Sukses

5 Fakta Menarik di Balik Layar Film The Meg

Tak hanya cerita di filmnya, ada sejumlah cerita seru di balik layar pembuatan The Meg. Apa saja?

Liputan6.com, Jakarta Film The Meg yang baru tayang di Indonesia pada Rabu (8/8/2018) kemarin langsung menarik perhatian pencinta film. Apalagi belakangan memang agak jarang film yang menceritakan tentang teror hiu.

The Meg berkisah tentang sebuah tim riset yang tengah meneliti Palung Laut Mariana di Samudra Pasifik.

Di tengah penjelajahan mereka di titik terendah bumi ini, tim peneliti diserang oleh megalodon, hiu purba yang selama ini dipercaya telah punah. Untuk menyelamatkan mereka, kepala tim riset lantas meminta bantuan kepada seorang penyelam, Jonas Taylor (Jason Statham).

Ternyata tak hanya cerita di filmnya, ada sejumlah cerita seru di balik layar pembuatan The Meg. Apa saja? Simak ceritanya berikut ini.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 6 halaman

1. Ruby Rose Hampir Tenggelam

Dalam salah satu adegan di The Meg, karakter Jaxx yang diperankan Ruby Rose diceritakan susah payah menghindari serangan sang hiu purba. Ternyata aslinya, ia memang nyaris tenggelam di lokasi syuting saat pengambilan adegan ini.

"Bajuku, termasuk lapisan thermal yang membantu mengatasi suhu dingin, membuatku sulit berenang. Orang-orang senang karena aku kelihatannya begitu meyakinkan, tapi mereka tak sadar sepatuku kemasukan air dan membuatku tenggelam di tangki tempat kami syuting," tutur Ruby Rose, seperti dilansir dari Cinema Blend.

3 dari 6 halaman

2. Jason Statham dan Air

Jason Statham terlihat begitu natural saat berakting dalam air di The Meg. Ini bukan hal yang mengherankan. Pasalnya, sebelum menjadi aktor, ia adalah seorang atlet lompat indah.

Jason Statham bahkan pernah bergabung dalam tim nasional lompat indah Inggris selama 12 tahun dan ikut berlaga dalam perhelatan Commonwealth Games tahun 1990.

 

4 dari 6 halaman

3. Dua Dekade

Film The Meg diangkat dari novel Meg: A Novel of Deep Terror yang ditulis oleh Steve Alten. Dilansir dari Variety, novel ini sebenarnya hendak difilmkan oleh Disney pada 1997, tapi akhirnya batal dan lisensinya berpindah ke New Line.

New Line yang mengalami masalah finansial, mengembalikan lisensi ini kembali kepada Steve Alten pada 2007. Akhirnya baru dua dekade kemudian film ini dirilis oleh Warner Bros, dan diproduksi bersama investor Tiongkok.

 

5 dari 6 halaman

4. Versi Brutal

Dalam penayangan di Indonesia maupun secara internasional, film The Meg mendapat rating 13 tahun ke atas. Namun ternyata, sutradara The Meg sebenarnya ingin membuat film ini lebih brutal.

Dilansir dari Comic Book, sutradara Jon Turteltaub mengatakan ia telah menyiapkan adegan yang berdarah-darah dan "menjijikkan". Hanya saja demi membuat The Meg menjadi lebih bersahabat dengan penonton remaja, adegan ini dihilangkan.

"Istriku senang karena ini dan aku juga senang anakku bisa menonton filmnya, tapi jumlah kematian yang benar-benar mengerikan, menjijikkan dan berdarah-darah yang tidak bisa kami lakukan itu sungguh menyedihkan. Banyak hal yang sangat keren yang tidak bisa selamat di film jadinya," tuturnya.

6 dari 6 halaman

5. Pippin

Di bagian klimaks film ini, muncul satu karakter anjing yang diberi nama Pippin. Ini ternyata adalah salah satu referensi terhadap film Jaws. Dalam film serangan hiu legendaris ini, memang ada karakter anjing yang juga bernama Pippin.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.