Sukses

Gara-gara Rasa Kangen, Wregas Bhanuteja Jadi Jawara di Cannes

Prenjak, film pendek karya sutradara muda Wregas Bhanuteja meraih penghargaan dalam Semaine de La Critique, di Cannes, Prancis.

Liputan6.com, Cannes Prenjak (In The Year of Monkey), film pendek karya sineas muda Wregas Bhanuteja beberapa waktu belakangan mencuri perhatian publik karena berhasil masuk dalam seleksi Semaine de La Critique, atau Pekan Kritik, salah satu program pendamping dalam Festival Film Cannes.

Ternyata tak hanya menjadi peserta dalam ajang bergengsi ini, Prenjak juga berhasil memenangkan salah satu penghargaan dalam Pekan Kritik, yakni Leica Cine Discovery Prize. Hal ini, disebarkan lewat akun media sosial Semaine de La Critique, Jumat (20/5/2016).

Film Prenjak ( Youtube: Semaine de la Critique)

Leica Cine Dicovery Prize, adalah penghargaan dewan juri pada satu karya terbaik dari sepuluh film pendek yang telah diseleksi. Penghargaan ini, diberikan untuk generasi sineas baru yang dinilai inovatif. Dalam situs resminya, pemenang penghargaan ini akan mendapat penghargaan senilai € 4 ribu, atau sekitar Rp 60 juta.

Wregas Bhanuteja sempat berbicara dengan Liputan6.com sebelum berangkat ke Prancis. Ia menceritakan bahwa saat membuat film ini, ia sebenarnya tak meniatkan diri untuk ikut Semaine de La Critique. "Awalnya karena saya kangen sama teman-teman di Yogya, dan ingin syuting bareng," ujar pria kelahiran 20 Oktober 1992 ini, April lalu.

Syuting berlangsung selama dua hari, dan berlanjut penyuntingan selama seminggu. Persis setelah film selesai, ia baru sadar bahwa penutupan pendaftaran Semaine de La Critique tinggal sebentar lagi. Jadilah ia mengirimkan karyanya itu  melalui jalur online pada panitia.

"Daftar saja, tak ada ekspektasi apa-apa," kata alumnus Institut Kesenian Jakarta ini.

Film 'Prenjak' (In the Year of Monkey) karya sutradara dari Yogyakarta, Wregas Bhanuteja, terpilih sebagai film pendek terbaik di Cannes.

Prenjak, film pendek kelima Wregas, terinspirasi dari fenomena nyata yang ada di Kota Pelajar di era tahun 1980-an. Seorang perempuan bernama Diah yang butuh uang, mencoba mencari peruntungan dengan menjual korek api.

Namun ia menjualnya dengan cara tak biasa. Satu batang korek api dihargai Rp 10 ribu. Mahal memang, namun sang pembeli dapat mengintip anggota tubuhnya yang rahasia dengan korek api tersebut.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.