Sukses

Penjelasan BTN Terkait Sinyal Kenaikan Suku Bunga KPR

Suku bunga tidak serta merta menjadi pengaruh tunggal untuk kenaikan suku bunga KPR.

Liputan6.com, Jakarta - Direktur Utama PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk, (BBTN) Haru Koesmahargyo mengungkapkan soal proyeksi bunga KPR Bank BTN serta kapan akan mulai menaikkan suku bunga KPR. 

Haru menjelaskan, Bank Indonesia (BI) sudah meningkatkan suku bunga acuan 25 basis poin dan BTN sampai saat ini masih menunggu tahapan berikutnya. 

“Selain itu pada 1 September 2022, BI mengeluarkan kebijakan pengetatan Giro Wajib Minimum (GWM) naik dari 7,5 persen ke 9 persen. ini tentunya berdampak pada dana masyarakat yang disimpan di bank untuk disalurkan kredit,” jelas Haru pada konferensi pers Public Expose Live, Kamis (15/9/2022). 

Haru memaparkan, jika dilihat dari suku bunga dan GWM yang naik pastinya akan ditransmisikan kepada tingkat suku bunga. Namun, dalam hal ini BTN tidak menaikkan suku bunga KPR, justru memberikan promo kepada para nasabah. 

“Maka dari itu, suku bunga tidak serta merta menjadi pengaruh tunggal untuk kenaikan suku bunga KPR. Jadi, kami juga tidak serta merta menaikkan suku bunga KPR hanya dari kenaikan suku bunga,” tutur dia. 

Meskipun saat ini BTN belum menaikkan suku bunga KPR, tetapi perseroan masih akan menyesuaikan apakah akan melakukan kenaikan suku bunga KPR. 

“ini bagaimana kita melakukan keseimbangan antara permintaan dan harga. Kita juga tak ingin menjaga margin dengan langsung menaikan suku bunga KPR. Jadi ada saatnya kita harus menyeimbangkan demand dan profitabilitas. Pastinya kita juga melihat faktor-faktor dan menyesuaikan,” kata Haru. 

Dilansir dari kanal Bisnis Liputan6.com, Kamis (15/9/2022), sebelumnya Haru mengisyaratkan soal kenaikan suku bunga KPR. Haru menyebut ada  potensi atas kenaikan bunga pinjaman, termasuk bunga KPR.

Potensi itu dikemukakan seiring adanya peluang suku bunga acuan dan suku bunga pinjaman kembali mengalami kenaikan.

"Nanti kira-kira ada kemungkinan naik? Ada. Kapan? Ketika suku bunga simpanan ikut naik maka tentu kita sesuaikan," ujar Haru saat ditemui di Kantor Kementerian Ketenagakerjaan, Jakarta, Selasa (6/9/2022).

 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual saham. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Pertimbangkan Banyak Faktor

Menurut perhitungannya, kenaikan bunga KPR memang mempertimbangkan banyak faktor, tidak hanya dari suku bunga acuan.

"Itu tentu, tapi dilihat juga dari cost overrun, dari persaingan, dan dari acuan. Jadi tiga hal ini kita tentu semuanya akan ikut," kata Haru.

Namun begitu, ia tak ingin terburu-buru menaikkan bunga kredit dan bunga KPR dalam waktu dekat. BTN masih menunggu hasil rapat dewan gubernur (RDG) Bank Indonesia selanjutnya.

"Kalau BTN belum (ada sinyal menaikan bunga KPR dan pinjaman). Kita lihat juga (situasi) di pasar," ungkap Haru.

3 dari 4 halaman

BTN Sebut Restrukturisasi Kredit Menurun

Sebelumnya, PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) atau BTN menyampaikan restrukturisasi kredit perbankan yang terdampak COVID-19 terus menurun. 

Direktur Risk Management and Transformation BTN Setiyo Wibowo menturkan, pihaknya secara terus menerus melakukan banyak upaya baik dalam restrukturisasi maupun menyelesaikan restrukturisasi. 

"Jadi seiring dengan membaiknya situasi pandemi maupun situasi ekonomi kita sekarang, out flow yang nasabah-nasabah restrukturisasi kita juga  terus menurun. Dimana, kalau posisi tertinggi di 2020 jumlah total restrukturisasi COVID kita hampir mencapai Rp 60 triliun atau tepatnya Rp 59 triliun pada kuartal I 2020,” kata Setiyo dalam Paparan Publik Kinerja Keuangan Bank BTN Semester I 2022, Kamis (15/9/2022).

Selain itu, dengan upaya-upaya yang dilakukan BTN, saat ini jumlah restrukturisasi terus menurun. Saat ini, restrukturisasi menurun menjadi Rp 36,1 triliun dan diharapkan jumlah tersebut bisa terus menurun hingga akhir tahun. 

"Alhamdulillah dengan upaya-upaya kita, edukasi maupun perbaikan restrukturisasi, saat ini jumlah restrukturisasi terus menurun saat ini menurun menjadi Rp 36,1 triliun dan harapan kita jumlah restruk ini sampai akhir tahun terus menurun. Tentunya dengan situasi pandemi yang semakin terkendali kemudian situasi ekonomi juga sudah semakin baik, walaupun memang di sisi lain adanya ancaman inflasi maupun kenaikan harga BBM,” ujar dia.

Meskipun demikian, BTN juga telah melakukan pencadangan yang cukup terhadap portofolio restrukturisasinya.

"Kita juga sudah mengantisipasi bahwa kenaikan harga inflasi maupun BBM termasuk masa restrukturisasi yang mungkin akan berakhir pada 2023 nanti, kita juga sudah antisipasi dengan melakukan langkah-langkah, antara lain melakukan pencadangan yang cukup terhadap portofolio restrukturisasi kita,” kata dia.

4 dari 4 halaman

Restrukturisasi

Tak hanya itu, Setiyo juga menjelaskan, restrukturisasi sudah dicadangkan secara cukup untuk mengantisipasi jika POJK tidak memperpanjang.

"Saat ini jumlah restrukturisasi kita sudah dicadangkan secara cukup supaya mengantisipasi apabila nanti POJK restrukturisasi ini tidak diperpanjang, kita sudah mencadangkan secara cukup. Kemungkinan adanya downgrade dari debitur-debitur kita yang termasuk dalam restrukturisasi COVID,” ujar Setiyo.

Sementara itu, BTN juga tengah melakukan komunikasi bersama OJK mengenai usulan perpanjangan restrukturisasi secara selektif.

“Walaupun kita juga selalu berkomunikasi dengan OJK bahwa mungkin akan kita usulkan adanya perpanjangan secara selektif, khususnya untuk debitur-debitur di segmen tertentu atau di daerah tertentu yang masih sangat terdampak karena belum pulihnya sektor industri di segmen-segmen tertentu akibat dari COVID ini,” pungkasnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.