Sukses

DBS Prediksi IHSG Bakal Sentuh 7.700 pada 2023

Prediksi iIHSG 7.700 tersebut dengan melihat kenaikan suku bunga akan melambat dan performa rupiah akan lebih baik pada 2023.

Liputan6.com, Jakarta - Grup DBS prediksi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan menyentuh posisi 7.700 pada 2023 dengan mempertimbangkan valuasi 16 kali. Sentimen kebijakan bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed) dan jelang pemilihan umum (Pemilu) di Indonesia membayangi laju IHSG.

"Target indeks saham secara base case kita 7.700 dengan asumsi 16 kali," ujar Head of Research, DBS Group Maynard Arif, saat grup interview, ditulis Rabu (7/12/2022).

Prediksi IHSG 7.700 tersebut dengan melihat kenaikan suku bunga akan melambat dan performa rupiah akan lebih baik pada 2023. Secara optimistis atau bullish, IHSG diprediksi sentuh 8.000 dengan asumsi price earning (PE) 17 kali.

Namun, Maynard menuturkan, hal tersebut membutuhkan sentimen yang menopang IHSG antara lain suku bunga turun, harga komoditas tetap di level atas, dan kebijakan the Fed menahan suku bunga.Sedangkan secara bear atau turun, IHSG diprediksi sentuh posisi 6.600-6.800 dengan PE 14,5 kali. Hal ini akan terjadi jika koreksi tajam di komoditas dan terjadi resesi serta stagflasi.

Adapun prediksi pasar pada 2023, menurut Maynard, tekanan eksternal jauh lebih baik kalau dari sisi positif. Hal ini seiring kebijakan pengetatan moneter the Fed tidak seagresif pada 2022. Selain itu, penguatan dolar AS tidak akan terjadi pada 2023.

"The Fed cukup agresif, tetapi 2023, inflasi akan melambat sehingga the Fed tidak akan seagresif 2022 berikan dampak positif terhadap pasar kita," kata dia.

Ia menambahkan, dari sisi nilai tukar rupiah juga akan membantu. "Kita harapkan tidak ada lagi pengetatan kebijakan atau lockdown karena pandemi COVID-19. Ini bisa berakhir, normal 2023, ekonomi bisa berputar lebih baik lagi," tutur dia.

Faktor lainnya yaitu penyelenggaraan pemilihan umum (Pemilu) akan jadi katalis positif. Maynard mengatakan, Pemilu Pilpres akan dilaksanakan Februari 2024, sehingga berdampak positif pada akhir 2023.

Pemilu akan menopang IHSG pada semester II 2023 seiring ada kampanye sehingga kegiatan ekonomi pun berputar hingga ke daerah.

Secara historis, ia juga melihat kalau performa IHSG bagus pada tahun pemilu. Berdasarkan catatannya, IHSG naik 87 persen pada 2009, kemudian kinerja IHSG tumbuh 22,3 persen pada 2014. Namun, kinerja IHSG hanya nak tipis 1,7 persen pada 2019.

"Investor akan evaluasi kandidat yang jadi presiden, ini bisa jadi faktor negatif. Ini buat nuansa yang berbeda," tutur dia.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Faktor Lainnya

Selain itu, faktor negatif lainnya yaitu pertumbuhan global yang melambat. Salah satunya datang dari Amerika Serikat karena resesi. Meski demikian, ia melihat Indonesia dapat bertahan meski alami perlambatan di tengah resesi global. Diperkirakan ekonomi Indonesia masih tumbuh lima persen pada 2023.

"Kita bisa lebih baik, faktor terbesar diuntungkan dampak harga komoditas pada 2022. Kenaikan harga komoditas signfiikan karena perang Rusia-Ukraina," kata dia.

Maynard mengingatkan, harga komoditas perlu jadi perhatian pada 2023. Hal ini seiring diprediksi harga komoditas melambat.

Selain itu, hal yang jadi perhatian yaitu aksi investor asing. Sepanjang 2022, investor asing melakukan aksi beli signifikan di pasar saham Indonesia. Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), aksi beli investor asing mencapai Rp75,75 triliun. Namun, pada perdagangan 6 Desember 2022, aksi jual investor asing sentuh Rp 1,34 triliun.

 

3 dari 3 halaman

Aksi Investor Asing

Maynard menuturkan, China yang akan kembali buka aktivitas ekonomi akan mempengaruhi aksi investor asing.

"China reopening lebih besar lagi, ada rotasi dari Indonesia ke negara lain, faktor perlu diperhatikan, apakah asing masih akan tinggal," ujar dia.

Untuk tema investasi pada 2023, Maynard memaparkan akan ada tiga tema antara lain domestik dan defensif, green investment dan rotasi saham yang performanya masih tertinggal tetapi membaik. Untuk sektor saham pada tiga tema itu antara lain bank, konsumsi, perawatan kesehatan.

Lalu di green investment ada transisi energi, energi terbarukan, kendaraan listrik dan ekosistemnya. Sedangkan sektor saham yang masih tertinggal tetapi prospeknya baik yaitu peternakan, telekomunikasi dan properti.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

  • The Fed adalah salah satu bank sentral di AS yang tertua dan berdiri sejak tahun 1913 melalui kongres.

    The Fed

  • Saham adalah hak yang dimiliki orang (pemegang saham) terhadap perusahaan berkat penyerahan bagian modal sehingga dianggap berbagai dalam pe

    Saham

  • IHSG

  • DBS

  • Pemilu