Sukses

Gelar Tur Dunia, Kenapa Pandji Pragiwaksono Tetap Pakai Bahasa Indonesia?

Sepanjang penampilannya di tur dunia, Pandji Pragiwaksono akan tampil dalam bahasa Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta Pandji Pragiwaksono tahun ini kembali menggelar tur dunia yang bertajuk "Pragiwaksono". Tur ini akan mulai digelar pada 28 Juli mendatang di Manila, Filipina, dan ditutup 26 Januari 2019 di Jakarta.

Selain Jakarta dan Manila, Pandji juga akan mengunjungi Makassar, Surabaya, dan Yogyakarta. Ia juga akan mampir ke Tiongkok di kota Shanghai dan Guangzhou, Amsterdam di Belanda, serta Leipzig, Nuremberg, dan Dusseldorf di Jerman.

Sepanjang penampilannya ini, Pandji Pragiwaksono akan tampil dalam bahasa Indonesia. Saat bertandang ke kantor Liputan6.com di Gondangdia, Jakarta Pusat, beberapa waktu lalu, keputusan ini ternyata sempat dipertanyakan sejumlah orang.

"Anggapannya, 'Ya elah gimana sih katanya tur dunia, kok pakai bahasa Indonesia, bahasa populer di dunia kan bahasa Inggris'. Nah orang-orang yang berpikir kayak gitu sebenernya kasihan ya, karena berpikir untuk mendunia enggak bisa pakai bahasa Indonesia," tutur Pandji Pragiwaksono.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Contohkan BTS

Ia mencontohkan kesuksesan grup K-Pop asal Korea Selatan, BTS, yang mendunia dengan bahasa ibu mereka sendiri.

"Ya orang Indonesia juga bisa. Kenapa dianggap wajar orang Korea bisa mendunia dengan bahasa Korea sementara kita enggak? Kita juga bisa kok," tuturnya.

3 dari 4 halaman

Tak Perlu Minder

Ia mengatakan, toh saat menggelar tur dunia yang sebelumnya, ia bertemu dengan banyak penduduk lokal yang bisa berbahasa Indonesia.

"Di Afrika aja ada yang bisa bahasa Indonesia. Di Jerman juga ada. Di Melbourne misalnya saya ketemu dengan orang Korea yang SMP-nya pernah di Bandung. Jadi tidak perlu minder mendunia dengan bahasa Indonesia," kata Pandji.

 

4 dari 4 halaman

Masalah yang Sama

Pandji Pragiwaksono pun mengaku tak begitu sulit mencari lawakan yang bisa diterima oleh masyarakat mancanegara.

"Memang yang rumit soal kesamaan referensi. Tapi ternyata orang di dunia ini masalahnya sama. Masalah relationship-nya sama, misalnya ngomongin soal mertua, semua punya masalah yang sama," kata dia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.