Sukses

Babak Baru Intraco Penta, Restrukturisasi Utang dari Kreditur

Selain restrukturisasi pinjaman, Intraco Penta (INTA) juga mendapatkan fasilitas berupa Surat Kredit Berdokumen Dalam Negeri (SKBDN).

Liputan6.com, Jakarta - PT Intraco Penta Tbk (INTA) mengumumkan keberhasilan dalam melakukan restrukturisasi pinjaman dalam rangka penyelesaian pinjaman/fasilitas kredit Perseroan dan anak usaha Perseroan, yaitu PT Intraco Penta Wahana (IPW), PT Intraco Penta Prima Servis (IPPS) dan PT Columbia Chrome Indonesia (CCI) terhadap Bank Mandiri.  

Direktur Utama PT Intraco Penta Tbk, Petrus Halim mengapresiasi dapat mengumumkan keberhasilan restrukturisasi atas kewajiban Perseroan beserta anak usahanya.

"Fasilitas restrukturisasi ini akan memungkinkan Perseroan untuk memperbaiki arus kasnya, karena beban pembayaran kepada bank kreditur menjadi lebih ringan sekaligus meningkatkan kolektibilitas usaha Intraco Penta Group secara bertahap menjadi status Lancar," ujar dia dalam keterangan tertulis yang diterima Liputan6.com, Jumat (4/11/2022).  

Transaksi ini melibatkan novasi hutang anak usaha IPW, IPPS, dan CCI, yang semua diikat dalam satu paket dengan skema restrukturisasi berupa perubahan jangka waktu pinjaman menjadi 10 tahun, terhitung sejak tanggal penandatangan Addendum Perjanjian Penyelesaian Kredit.  

Selain restrukturisasi pinjaman, perseroan juga mendapatkan fasilitas berupa Surat Kredit Berdokumen Dalam Negeri (SKBDN) kepada IPW. Melalui fasilitas tersebut, INTA optimis dapat memenuhi target kinerja pada sisa tahun ini.  

“IPW memiliki principal yang siap mendukung yakni LiuGong melalui LMI (Liugong Machinery Indonesia) dan Teckhing yang kinerjanya cukup sukses pada Mining Expo yang diselenggarakan Oktober 2022," ujar dia.

Ia menambahkan, melalui fasilitas ini, perseroan yakin dapat memperoleh hasil yang lebih baik dari tahun sebelumnya karena tren penjualan alat berat yang terus bertumbuh seiring tingginya harga sejumlah komoditas khususnya pertambangan dan perkebunan yang turut mengerek penjualan alat berat Intraco Penta.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Intraco Penta Berharap Restrukturisasi Selesai pada 2022

Diberitakan sebelumnya, PT Intraco Penta Tbk (INTA) berupaya restrukturisasi utang Rp 2,3 triliun. Perseroan berharap restrukturisasi selesai paling cepat kuartal I dan II 2022.

Untuk menyelesaikan restrukturisasi, Intraco Penta akan optimalkan aset non core. Selain itu, dalam paparan publik Intraco Penta disebutkan untuk mencicil sisa utang sesuai waktu yang disepakati. Kemudian reorganisasi dan penggabungan anak usaha di lini bisnis alat berat dan membentuk team recovery dan collection untuk mempercepat tagihan piutang bermasalah.

"Target penyelesaian (restrukturisasi secepatnya) pada kuartal I dan II 2022. Komunikasi saat ini berjalan dengan baik dan intensif dengan kreditur utama, Bank Mandiri,” ujar Head of Finance PT Intraco Penta Tbk, Daniel Kusniadi saat paparan publik virtual, Selasa (28/12/2021).

Hingga September 2021, pendapatan usaha perseroan turun 22,08 persen menjadi Rp 443,78 miliar dari periode sama tahun sebelumnya Rp 569,57 miliar. Rugi perseroan kepada pemilik entitas induk naik menjadi Rp 196,48 miliar hingga kuartal III 2021 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 168,15 miliar.

Total liabilitas tercatat Rp 4,19 triliun hingga 30 September 2021 dari Desember 2020 sebesar Rp 4,13 triliun. Perseroan catat defisiensi modal Rp 1,46 triliun hingga 30 September 2021 dari Desember 2020 Rp 1,24 triliun.

Total aset turun jadi Rp 2,72 triliun hingga September 2021 dari Desember 2020 sebesar Rp 2,88 triliun. Perseroan kantongi kas dan setara kas Rp 54,47 miliar hingga 30 September 2021 dari Desember 2020 Rp 37,79 miliar.

3 dari 4 halaman

Selanjutnya

Sementara itu, penjualan alat berat perseroan tumbuh 19 persen dari 169,2 unit hingga September 2020 menjadi 200,9 unit hingga September 2021.

Dari jumlah unit itu, penjualan alat berat hingga September 2021 mayoritas alami kenaikan antara lain untuk sektor tambang naik 46 persen, sedangkan sektor di luar pertambangan meningkat 17 persen.

Untuk belanja modal 2022, Daniel menuturkan, pihaknya sedang finalisasi. Belanja modal pada 2022 akan digunakan untuk peremajaan alat yang sudah berumur untuk disewakan.

"Sumber dana kita juga akan penjualan aset inventory cukup lama sebagai program cleaning. Sumber internal dari bisnis diharapkan membaik seiring berjalan vaksin dan situasi COVID-19 membaik. Setelah restrukturisasi berjalan baik diharapkan bantuan finansial dari institusi keuangan untuk support kembali INTA untuk belanja modal,” kata dia.

 

4 dari 4 halaman

Permintaan Alat Berat Melonjak, Intraco Penta Akui Kendala Persediaan

Sebelumnya, PT Intraco Penta Tbk (INTA) mengakui ada kendala persediaan atau stock alat berat di tengah permintaan yang sedang tinggi-tingginya. Kondisi itu merupakan buntut dari meroketnya harga komoditas baru-baru ini, sehingga banyak produsen komoditas meningkatkan produksinya.

"Permintaan luar biasa saat ini, sampai ada kendala stok alat berat. Produksi alat berat ketinggalan dengan demand yang saat ini ada. Kita sulit memenuhi permintaan-permintaan customer karena pabrik punya supply yang terbatas meskipun menambah production line-nya," ungkap Direktur Intraco Penta Eddy Rodianto dalam paparan publik insidentil perseroan, Jumat (19/8/2022).

Tingginya permintaan alat berat turut mengerek penjualan perseroan pada semester I 2022. Pada periode tersebut,  perseroan mencatatkan kenaikan pendapatan sebesar 18,30 persen yoy menjadi Rp 334,35 miliar. Mayoritas pendapatan usaha INTA di paruh pertama tahun ini disumbangkan oleh penjualan alat-alat berat sebesar Rp 168,14 miliar.

Diikuti oleh penjualan suku cadang sebesar Rp 102,59 miliar. Selain itu, Perseroan juga mencetak pendapatan jasa sebesar Rp 52,61 miliar pada paruh pertama tahun ini. Eddy memandang prospek usaha perseroan pada tahun ini akan lebih baik dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Khususnya di bidang-bidang industri terkait dengan alat berat seperti peningkatan kebutuhan sektor industri komoditas terhadap alat berat baik batu bara, nikel maupun agribisnis, manufaktur dan infrastruktur serta industri lainnya.

"Ke depan, tantangan yang menjadi fokus utama Perseroan adalah modal kerja yang harus lebih dioptimalkan. Dengan modal kerja yang lebih baik, tentunya Perseroan akan lebih leluasa untuk melakukan ekspansi,” kata dia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.