Sukses

Diamond Food Indonesia Absen Tebar Dividen 2021

Direktur Diamond Food Indonesia, Richard Johannes Purwadi, pihaknya tidak membagikan dividen untuk tahun buku 2021 karena beberapa faktor.

Liputan6.com, Jakarta - PT Diamond Food Indonesia Tbk (DMND) absen membagikan dividen untuk tahun buku 2021. Hal itu dilakukan untuk mengantisipasi berbagai isu yang dapat mengganggu aktivitas operasional Diamond Food Indonesia.

Direktur Diamond Food Indonesia, Richard Johannes Purwadi, pihaknya tidak membagikan dividen untuk tahun buku 2021 karena beberapa faktor.

"Jadi, di tengah ketidakpastian kondisi saat ini, baik perkembangan COVID-19 dan  geopolitik yang terjadi agar kas yang ada akan digunakan secara optimal untuk mengantisipasi berbagai isu yang dapat mengganggu aktivitas operasional nantinya.” kata Richard dalam paparan publik Diamond Food Indonesia, Rabu (5/10/2022).

Selain itu, kas tersebut juga akan digunakan untuk perkembangan bisnis dari Diamond Food Indonesia.  Kemudian, saat Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan 2021, perseroan telah melakukan pencadangan terhadap laba ditahan sebanyak 20 persen dari total laba bersih 2021 atau sebesar RP 70,29 miliar. 

"Pada RUPS tahun buku 2021,perseroan telah melakukan pencadangan terhadap laba ditahan sebanyak 20 persen dari total laba bersih 2021 atau sebesar RP 70,29 miliar,” kata dia.

Kemudian, pencadangan laba tersebut juga sudah sesuai dengan undang-undang yang berlaku saat ini. 

"Hal ini sudah sesuai dengan undang undang yang berlaku saat ini,” kata Richard.

Adapun, target utama kinerja 2022 dari Diamond Food Indonesia antara lain, mencapai pertumbuhan pendapatan hingga dua digit, meningkatkan penetrasi ke konsumen ritel untuk kalangan kelas menengah ke bawah dengan produk yang lebih relevan dan meningkatkan produktivitas tenaga penjualan perseroan dan pengalaman pelanggan (customer experience) melalui proses transformasi digital.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Imbal Hasil IHSG Salip Bursa AS dan China

Sebelumnya, gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diproyeksikan tertekan hingga akhir tahun. Secara year to date, imbal hasil (return) dari IHSG tercatat sebesar 6,5 persen, cenderung turun dibanding realisasi akhir tahun lalu  sebesar 10,2 persen.

Meski begitu, Head of Equity Research Mandiri Sekuritas, Adrian Joezer mengatakan, imbal hasil itu melampaui bursa luar negeri antara lain Amerika Serikat (AS), China, Hong Kong, hingga Singapura.

"Indonesia sangat resilient, indeks return kita termasuk tinggi dibandingkan negara-negara lain termasuk ASEAN,” kata dia, ditulis Rabu (5/10/2022).

Sebagai perbandingan, imbal hasil indeks acuan Thailand SET minus 6 persen ytd, Malaysia JCI miinus 10,8 persen ytd, Philippine PSEi minus 18,8 persen. Kemudian Vietnam VN turun paling dalam yakni 27,5 persen, Singapore STI turun 0,5 persen, China CSI 300 turun 23 persen, Hong Kong Hang Seng turun Rp 27 persen. UK FTSe turun 6,4 persen, US S&P 500 turun 22,8 persen, dan India SENSEC turun 2,5 persen. 

Merujuk pada perkembangan ekonomi saat ini, baik global maupun domestik, Mandiri Sekuritas turun menurunkan target IHSG hingga akhir tahun.

"IHSG 7.300 sebelum kenaikan harga BBM. Kita memang turunan karena pada saat ini lebih priced in karena fokus ke The Fed,” kata dia.

3 dari 4 halaman

Sektor Saham

Ke depan, Adrian mengatakan sektor yang masih menarik untuk dicermati, selain energi dan komoditas, yakni konsumsi. Informasi saja, IDX energy memang terpantau mencatatkan kinerja paling mentereng yakni tumbuh 70 persen ytd. Disusul IDX Industry yang naik 24 persen ytd.

Lalu IDX Transportation tumbuh 10 persen, dan IDX konsumer non siklikal sebesar 5 persen, dan IDX Health dan IDX Infrastructure masing-masing tumbuh 3 persen ytd dan 2 persen ytd. Lebih lanjut, Adrian mengungkapkan sejumlah sentimen investasi pasar modal ke depan, antara lain kenaikan consumer price index (CPI) dalam negeri dan kenaikan suku bunga yang berisiko terhadap daya beli masyarakat menengah ke bawah, serta risiko normalisasi harga komoditas setelah kuartal IV 2022.

"Salah satu potensi sektor konsumsi dasar, tapi masih lihat apakah saham ini sudah priced in ke daya beli. Semoga sudah, sehingga tahun depan bisa resilience. Kita jagokan bank juga,” kata dia.

4 dari 4 halaman

Melihat Prospek IHSG pada Kuartal IV 2022

Sebelumnya, memasuki akhir tahun atau kuartal IV, indeks harga saham gabungan (IHSG) diperkirakan mengalami koreksi. IHSG ditutup pada posisi 7.040 pada akhir kuartal III 2020. Mengutip data RTI, IHSG turun 1,9 persen dalam sebulan terakhir.

"Secara seasonality memang pada September biasanya IHSG mengalami koreksi, sehingga investor disarankan wait and see menunggu kondisi pasar saham global stabil," ujar Analis Henan Putihrai Sekuritas Jono Syafei kepada Liputan6.com, ditulis Minggu, 2 Oktober 2022.

Sementara untuk window dressing sendiri, Jono mencermati biasanya akan mulai terlihat pada Oktober. Window dressing utamanya terjadi pada saham LQ45. Kondisi ini bisa dijadikan peluang bagi investor yang ingin mulai mengoleksi saham-saham bluechip secara bertahap. 

Window dressing merupakan pola ketika harga saham cenderung menguat mendekati pergantian tahun. Hal ini karena fund manager cenderung memoles portofolionya pada akhir tahun sehingga rapornya bagus. Window dressing juga dilakukan emiten untuk merapikan laporan keuangan agar menarik pasar.

"Strategi yang bisa dilakukan yaitu mulai melirik saham-saham bluechip yang memiliki neraca kuat, utang sedikit dan valuasi murah dengan harapan di akhir tahun harga sahamnya akan terapresiasi,” imbuh Jono.

Adapun sektor yang bisa diperhatikan jelang akhir tahun yaitu perbankan, konsumer, ritel, dan komoditas.

Sementara itu, Analis PT MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana menuturkan, saat ini belum ada perubahan target IHSG hingga akhir 2022. Adapun IHSG masih akan dibayangi sentimen potensi resesi global. IHSG diprediksi untuk bearish 6.743 dan bullish 7.480 hingga akhir 2022.

“Kami perkirakan seperti itu (sentimen resesi global-red), karena the Fed masih bernada hawkish hingga 2023 untuk menekan inflasi hingga target 2 persen,” kata dia.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.