Sukses

Bursa Saham Asia Tumbang di Tengah Kekhawatiran Resesi

Pada perdagangan Rabu, 7 Desember 2022, bursa saham Asia Pasifik melemah mengikuti wall street.

Liputan6.com, Singapura - Bursa saham Asia Pasifik tergelincir pada Rabu (7/12/2022), setelah wall street turun lebih dari 1 persen karena kekhawatiran resesi membebani pasar.

Data perdagangan China pada November diperkirakan menunjukkan penurunan ekspor dan impor yang tajam, menurut survei Reuters.

Indeks Nikkei 225 di Jepang turun 0,59 persen pada awal perdagangan dan indeks Topix juga melemah 0,44 persen. Kospi Korea Selatan susut 0,29 persen, dan Kosdaq terpangkas 0,58 persen. Demikian mengutip dari laman CNBC, Rabu pekan ini.

Indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang turun 0,16 persen. Di Australia, S&P/ASX 200 turun 0,68 persen. Biro Statistik Australia diperkirakan akan merilis data produk domestik bruto kuartal III dalam waktu mendatang.

Di sisi lain di Asia, ekonom dalam survei Reuters mengharapkan Reserve Bank of India mengumumkan kenaikan suku bunga 35 basis poin. Itu akan membawa suku bunga di negara itu menjadi 6,25 persen.

Saham jatuh pada Selasa, membangun kerugian dari sesi sebelumnya. Indeks S&P 500 turun 1,44 persen menjadi ditutup pada 3.941,26, sedangkan Nasdaq Composite merosot 2 persen menjadi berakhir pada 11.014,89. Dow Jones Industrial Average turun 350,76 poin, atau 1,03 persen, menjadi 33.596,34.

Harga minyak merosot pada Selasa, terbebani oleh ketidakpastian ekonomi bahkan di tengah batas harga minyak Rusia dan potensi kenaikan permintaan berkat pembukaan kembali China.

Harga minyak mentah US West Texas Intermediate untuk pengiriman Januari turun lebih dari 4 persen menjadi USD 73,85 pada sore hari Selasa. Minyak mentah Brent untuk pengiriman Februari turun 4,34 persen menjadi US 79,09 per barel.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Pandangan CEO JP Morgan Jamie Dimon

Amerika Serikat juga mengatakan melihat produksi minyak meningkat tahun depan, membalikkan prospek masa depan setelah lima bulan pemotongan. Sebuah laporan bulanan dari Administrasi Informasi Energi mengatakan produksi diperkirakan mencapai 12,34 juta barel per hari pada 2023, lebih tinggi dari rekor harian 12,315 juta barel per hari pada 2019.

Konsumen Amerika masih baik-baik saja dan mendukung ekonomi AS, tapi itu mungkin berubah tahun depan, menurut CEO JPMorgan Chase Jamie Dimon.

Konsumen memiliki penghematan lebih dari USD 1,5 triliun dari program stimulus pandemi dan membelanjakan 10 persen lebih banyak daripada tahun 2021, katanya pada Selasa di "Squawk Box" CNBC.

"Inflasi mengikis semua yang baru saja saya katakan, dan satu setengah triliun dolar itu akan habis sekitar pertengahan tahun depan. Ketika Anda melihat ke depan, hal-hal itu mungkin akan menggagalkan ekonomi dan menyebabkan resesi ringan atau berat yang dikhawatirkan orang," kata Dimon.

Dimon juga berpendapat tentang cryptocurrency, kebutuhan bahan bakar fosil, dan topik lainnya selama wawancara yang luas.

3 dari 4 halaman

Penutupan Wall Street pada 6 Desember 2022

Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street kembali tersungkur pada perdagangan saham, Selasa, 6 Desember 2022. Hal ini seiring kekhawatiran resesi akan mengancam wall street.

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks S&P 500 merosot 1,4 persen ke posisi 3.941,26. Indeks Nasdaq terpangkas 2 persen ke posisi 11.014,89. Indeks Dow Jones merosot 350,76 poin atau 1,03 persen ke posisi 33.596,34.

Saham menambah koreksi yang telah terjadi pada Senin, 5 Desember 2022. Indeks S&P 500 jatuh selama empat hari berturut-turut. Pergerakan perdagangan saham Selasa pekan ini membawa kerugian Dow Jones menjadi lebih dari 830 poin.

Saham media dan bank yang cenderung terpukul selama resesi memimpin koreksi. CEO Paramount Global memperingatkan pendapatan iklan kuartal IV yang lebih rendah membuat saham turun hampir 7 persen. Saham Morgan Stanley merosot di tengah berita rencana memangkas dua persen tenaga kerjanya. Hal ini melanjutkan tren pemutusan hubungan kerja (PHK) di sektor tersebut. Saham-saham teknologi yang fokus pada pertumbuhan antara lain Nvidia, Amazon dan Meta Platforms juga membebani pasar.

 

4 dari 4 halaman

Selanjutnya

“Pada dasarnya, kami melihat putaran lain PHK besar-besaran minggu ini dan itu hanya meningkatkan kemungkinan kami mengalami hard landing pada 2023 dan memasuki resesi yang lebih dalam dari yang diperkirakan semula,” ujar CEO 50 Park Investments, Adam Sarhan seperti dikutip dari CNBC, Rabu (7/12/2022).

CEO JPMorgan Chase, Jamie Dimon menggemakan, kekhawatiran akan penurunan ke depan selama wawancara dengan CNBC. Ia menuturkan, inflasi akan mendorong ekonomi ke dalam resesi. Inflasi dan dampaknya terhadap konsumen sangat mungkin menekan ekonomi dan menyebabkan resesi ringan dan keras yang dikhawatirkan orang.

Ia menuturkan, konsumen memiliki kelebihan penghematan USD 1,5 triliun dari program stimulus pandemi COVID-19 dan membelanjakan 10 persen lebih banyak dari pada 2021. “Inflasi mengikis semua yang baru saja saya katakana, dan USD 1,5 triliun itu akan habis sekitar pertengahan tahun depan,” ujar dia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.