Sukses

Bursa Saham Asia Loyo Tersengat Inflasi Korea Selatan

Bursa saham Asia Pasifik lesu pada perdagangan Selasa, 2 Agustus 2022 ikuti wall street dan inflasi Korea Selatan yang menguat.

Liputan6.com, Singapura - Bursa saham Asia Pasifik jatuh pada Selasa (2/8/2022),  karena inflasi Korea Selatan naik dan investor menantikan keputusan suku bunga Reserve Bank of Australia.

Indeks Hong Kong melemah 2,13 persen  pada awal sesi perdagangan. Indeks Hang Seng teknologi susut 3,1 persen. Produk domestik bruto (PDB) Hong Kong melemah 1,4 persen pada kuartal II 2022. Pada kuartal I 2022, PDB tercatat 3,9 persen.

Bursa saham China juga melemah. Indeks Shanghai turun 1,49 persen dan indeks Shenzhen merosot 2 persen. Indeks Nikkei 225 di Jepang tergelincir 1,35 persen, dan indeks Topix terpangkas 1,72 persen. Di Korea Selatan, Kospi merosot 0,39 persen dan Kosdaq turun 0,21 persen. Demikian mengutip laman CNBC.

Harga konsumen di Korea Selatan naik 6,3 persen pada Juli dibandingkan dengan periode yang sama pada 2021, data resmi menunjukkan pada Selasa. Itu sesuai dengan ekspektasi dan percepatan harga tercepat sejak November 1998, menurut laporan Reuters.

Bank of Korea menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin pada Juli. Indeks S&P/ASX 200 Australia turun 0,34 persen.

Reserve Bank of Australia akan naik sebesar 50 basis poin setelah data resmi menunjukkan harga di Australia naik 6,1 persen pada kuartal kedua dibandingkan dengan tahun lalu. Indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang turun 1,33 persen.

Semalam di Amerika Serikat, indeks Dow Jones Industrial Average kehilangan 46,73 poin, atau 0,14 persen, menjadi 32.798,40.

Indeks S&P 500 turun 0,28 persen menjadi 4.118,63 dan Nasdaq Composite kehilangan 0,18 persen dan ditutup pada 12.368,98.

Indeks dolar Amerika Serikat berada di 105,402. Yen Jepang diperdagangkan pada 131,50 per dolar, melanjutkan tren penguatannya. Sementara itu, dolar Australia berada di 0,7026, setelah menembus di atas 0,7.

"AUD lebih tinggi karena USD melayang lebih rendah semalam di tengah data AS yang lebih lemah," kata ANZ Research dalam catatan Selasa.

Harga minyak berjangka tergelincir pada Selasa, 2 Agustus 2022. Harga minyak mentah AS turun 0,22 persen menjadi USD 93,68 per barel setelah menetap 4,8 persen lebih rendah di sesi sebelumnya, dan minyak mentah Brent kehilangan 0,25 persen menjadi USD 99,78 per barel. Patokan internasional menetap 3,79 persen lebih rendah.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Penutupan Wall Street pada 1 Agustus 2022

Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street melemah pada perdagangan Senin, 1 Agustus 2022. Pergerakan wall street pada awal Agustus 2022 ini lesu seiring investor mempertanyakan apakah reli baru-baru ini terus berlanjut setelah Juli menjadi bulan terbaik sejak 2020.

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks utama menghentikan kenaikan beruntun tiga hari. Indeks S&P 500 melemah 0,28 persen ke posisi 4.118,63. Indeks Nasdaq susut 0,18 persen ke posisi 12.368,98. Indeks Dow Jones tergelincir 46,73 poin atau 0,14 persen ke posisi 32.798,40.

Indeks Dow Jones melemah meski Boeing naik 6,13 persen setelah AS menyetujui rencana melanjutkan pengiriman 787. Sektor energi merupakan hambatan besar di pasar karena harga minyak turun. Saham Diamondback Energy, ExxoMobil, Chevron, dan Devon Energy merosot.

Laporan manufaktur yang lebih baik dari perkiraan membantu sentimen. Saham produsen chip seperti AMD dan Nvidia menguat ke wilayah positif. Laporan tersebut juga menunjukkan meski harga tergelincir, sebuah perkembangan positif di tengah inflasi yang tinggi.

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

3 dari 5 halaman

Menanti Data Ekonomi

Pada Jumat, 29 Juli 2022, semua indeks utama menguat dan membukukan kenaikan secara mingguan serta menutup bulan terbaik pada 2022. Indeks Dow Jones naik 6,7 persen pada Juli 2022, dan indeks S&P 500 naik 9,1 persen.

Indeks Nasdaq bertambah 12,4 persen seiring investor memilih saham teknologi yang paling terpukul selama pasar bearish ini. Untuk setiap indeks, kinerja Juli merupakan yang terbaik sejak 2020.

"Pasar dapat menguji reli substansial yang terjadi pekan lalu karena mereka mempertimbangkan kemajuan yang telah dibuat Federal Reserve sejauh ini untuk membendung laju inflasi,” ujar Chief Investment Strategist Oppenheimer, John Stolzfus, dikutip dari CNBC, Selasa (2/8/2022).

Pekan ini, investor memiliki lebih banyak data ekonomi dan pendapatan perusahaan untuk dicermati investor.

Laporan nonfarm payrolls Juli dari Biro Statistik Tenaga Kerja akan memberikan lebih banyak wawasan tentang pasar tenaga kerja. Pertumbuhan lapangan kerja yang solid telah membuat ekonom mengatakan AS saat ini tidak dalam resesi, meskipun dua kuartal berturut-turut Produk Domestik Bruto (PDB) negatif. Selain itu, ada rilis kinerja Caterpillar, PayPal dan Starbucks.

4 dari 5 halaman

Bursa Saham Asia Menguat pada 1 Agustus 2022

Sebelumnya, bursa saham Asia menguat pada Senin, 1 Agustus 2022. Bursa saham China menanjak setelah rilis data aktivitas pabrik swasta China yang sedikit tumbuh.

Indeks manajer pembelian manufaktur Caixin/Markit China pada Juli berada di posisi 50,4 dibandingkan 51,5 yang diprediksi dalam jajak pendapat Reuters. Pada Juni tercatat 51,7.  Namun, angka itu lebih baik dari pada data indeks manajer pembelian resmi China yang dirilis selama akhir pekan yang menunjukkan kontraksi dalam aktivitas pabrik.

Bursa saham China menguat. Indeks Shanghai naik 0,21 persen ke posisi 3.259,96 dan indeks Shenzhen bertambah 1,19 persen ke posisi 12.413,87. Pembacaan PMI berurutan dan mewakili ekspansi atau kontraksi dari bulan ke bulan. Angka 50 memisahkan pertumbuhan dari penurunan.

“Kontraksi dalam PMI manufaktur resmi China menjadi 49 pada Juli dari 50,2 pada Juni menggarisbawahi tingkat ketidakpastian seputar  pertumbuhan yang berasal dari kenaikan kasus COVID-19, perlambatan permintaan global dan risiko pasar properti,” ujar Ekonom Mizuho Bank, Venkateswaran Lavanya, dikutip dari CNBC.

Ia menambahkan, awal buruk untuk kuartal III 2022 semakin memperkuat risiko China akan kehilangan target pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) 2022 sekitar 5,5 persen. “Ini dengan latar belakang otoritas yang memberi sinyal pekan lalu tidak ada stimulus besar yang akan datang bahkan ketika negara itu tetap berpegang pada kebijakannya. “Kebijakan dinamis nol COVID-19,” tulis dia.

 

 

5 dari 5 halaman

Indeks Hang Seng

Sementara itu, indeks Hang Seng Hong Kong memangkas koreksi sebelumnya. Indeks Hang Seng naik sedikit ke posisi 20.165,84.Saham Alibaba melemah 3,76 persen.

Pada Jumat, 29 Juli 2022, Alibaba ditambahkan ke daftar perusahaan yang berisiko delisting di bawah Holding Foreign Companies Accountable Act yang terdaftar di AS turun 11 persen pada sesi perdagangan regular.

"Alibaba akan terus memantau perkembangan pasar, mematuhi undang-undang dan peraturan yang berlaku dan berusaha untuk mempertahankan status pencatatannya di NYSE dan Bursa Efek Hong Kong,” tulis perseroan.

HSBC mengumumkan penurunan laba sebelum pajak menjadi USD 9,2 miliar pada semester I 2022. Perseroan menyatakan penurunan USD 1,7 miliar. Saham HSBC yang tercatat di Hong Kong naik 4,96 persen.

Di sisi lain, indeks Jepang Nikkei naik 0,69 persen ke posisi 27.993,35. Indeks Topix bertambah 1,02 persen ke posisi 1.960,11. Di Australia, indeks ASX 200 menguat 0,69 persen ke posisi 6.993. Indeks Korea Selatan Kospi menguat ke posisi 2.452,25 dan indeks Kosdaq bertambah 0,5 persen menjadi 807,61. Indeks MSCI Asia Pasifik di luar Jepang naik 0,21 persen.

Indeks dolar AS berada di posisi 105,719. Yen Jepang diperdagangkan di kisaran 132,48 per dolar AS, lebih kuat dari level yang terlihat awal pekan lalu. Dolar Australia berada di posisi USD 0,7023.

Harga minyak melemah. Harga minyak berjangka Amerika Serikat turun 0,82 persen menjadi USD 97,81 per barel. Sementara itu, harga minyak Brent susut 0,24 persen menjadi USD 103,72 per barel.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.