Sukses

Wall Street Anjlok, Investor Khawatir Resesi Global Imbas Kenaikan Suku Bunga

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones tersungkur 486,27 poin atau 1,62 persen menjadi 29.590,41.

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street anjlok pada perdagangan saham Jumat, 23 September 2022. Koreksi wall street mendorong tekanan terhadap kinerja mingguan di pasar keuangan seiring lonjakan suku bunga dan gejolak mata uang asing meningkatkan kekhawatiran resesi global.

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones tersungkur 486,27 poin atau 1,62 persen menjadi 29.590,41. Indeks S&P 500 susut 1,72 persen menjadi 3.693,23. Indeks Nasdaq merosot 1,8 persen menjadi 10.867,93.

Indeks Dow Jones mencatat posisi ke level terendah baru pada 2022 dan ditutup di bawah 30.000 untuk pertama kalinya sejak 17 Juni 2022. Indeks Dow Jones akhiri perdagangan 19,9 persen di bawah rekor intraday.Pada satu titik, indeks Dow Jones sempat turun lebih dari 826 poin.

Rata-rata indeks acuan ditutup di wilayah negatif dalam lima minggu dengan indeks Dow Jones susut 4 persen. Indeks S&P 500 dan Nasdaq masing-masing turun 4,65 persen dan 5,07 persen.

Ini menunjukkan empat sesi perdagangan berturut-turut melemah seiring bank sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed) pada Rabu, 21 September 2022 menaikkan suku bunga acuan. The Fed juga mengindikasikan akan menaikkan suku bunga acuan pada pertemuan November 2022.

“Pasar telah bertransisi dengan jelas dan cepat dari kekhawatiran inflasi menjadi kekhawatiran atas kampanye agresif the Federal Reserve,” ujar Quincy Krosby dari LPL Financial.

Ia menambahkan, imbal hasil obligasi naik ke level tertinggi yang belum pernah dlihat selama bertahun-tahun.

"Ini mengubah pola pikir tentang bagaimana the Fed mencapai stabilitas harga tanpa ada yang melanggar,” ujar dia.

Di sisi lain, Pound Inggris mencapai level terendah baru lebih dari tiga dekade terhadap dolar AS setelah rencana ekonomi baru Inggirs yang mencakup pemotongan pajak guncangkan pasar. Ini mengkhawatirkan inflasi di atas segalanya saat ini. Bursa saham Eropa turun dua persen pada Jumat, 23 September 2022.

"Ini adalah kekacauan makro global yang coba diselesaikan oleh pasar,” ujar Krosby.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Imbal Hasil Obligasi AS Melonjak

Imbal hasil obligasi melonjak pekan ini setelah tindakan the Fed dengan tingkat imbal hasil obligasi tenor dua tahun dan 10 tahun mencapai level tertinggi yang tidak terlihat dalam lebih dari satu dekade. Goldman Sachs memangkas target indeks S&P 500 pada akhir tahun karena kenaikan suku bunga dan prediksi setidaknya penurunan empat persen.

Sektor saham yang dinilai terpukul dengan potensi resesi memimpin koreksi pekan ini. Sektor konsumsi S&P 500 turun 7 persen. Sektor saham energi merosot 9 persen karena harga minyak turun. Saham pertumbuhan termasuk saham teknologi besar yaitu Apple, Amazon, Microsoft dan Meta Platforms anjlok pada Jumat, 23 September 2022.

“Berdasarkan diskusi klien kami, mayoritas investor saham telah adopsi pandangan skenario hard landing tidak dapat dihindari dan fokusnya adalah waktu, besarnya, dan durasi potensi resesi dan strategi investasi untuk prospek itu,” tulis David Kostin dari Goldman Sachs.

3 dari 4 halaman

Wall Street Lanjutkan Koreksi Imbas Kekhawatiran Kenaikan Suku Bunga The Fed

Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street membukukan koreksi dalam tiga hari berturut-turut pada perdagangan Kamis, 22 September. Tekanan terhadap wall street seiring meningkatnya kekhawatiran kenaikan suku bunga agresif oleh bank sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed)  akan mendorong ekonomi ke dalam resesi.

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks S&P 500 tergelincir 0,8 persen ke posisi 3.757,99. Indeks Nasdaq susut 1,4 persen menjadi 11.066,81. Indeks Dow Jones merosot 107,10 poin atau 0,3 persen ke posisi 30.076,68.

Pada perdagangan Kamis pekan ini, indeks acuan yang koreksi mendorong penurunan mingguan. Indeks Dow Jones turun sekitar 2,42 persen hingga kini. Indeks S&P 500 dan Nasdaq masing-masing turun 3 persen dan 3,3 persen.

Di sisi lain, imbal hasil obligasi melonjak pada perdagangan Kamis pekan ini. Imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun dan dua tahun mencetak posisi tertinggi. Imbal hasil tersebut mencapai level tertingg masing-masing sejak Februari 2011 dan Oktober 2007.

Pergerakan pada perdagangan Kamis pekan ini juga terjadi setelah bank sentral AS mempertahankan sikap agresifnya pada Rabu pekan ini.

The Fed menerapkan kenaikan suku bunga acuan 75 basis poin dan prediksi membawa suku bunga 4,4 persen pada akhir 2022. Bank sentral lainnya di seluruh dunia juga mengikuti langkah the Fed menerapkan kenaikan suku bunga meski ada dampak potensial bagi ekonomi.

4 dari 4 halaman

Gerak Saham di Wall Street

Saham teknologi dan semikonduktor yang berorientasi pada pertumbuhan cenderung tertekan pada Kamis pekan ini. Hal itu seiring kekhawatiran perlambatan pertumbuhan ekonomi. Sektor saham industri dan konsumsi mencatat kinerja buruk di sektor S&P 500. Sektor saham industri dan konsumsi masing-masing merosot 1,7 persen dan 2,2 persen.

“The Fed membuka jalan jalan bagi bank sentral di dunia lainnya untuk menaikkan suku bunga, dan itu akan menyebabkan resesi global, dan seberapa parah itu akan ditentukan pada berapa lama inflasi turun,” ujar Analis Oanda, Ed Moya seperti dikutip dari CNBC, Jumat (23/9/2022).

Sementara itu, saham defensif lainnya membukukan kinerja lebih baik yang didukung saham produsen obat dan bahan pokok konsumen. Saham Eli Lily naik 4,9 persen setelah UBS menaikkan rekomendasi peringkat saham.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.