Sukses

Wall Street Semringah Sambut Akhir Pekan, Investor Kembali Cerna Pernyataan Pejabat The Fed

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones melonjak 199,37 poin atau 0,59 persen ke posisi 33.745,69.

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street menguat pada perdagangan Jumat, 18 November 2022. Wall street melompat seiring investor kembali mencerna pernyataan lebih keras dari pejabat the Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral AS dan meneliti laporan laba terbaru.

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones melonjak 199,37 poin atau 0,59 persen ke posisi 33.745,69. Indeks S&P 500 mendaki 0,48 persen ke posisi 3.965,34. Indeks Nasdaq bertambah 0,01 persen ke posisi 11.146,06.

Namun, selama sepekan, rata-rata indeks acuan membukukan koreksi. Indeks Dow Jones melemah tipis 0,01 persen. Indeks S&P 500 tergelincir 0,69 persen. Indeks Nasdaq terpangkas 1,57 persen. Akan tetapi, tiga indeks acuan kompak menguat sepanjang November 2022.

Pada perdagangan jelang akhir pekan, indeks S&P 500 cenderung mendatar seiring investor mulai mengatur ulang harapan setelah rilis data ekonomi selama seminggu terakhir dimulai dengan indeks harga konsumen atau inflasi pada Oktober 2022. Chief Investment Officer Homrich Berg, Stephanie Lang menuturkan, pekan ini ditandai dengan sudut pandang kembali ke kenyataan.

“Menyusul reli besar yang keluar dari IHK yang lebih baik dari perkiraan, pasar mencerna data saat ini yang mengembalikan semuanya ke kenyataan,” tutur dia.

Ia menambahkan, reli yang terdorong inflasi tidak dibenarkan oleh fundamental. “Pasar juga memperkirakan soft landing di sini, yang menurut kami kemungkinan tidak akan terjadi. Jadi ketika Anda mendengar pejabat the Fed keluar dan menegaskan kembali sikap mereka, Anda mulai melihat pasar menyesuaikan diri dengan itu,” tutur dia.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Pernyataan Pejabat The Fed

Pada Jumat, 18 November 2022, Presiden the Federal Reserve Boston Susan Collins menuturkan, keyakinannya kalau pembuat kebijakan dapat meredam inflasi tanpa terlalu menganggu tenaga kerja.

Sementara itu, Presiden the Fed St Louis James Bullard menuturkan, tingkat suku bunga belum berada di zona yang dapat dianggap cukup membatasi. Dia menyarankan, zona yang sesuai untuk tingkat bunga dapat berada di kisaran 5-7 persen yang lebih tinggi dari harga pasar.

Pendiri Vital Knowledge, Adam Crisafulli menilai investor harus lebih menekankan pada data actual dan tidak terlalu fokus pada retorika the Fed.”Investor telah lelah dengan the Fed, dan ketakutannya mungkin diperlukan 2-3 rilis data inflasi lagi bagi pejabat (the Fed-red) untuk berhenti tegur pasar setiap kali coba reli,” kata dia.

3 dari 4 halaman

Wall Street Loyo Imbas Pernyataan Pejabat The Fed

Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street tumbang pada perdagangan Kamis, 17 November 2022. Di sisi lain, imbal hasil obligasi AS melonjak seiring pejabat the Federal Reserve (the Fed) isyaratkan kenaikan suku bunga untuk memperlambat inflasi masih jauh dari selesai.

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones melemah tipis 7,51 poin atau 0,02 persen ke posisi 33.546,32. Indeks Dow Jones sempat turun 314 poin dalam sesi perdagangan. Indeks S&P 500 terpangkas 0,31 persen ke posisi 3.946,56. Indeks Nasdaq terpangkas 0,35 persen ke posisi 11.144,96.

Wall street menguat dari posisi terendah pada hari sebelumnya seiring saham Cisco Systems melonjak hampir lima persen. Perusahaan peralatan jaringan melampaui harapan dalam laporan fiskal kuartal I dan mengeluarkan panduan optimistis. Saham teknologi antara lain Apple dan Intel juga menguat.

Sementara itu, investor juga mempertimbangkan komentari Presiden The Federal Reserve St Louis James Bullard yang mengatakan dalam pidatonya pada Kamis, 17 November 2022 kalau tingkat suku bunga belum berada di zona yang dapat dianggap cukup membatasi.

“Perubahan sikap kebijakan moneter tampaknya hanya memiliki efek terbatas pada inflasi yang diamati, tetapi harga pasar menunjukkan disinflasi diperkirakan terjadi pada 2023,” Bullard menambahkan.

Selain itu, imbal hasil obligasi Amerika Serikat (AS) bertenor dua tahun yang sensitif terhadap kebijakan melonjak menjadi 4,45 persen. Hal itu meningkatkan kekhawatiran suku bunga lebih tinggi akan mengirim ekonomi ke dalam resesi.

4 dari 4 halaman

Risiko Resesi Tetap Tinggi

"Saya sedang melihat pasar tenaga kerja yang sangat ketat, saya tidak tahu bagaimana Anda terus menurunkan tingkat inflasi ini tanpa benar-benar melambat, dan mungkin kita bahkan mengalami kontraksi ekonomi untuk mencapainya,” ujar Kansas City the Fed President Esther George kepada Wall Street Journal pada Rabu, 16 November 2022.

Saham-saham yang rentan terhadap resesi termasuk melemah di indeks S&P 500. Saham-saham material atau bahan baku melemah, begitu pula saham konsumsi pilihan.

Pengetatan moneter tambahan dan dampak kumulatif dari kenaikan suku bunga pada 2022 menunjukkan risiko resesi tetap tinggi. Hal itu disampaikan UBS Global Wealth Management Chief Investment Officer Mark Haefele.

“Kami terus percaya kalau prasayarat ekonomi makro untuk reli yang berkelanjutan, penurunan suku bunga dan penurunan pertumbuhan, dan laba perusahaan sudah di depan mata, belum ada,” kata dia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.