan di Indonesia dengan menggunakan alat bernama people meter.

"TV rating ini adalah alat ukur untuk mendorong dinamika bisnis di media. Itu poin pertama. Yang Kedua apakah masih diperlukan pembanding untuk mengukur TV rating tadi? Sementara TV rating tadi tidak menunjukkan saat ini suka atau tidak suka pemirsa terhadap suatu program tadi," ujar Deddy Mizwar usai acara.

"Cuma TV nyala, TV nyala di program-program azab, maka berlomba-lombalah TV mensosialisasikan kekejaman Allah bukan rahmat Allah. Ya dampaknya seperti sekarang inilah," sambungnya. 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Lembaga Independen

Lebih lanjut, Deddy Mizwar menyarankan dibentuknya sebuah lembaga independen yang dapat mengukur secara pasti mengenai indikator disukai atau tidaknya sebuah tayangan televisi. Bahkan ia masih berharap agar televisi bisa kembali kepada prinsip awal sebagai media yang sanggup untuk mencerdaskan bangsa, tentunya dengan tayangan-tayangan yang mengedukasi. 

"Dari hasil paparan tadi, saya kira kalau sejarah Nielsen berkolaborasi dengan TVSI dan juga P3I perlu enggak ada lembaga independen lainnya? Saya rasa perlu pembandingan seperti yang dinyatakan. Penelitian perilaku dari masyarakatnya masalah suka dan tidak suka," ujarnya.

3 dari 3 halaman

Masih Diperlukan

Kemunculan sebuah TV rating bernama Inrate yang mengkombinasikan teknologi pengumpulan data dengan metode penelitian aktual, nampaknya dapat digunakaan untuk memfasilitasi stasiun televisi, agency, dan para pengiklan untuk mendapatkan data berdasarkan kualitas masyarakat. Metode bersifat transparan, dapat diaudit, dan melibatkan 3000 lebih responden, nampaknya bisa membuat tayangan televisi di Indonesia berisi edukasi bagi penontonnya.

Apalagi, menurut bintang film Nagabonar tersebut, rating sangat diperlukan sebagai cara stasiun televisi memasarkan produk mereka. Belum lagi, saat ini masyarakat semakin dimanjakan dengan kemunculan telepon genggam yang dapat mengakses televisi secara online.

"(Kalau tidak ada rating) Ya pegangannya apa untuk memasarkan sebuah produk?," ucapnya.

"Tapi dengan pendekatan yang objektif dari berbagai sisi kuantitatif dan kualitatif itukan penting sampai ada pembanding. Ini ada media online yang bisa dilihat dari HP, banyak pilihan," pungkasnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

  • H. Deddy Mizwar mengawali karir sebagai entertainer. Pada tahun 2012 ia terjun ke dunia politik dan menjadi Wakil Gubernur Jabar 2013.
    H. Deddy Mizwar mengawali karir sebagai entertainer. Pada tahun 2012 ia terjun ke dunia politik dan menjadi Wakil Gubernur Jabar 2013.

    Deddy Mizwar

Video Terkini