Sukses

ITMG Bidik Penjualan 21,5 Juta Ton Batu Bara hingga Akhir 2022

Sepanjang semester 2022, PT Indo Tambangraya Tbk (ITMG) telah produksi batu bara sebanyak 7,7 juta ton, di tengah cuaca buruk dan curah hujan yang tinggi.

Liputan6.com, Jakarta - PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) berupaya mengambil peluang di tengah tren kenaikan harga batu bara. Hingga akhir 2022, perseroan menargetkan volume produksi batu bara antara 17,5-18,8 juta ton dengan volume penjualan sebesar 20,5-21,5 juta ton.

"Dari target volume penjualan tersebut, sebanyak 51 persen harga jualnya telah ditetapkan, 37 persen mengacu pada indeks harga batu bara, sedangkan sisa 12 persen belum terjual," kata Direktur Utama PT Indo Tambangraya Megah Tbk, Mulianto dalam keterangan resmi, Kamis, 18 Agustus 2022.

Sepanjang paruh pertama 2022, perseroan telah memproduksi batu bara sebanyak 7,7 juta ton, di tengah cuaca buruk dan curah hujan yang tinggi.

Volume penjualan tercapai sebanyak 8,1 juta ton, yang dipasarkan ke Tiongkok sebesar 2,3 juta ton, Indonesia 1,8 juta ton, Jepang 1,3 juta ton, Filipina 0,6 juta ton, Bangladesh 0,5 juta ton, dan negara-negara lain di Asia Timur, Tenggara, Selatan serta Oseania.

"Harga batu bara global yang terus menguat tajam pada paruh pertama tahun ini, menyebabkan rata-rata harga jual batu bara yang diperoleh ITM naik 134 persen menjadi USD 175 per ton dari USD 75 per ton pada kurun waktu yang sama tahun lalu,” ungkap Mulianto.

Kenaikan yang signifikan ini memungkinkan perusahaan membukukan penjualan bersih sebesar USD 1,42 miliar, atau 110 persen lebih tinggi daripada periode yang sama tahun lalu. Marjin laba kotor naik 19 persen dari paruh pertama tahun lalu menjadi 53 persen pada paruh pertama tahun ini di tengah kenaikan harga bahan bakar global.

EBITDA mencapai USD 712 juta pada paruh pertama tahun ini, naik 218 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya. Sedangkan laba bersih naik dari USD 118 juta menjadi USD 461 juta semester I 2022.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Laba ITMG Melejit 291,78 Persen pada Semester I 2022

Sebelumnya, PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) mengumumkan kinerja perseroan selama paruh pertama 2022. Pada periode tersebut, perseroan berhasil mengantongi laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar USD 460,83 juta atau sekitar Rp 6,79 triliun. Laba itu naik 291,78 persen dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar USD 117,63 juta.

Raihan itu sejalan dengan pendapatan bersih yang tumbuh 99,8 persen menjadi USD 1,42 miliar pada semester I 2022 dibanding semester I 2021 sebesar USD 676,3 juta.

Melansir laporan keuangan perseroan, Jumat (12/8/2022), pendapatan perseroan utamanya ditopang penjualan batu bara ke luar negeri. Rinciannya, penjualan di kawasan Asia Tenggara (kecuali Indonesia), India, dan Pakistan tercatat sebesar USD 435,24 juta. Disusul penjualan di Taiwan, Cina, Hongkong dan Korea sebesar USD 373,86 juta, serta Jepang senilai USD 322,16 juta. Sementara penjualan domestik atau dalam negeri tercatat sebesar USD 290,29 juta.

Seiring kenaikan pendapatan bersih, beban pokok naik menjadi USD 672,38 juta dari USD 448,96 juta pada semester I 2021. Meski begitu, laba bersih perseroan masih tercatat naik 229,53 persen menjadi USD 749,16 juta pada semester I 2022.

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

3 dari 4 halaman

Kinerja Keuangan

Pada periode yang sama, perseroan mencatatkan beban penjualan sebesar USD 64,11 juta, beban umum dan administrasi USD 15,69 juta, dan beban lain-lain sebesar USD 72,69 juta. Lalu penghasilan keuangan USD 2,05 juta dan beban keuangan USD 1,86 juta.

Dari rincian tersebut, setelah dikurangi pajak, perseroan membukukan laba periode berjalan sebesar USD 460,68 juta, naik 291,73 persen dibanding semester I 2021 sebesar USD 117,6 juta.

Dari sisi aset perseroan sampai dengan Juni 2022 tercatat sebesar USD 1,97 miliar, naik dibanding posisi akhir Desember 2021 sebesar USD 1,67 miliar. Terdiri dari aset lancar USD 1,27 miliar dan aset tidak lancar USD 705,79 juta.

Liabilitas sampai dengan Juni 2022 naik menjadi USD 491,84 juta dari posisi akhir Desember 2021 sebesar USD 464,68 juta. Terdiri dari liabilitas jangka pendek sebesar USD 396,16 juta dan liabilitas jangka panjang Rp 95,67 juta.

Sementara ekuitas sampai dengan akhir Juni 2022 tercatat sebesar USD 1,48 miliar, naik dibanding posisi akhir Desember 2021 sebesar USD 1,2 miliar.

Pada penutupan perdagangan Kamis, 11 Agustus 2022, saham ITMG melemah 6,7 persen ke posisi Rp 37.600 per saham.

Saham ITMG berada di level tertinggi Rp 39.900 dan terendah Rp 37.500 per saham. Total volume perdagangan 23.464.200 saham dan nilai transaksi Rp 898,5 miliar. Total frekuensi perdagangan 27.259 kali.

4 dari 4 halaman

Produksi Perseroan

Sebelumnya, PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) masih mempertahankan target produksi batu bara sekitar 17-18 juta ton pada 2022.

Kendati diakui Direktur Utama Indo Tambangraya Megah, Mulianto permintaan batu bara masih tinggi, tetapi perseroan mematok volume produksi 17,5-18,8 juta ton, dengan volume penjualan sebesar 20,5-21,5 juta ton.

"Target produksi kita masih tetap di angka sekitar 17 sampai 18 juta ton per tahun," kata Mulianto kepada awak media usai Kick Off Pembangunan Persemaian Mentawir, Rabu, 18 Mei 2022.

Dari target volume penjualan tersebut, sebanyak 31 persen harga jualnya telah ditetapkan, 46 persen mengacu pada indeks harga batu bara, 2 persen harga jualnya belum ditetapkan dan sisa 21 persen belum terjual.

Ia menuturkan, batu bara saat ini tengah berada pada masa yang hampir tidak pernah terjadi sebelumnya. Harga batu bara nyaris tembus USD 400 per ton.

Menurut dia, salah satu penyebab kenaikan harga batu bara yaitu konflik Rusia - Ukraina yang mengakibatkan shock supply komoditas termasuk batu bara.                                                               

"Terjadi shock supply chain salah satunya dalam kebutuhan energi. Dan dampaknya dari sisi harga melonjak cukup tinggi dan itu akan banyak memberikan manfaat juga kepada negara Indonesia," kata Mulianto.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.