Sukses

Sentimen Konflik Rusia-Ukraina Belum Reda, Saham Batu Bara Masih Berkobar

Salah satu penyebab meroketnya harga batu bara ini dipicu kondisi geopolitik Rusia—Ukraina.

Liputan6.com, Jakarta - Emiten batu bara dinilai menjanjikan di tengah tren kenaikan harga yang masih berlangsung. Berdasarkan indeks yang dikeluarkan Platt's ataupun NEX pada Juli 2022, rata-rata harga batu bara global antara USD 194 per ton sampai USD 403 per ton.

Sedangkan, harga batu bara acuan (HBA) Indonesia adalah sebesar USD 319 per ton. “Prospek emiten batu bara sangat baik. Harga batu bara naik dua kali lipat dibanding awal tahun. Sehingga pendapatan tahun ini akan jauh melebihi tahun sebelumnya,” kata Vice President Infovesta Utama Wawan Hendrayana kepada Liputan6.com, Kamis (11/8/2022).

Dalam waktu dekat, atau setidaknya sampai tahun depan, Wawan memperkirakan harga batu bara masih akan stabil. Salah satu penyebab meroketnya harga batu bara ini dipicu kondisi geopolitik Rusia—Ukraina yang mengakibatkan gangguan logistik sejumlah komoditas, termasuk batu bara.

Alih-alih ikut cuan, Wawan menyebutkan beberapa sektor lain justru terimbas dari kenaikan harga batu bara.

Sektor-sektor tersebut utamanya yang menggunakan batu bara sebagai bahan bakar atau bahan baku operasional perusahaan. Namun, bukan berarti tak ada sektor lain yang menimba peluang kenaikan harga batu bara selain emiten batu bara.

"Kenaikan harga batu bara membuat sektor yang membutuhkan energi bertambah berat bebannya, seperti semen dan lainnya. Di sisi lain, dengan naiknya batu bara juga memberikan keuntungan bagi masyarakat dan memicu belanja, sektor otomotif dan keuangan diuntungkan,” imbuh Wawan.

 

 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual saham. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Saham Pilihan

Sebagai pertimbangan, Wawan menyebutkan tiga emiten batu bara yang menarik untuk dicermati. Antara lain PT Adaro Energy Tbk (ADRO), PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG), dan PT Bukit Asam Tbk (PTBA).

"Saham-saham tersbeut dapat dibeli saat ada koreksi. Investor dapat mengharapkan dividen yang cukup besar. Namun bila harga komoditas turun maka bersiap harga saham batu bara juga terkoreksi,” tutur Wawan.

Berdasarkan pantauan Liputan6.com, saham ADRO ditutup menguat 10 poin atau 0,32 persen ke posisi 3.150 pada Kamis 11 Agustus 2022. ADRO dibuka pada posisi 3.230 dan bergerak pada rentang 3.150—3.250.

Sejak awal tahun, saham ADRO telah naik 810 poin atau 34,18 persen. Sementara ITMG dan PTBA terkoreksi. ITMG turun signifikan hingga 2.700 poin atau 6,70 persen ke posisi 37.600. ITMG dibuka pada posisi 39.900, dan bergerak pada rentang 37.500—39.900.

Sejak awal tahun, saham PTMG telah naik 18.050 poin atau 91,97 persen. Sedangkan PTBA turun 20 poin atau 0,48 persen ke posisi 4.160. PTBA dibuka pada posisi 4.250, dan bergerak pada rentang 4.140—4.270. Sejak awal tahun, saham PTBA telah naik 1.490 poin atau 55,81 persen.

 

 

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

3 dari 4 halaman

IHSG Melompat 1,05 Persen, Sektor Saham Teknologi Memimpin

Sebelumnya, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak perkasa sepanjang perdagangan Kamis, 11 Agustus 2022. Mayoritas sektor saham menghijau yang dipimpin sektor saham teknologi.

Mengutip data RTI, pada penutupan perdagangan, IHSG menguat 1,05 persen ke posisi 7.160,38. Indeks LQ45 menanjak 1,04 persen ke posisi 1.018,32. Seluruh indeks acuan kompak menghijau. Pada perdagangan Kamis pekan ini, IHSG berada di level tertinggi 7.181,10 dan terendah 7.126,28.

Sebanyak 323 saham menguat sehingga angkat IHSG. 193 saham melemah dan 177 saham diam di tempat.

Total frekuensi perdagangan 1.509.393 kali dengan volume perdagangan 28,9 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 15,3 triliun. Posisi dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 14.845. Mayoritas sektor saham menghijau kecuali indeks sektor saham IDXsiklikal melemah 0,13 persen.

Indeks sektor saham IDXtechno melambung 2,76 persen dan catat penguatan terbesar. Diikuti indeks sektor saham IDXbasic bertambah 1,96 persen, indeks sektor saham IDXproperty menguat 1,86 persen, indeks sektor saham IDXinfrastruktur bertambah 1,13 persen.

Selain itu, indeks sektor saham IDXenergy menanjak 1,05 persen, indeks seltor saham IDXtransportasi menguat 0,78 persen, indeks sektor saham IDXfinance melesat 0,61 persen, indeks sektor saham IDXhealth naik 0,32 persen, dan indeks sektor saham IDXnonsiklikal bertambah 0,13 persen.

Bursa Saham Asia

Bursa saham Asia menguat pada perdagangan Kamis, 11 Agustus 2022 setelah data inflasi Amerika Serikat (AS) lebih baik.

 

4 dari 4 halaman

Data Inflasi Bayangi Pasar

Indeks Hong Kong Hang Seng menguat 2,4 persen menjadi 20.082,43. Indeks Hang Seng teknologi bertambah 3,67 persen. Bursa saham China juga menguat. Indeks Shanghai bertambah 1,6 persen ke posisi 3.281,67 dan indeks Shenhzen bertambah 2,05 persen ke posisi 12.474,03.

Indeks Australia menguat 1,12 persen ke posisi 7.071. Indeks Kospi Korea Selatan bertambah 1,7 persen ke posisi 2.523,78 dan indeks Kosdaq menguat 1,45 persen ke posisi 832,15. Indeks MSCI Asia Pasifik di luar Jepang bertambah 1,76 persen.

Sedangkan bursa saham Jepang libur. Adapun data inflasi AS bayangi pasar pada Kamis pekan ini. Inflasi naik 8,5 persen pada Juli 2022, dan lebih baik dari perkiraan ekonom 8,7 persen.

Sementara itu, Bank Sentral China dalam laporan kebijakan moneternya menyoroti risiko inflasi ke depan. Data resmi pada Rabu pekan ini menunjukkan inflasi China mencapai posisi tertinggi dalam dua tahun pada Juli 2022.

“Laporan kebijakan moneter PBOC mengusulkan tiga pendorong peningkatan inflasi ke depan,” berdasarkan riset Citi seperti dikutip CNBC, Kamis pekan ini.

Tiga pendorong itu antara lain pemulihan konsumsi setelah gelombang Omicron, efek limpahan dari fluktuasi harga energi global hingga perputaran siklus daging babi yang cepat.

“Kami jelas melihat meningkatnya kekhawatiran tentang risiko inflasi dari PBoC yang mungkin tercermin dalam keputusan pelonggaran ke depan,” ujar analis.

Indeks dolar AS ditransaksikan di posisi 105,02 setelah melemah. Yen Jepang diperdagangkan di kisaran 132,55 per dolar AS. Dolar Australia di kisaran 0,7098. Harga minyak berjangka Amerika Serikat (AS) menguat 0,32 persen ke posisi USD 92,22 per barel. Harga minyak Brent bertambah 0,34 persen ke posisi USD 97,73 per barel.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.