Sukses

Anak Usaha Elnusa Perkuat Kompetensi Radio Trunking

Melalui program upskilling, anak usaha PT Elnusa Tbk (ELSA) konsisten memperkuat kemampuan dan keahlian SDM terutama dalam bisnis inti.

Liputan6.com, Jakarta - PT Elnusa Tbk (Elnusa) Perusahaan jasa energi terkemuka melalui anak usahanya PT Sigma Cipta Utama (SCU) terus meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang ada di dalam perusahaan.

Melalui program upskilling, SCU konsisten memperkuat kemampuan serta keahlian para Perwiranya, terutama dalam bisnis inti (core business) perusahaan yang fokus pada jasa/solusi Radio Trunking.

SCU yang sudah berdiri sejak 8 April 1980 memiliki banyak kompetensi, di antaranya memberikan layanan Warehouse, National Data Repository, Information Management Solutions, hingga Radio Communication & Tracking. Jasa/solusi Radio Trunking yang masuk dalam layanan Radio Communication & Tracking saat ini masih menjadi bisnis primadona yang terus dikembangkan SCU.

SCU saat ini masih menjadi satu-satunya entitas bisnis yang memiliki kompetensi serta izin di bidang Radio Trunking di lingkungan Pertamina Group dan afiliasinya.

Radio Trunking adalah solusi  penunjang bisnis yang diperlukan bagi suatu perusahaan, terutama sebagai instrumen strategis untuk mempercepat berbagai proses komunikasi.

Orang awam biasanya mengenal solusi Radio Trunking sebagai jasa komunikasi yang menggunakan HT (Handy Talky) yang mencakup penyediaan komunikasi konvensional melalui gelombang radio.

"Pengalaman Radio Trunking SCU sudah puluhan tahun, dan dalam perkembangannya ternyata solusi ini masih banyak dibutuhkan dan diminati. Hal ini mengingat kondisi geografis Indonesia yang belum sepenuhnya ter-cover dengan coverage GSM (Global System for Mobile Communications)," ujar Direktur PT Sigma Cipta Utama, Adi Yatama Adi Guna,  dalam keterangan tertulis, Kamis (1/12/2022).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Program Upskilling

Pada Senin-Jumat, 21-25 November 2022 di Jakarta, SCU menyelenggarakan program upskilling kepada 6 Perwira terpilih lewat kegiatan training dan sertifikasi dengan tema “Training Design and Deploy Motorola Capmax System”.

Program upskilling yang menggandeng dan menghadirkan Trainer dari Motorola Solutions Center Penang Malaysia ini sebagai bentuk komitmen SCU dalam meningkatkan kompetensi para Perwiranya terkait Radio Trunking yang menjadi andalan perusahaan.

Adi menguraikan, selain sebagai upaya demi meningkatkan kompetensi dan kapasitas karyawan, program uspkilling juga diimplementasikan SCU agar terus adaptif pada perkembangan teknologi yang terjadi.

"Lewat program upskilling diharapkan kami dapat terus menjaga kualitas serta menambah knowledge dari solusi yang kami tawarkan, sehingga solusi yang dikuasai perusahaan menjadi semakin luas,” tutur Adi.

Solusi Radio Trunking saat ini memang terus berkembang. Tak hanya berupa trunking konvensional, tetapi juga telah memungkinkan adanya penggabungan fungsionalitas radio dua arah dengan teknologi digital yang tak hanya dapat mengirimkan suara namun juga data.

“Saat ini solusi Radio Trunking juga mulai dikawinkan dengan teknologi yang eksisting. Jadi sudah ada satu perangkat yang bisa dua koneksi, bisa radio, bisa internet/GSM. Bisa foto, bisa buat aplikasi, sampai bisa input data, jadi ini seperti smart HT," tutur dia.

 

 

3 dari 4 halaman

Kegiatan Pelatihan

Karena itu program upskilling yang diselenggarakan oleh SCU mengusung kegiatan pelatihan Motorolla Capmax.

"Ini teknologi baru yang mulai laris dan mulai banyak digunakan. Tentunya kami sebagai satu-satunya perusahaan di lingkungan Pertamina yang fokus pada solusi Radio Trunking juga harus segera cepat menguasai teknologi baru ini,” tambah Adi.

Untuk industri hulu migas, Adi menjelaskan bisnis Radio Trunking masih tetap prospektif ke depannya. Pertama, karena lokasi operasi hulu migas biasanya berada di remote area dengan konektivitas sulit karena jaringan serta infrastruktur telekomunikasi GSM belum sepenuhnya terbangun.

Kondisi ini memungkinkan Radio Trunking tetap dibutuhkan. Kedua, terkait dengan masalah keamanan di mana tidak seperti jaringan GSM yang terbuka, Radio Trunking memakai jaringan tertutup sehingga pihak pengguna bisa tetap full control atas informasi yang saling dibagikan.

Dari beberapa alasan tersebut, tak heran komunikasi lapangan dalam kegiatan operasi migas, baik di hulu maupun hilir, lebih dari sekitar 90 persen masih memanfaatkan Radio Trunking.

 

4 dari 4 halaman

Pengembangan Pasar

"Jadi kalau butuh reliability, butuh privasi yang secure, ini menjadi nilai jual tersendiri dari Radio Trunking. Apalagi untuk industri yang berpatokan pada SLA (Service Level Agreement) yang kuat. Kalau klien bilang data harus terkirim atau komunikasi harus terus menyala dan terkoneksi maka itu harus dijaga, dan Radio Trunking bisa jaga itu," papar Adi.

SCU sendiri berupaya mengembangkan pasar Radio Trunking untuk industri migas, tak hanya di hulu migas tetapi juga menyasar hilir migas yang porsinya masih minim.

"Untuk pengembangan bisnis Radio Trunking tentunya kami harus sangat agresif. Target SCU ingin mengembangkan ke sektor hilir migas di mana di potensinya cukup besar. Hulu migas memang cukup banyak peluangnya, tetapi di hilir walaupun kecil-kecil bisa lebih masif kalau diambil peluangnya. Kami punya harapan yang besar bahwa Radio Trunking ini masih menjadi bisnis yang menjanjikan buat SCU dan memberikan solusi yang lebih sesuai dan terintegrasi bagi penggunanya,” beber Adi.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.