Sukses

Menakar Prospek IPO pada Kuartal IV 2022

Research Analyst Henan Putihrai Sekuritas, Jono Syafei menuturkan, prospek IPO pada kuartal IV nantinya tentu akan melihat bagaimana kondisi ekonomi global.

Liputan6.com, Jakarta - Analis menilai prospek penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) pada kuartal IV tergantung bagaimana kondisi ekonomi global.

Research Analyst Henan Putihrai Sekuritas, Jono Syafei menuturkan, prospek IPO pada kuartal IV nantinya tentu akan melihat bagaimana kondisi ekonomi global.

"Prospek IPO pada kuartal IV nantinya tentu akan melihat bagaimana kondisi ekonomi global, yang dapat mempengaruhi pasar saham secara keseluruhan," kata Jono kepada Liputan6.com, Rabu (5/10/2022).

Jono juga menjelaskan, ramai atau tidaknya IPO nanti juga akan tergantung pada industri emiten tersebut dan tentunya tujuan dari penggunaan dana IPO.

"Sehingga investor harus melihat kedua hal tersebut ketika akan berinvestasi pada saham-saham IPO," kata dia.

Sementara itu, Head of Investment Information Mirae Asset Sekuritas Roger MM mengatakan, prospek IPO pada kuartal IV akan dibayangi sentimen kenaikan suku bunga dan inflasi.

"Prospek IPO pada kuartal IV akan di bayangi sentimen kenaikan suku bunga dan inflasi sehingga investor kemungkinan akan lebih selektif dalam memilih emiten yang akan IPO," ujar Roger.

Kemudian, IPO pada kuartal IV relatif masih menarik karena dari beberapa IPO sebelumnya banyak emiten dari sektor tertentu yang menjadi incaran investor.

"IPO pada kuartal IV relatif masih menarik karena memang dari beberapa IPO sebelumnya banyak emiten dari sektor tertentu yang menjadi incaran investor," kata dia.

Roger menjelaskan, salah satu strategi dalam memilih saham IPO adalah melihat dari sisi sektoral.

"Apakah sektor dari emiten tersebut positif dengan kondisi saat ini. Kemudian dari sisi bisnis si emiten yang akan IPO, lalu jumlah yang akan di share ke publik dan kinerja dari emiten,"

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Melihat Prospek IHSG pada Kuartal IV 2022

Sebelumnya, memasuki akhir tahun atau kuartal IV, indeks harga saham gabungan (IHSG) diperkirakan mengalami koreksi. IHSG ditutup pada posisi 7.040 pada akhir kuartal III 2020. Mengutip data RTI, IHSG turun 1,9 persen dalam sebulan terakhir.

"Secara seasonality memang pada September biasanya IHSG mengalami koreksi, sehingga investor disarankan wait and see menunggu kondisi pasar saham global stabil," ujar Analis Henan Putihrai Sekuritas Jono Syafei kepada Liputan6.com, ditulis Minggu (2/10/2022).

Sementara untuk window dressing sendiri, Jono mencermati biasanya akan mulai terlihat pada Oktober. Window dressing utamanya terjadi pada saham LQ45. Kondisi ini bisa dijadikan peluang bagi investor yang ingin mulai mengoleksi saham-saham bluechip secara bertahap.

 

3 dari 4 halaman

Strategi

Window dressing merupakan pola ketika harga saham cenderung menguat mendekati pergantian tahun. Hal ini karena fund manager cenderung memoles portofolionya pada akhir tahun sehingga rapornya bagus. Window dressing juga dilakukan emiten untuk merapikan laporan keuangan agar menarik pasar.

"Strategi yang bisa dilakukan yaitu mulai melirik saham-saham bluechip yang memiliki neraca kuat, utang sedikit dan valuasi murah dengan harapan di akhir tahun harga sahamnya akan terapresiasi,” imbuh Jono.

Adapun sektor yang bisa diperhatikan jelang akhir tahun yaitu perbankan, konsumer, ritel, dan komoditas.

Sementara itu, Analis PT MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana menuturkan, saat ini belum ada perubahan target IHSG hingga akhir 2022. Adapun IHSG masih akan dibayangi sentimen potensi resesi global. IHSG diprediksi untuk bearish 6.743 dan bullish 7.480 hingga akhir 2022.

“Kami perkirakan seperti itu (sentimen resesi global-red), karena the Fed masih bernada hawkish hingga 2023 untuk menekan inflasi hingga target 2 persen,” kata dia.

4 dari 4 halaman

Sektor Keuangan Bakal Topang IHSG

Sektor keuangan diprediksi menjadi penopang Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Kebijakan suku bunga pun menjadi katalis untuk sektor saham keuangan tersebut.

Head Of Research NH Korindo Sekuritas, Liza C. Suryanata menuturkan, jika IHSG ingin naik serta kembali pulih harus terjadi peningkatan pada sektor keuangan.

Dengan demikian, kini bank juga memiliki strategi dalam menyesuaikan tren suku bunga. Kini, bank tidak langsung menaikan suku bunga kredit melainkan suku bunga tabungan atau deposito terlebih dahulu.

"Kemudian, yang naik duluan untuk menyesuaikan tren suku bunga yang naik adalah suku bunga tabungan dan deposit dulu yang naik baru nanti ngikut suku bunga kredit belakangan tiga bulan lagi kata Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo,” kata Liza.

Liza menegaskan, maksud hal tersebut karena likuiditas perbankan itu kecil yang artinya bank ingin mengambil uang dari masyarakat dengan cara menaikkan suku bunga tabungan maupun deposito. Kemudian, jika uang tersebut sudah terkumpul banyak, bank akan memberikan penyaluran kredit.

"Itu maksudnya apa? bahwa likuiditas perbankan itu kecil, artinya bank itu mau narik duit masyarakat tentunya dengan cara menaikkan suku bunga mereka suku bunga tabungan atau deposit, likuiditas itu terbilang rendah, kalau udah banyak baru mereka keluarin penyaluran kredit. So pak Perry bilang dia melihat ada perubahan perilaku penyesuaian tren kenaikan suku bunga,” pungkasnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

  • Saham adalah hak yang dimiliki orang (pemegang saham) terhadap perusahaan berkat penyerahan bagian modal sehingga dianggap berbagai dalam pe

    Saham

  • IPO adalah singkatan dari Initial Public Offering.

    IPO

  • Bursa Efek Indonesia atau BEI adalah salah satu tempat yang memperjualbelikan saham, obligasi, dan sebagainya di Indonesia.

    BEI

  • emiten

  • Ekonomi Global