Sukses

BCA Kantongi Laba Bersih Rp 18 Triliun pada Semester I 2022

PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) catat laba bersih tumbuh 24,9 persen pada semester I 2022.

Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) atau disebut BCA membukukan pertumbuhan positif pada semester I 2022. BCA  mencatatkan laba bersih Rp 18 triliun hingga semester I 2022. 

Laba bersih tersebut meningkat 24,9 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu. Hal tersebut ditopang oleh pertumbuhan kredit terjadi di seluruh segmen, terutama ditopang oleh kredit korporasi yang naik 19,1 persen  secara tahunan mencapai Rp 310,2 triliun pada Juni 2022.

Kredit komersial dan UKM menjadi segmen dengan pertumbuhan tertinggi kedua, naik 10,9 persen secara tahunan mencapai Rp 197,5 triliun. Sementara itu, KPR tumbuh 8,5 persen secara tahunan menjadi Rp101,6 triliun. 

KKB naik 4,8 persen secara tahunan menjadi Rp43,2 triliun, setelah rebound dari tekanan di masa pandemi. Saldo outstanding kartu kredit juga tumbuh 10,7 persen secara tahunan menjadi Rp12,7 triliun, sehingga total portofolio kredit konsumer naik 7,6 persen secara tahunan menjadi Rp160,5 triliun. 

Secara keseluruhan, total kredit BCA naik 13,8 persen secara tahunan menjadi Rp 675,4 triliun. Sehubungan dengan penyaluran kredit untuk sektor-sektor berkelanjutan (sustainable), portofolio BCA tumbuh sebesar 21,8 persen secara tahunan menjadi Rp169,5 triliun per Juni 2022.

Total kredit pada  kuartal II 2022 meningkat Rp38,2 triliun dibandingkan kuartal sebelumnya, menjadi rekor pertumbuhan kredit tertinggi secara kuartalan. 

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Ada Momentum

Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk, Jahja Setiaatmadja mengatakan, BCA melihat momentum permintaan kredit modal kerja yang kuat menjelang perayaan Idul Fitri pada kuartal II 2022, serta minat kredit konsumer yang terus membaik.

"Kami mencatat adanya peningkatan permintaan atas KPR dan KKB selama pelaksanaan BCA Expoversary 2022. Jumlah aplikasi kredit di expoversary tahun ini mampu melebihi capaian rata-rata per event di tahun lalu. Kami dengan penuh rasa syukur mengucapkan terima kasih atas tingginya antusiasme masyarakat, kolaborasi mitra bisnis, serta dukungan seluruh stakeholder untuk gelaran BCA Expoversary 2022,” ujar Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk, Jahja Setiaatmadja dalam keterangan resminya, Rabu (27/7/2022).

Tak hanya itu, pertumbuhan kredit BCA diikuti oleh perbaikan kualitas pinjaman, sejalan dengan portofolio kredit yang direstrukturisasi berangsur kembali ke pembayaran normal. 

Lalu, rasio loan at risk (LAR) turun ke 12,3 persen di semester I 2022, dibandingkan 19,1 persen di tahun sebelumnya. Rasio kredit bermasalah (non-performing loan) terjaga sebesar 2,2 persen, didukung relaksasi restrukturisasi.

Di sisi pendanaan, CASA naik 17,3 persen secara tahunan mencapai Rp817,8 triliun per Juni 2022, berkontribusi hingga 81 persen dari total dana pihak ketiga. Pertumbuhan CASA menjadi penopang utama pencapaian dana pihak ketiga, untuk pertama kali, menyentuh milestone Rp1.000 triliun. 

Sedangkan, per Juni 2022, total dana pihak ketiga tumbuh 12,9 persen secara tahunan menjadi Rp1.011 triliun, sehingga turut mendorong total aset BCA naik 11,9 persen secara tahunan menjadi Rp1.264,5 triliun. 

Solidnya pendanaan CASA sejalan dengan peningkatan aktivitas perbankan transaksi. Per semester I 2022, total volume transaksi naik 40 persen secara tahunan mencapai 10 miliar transaksi, yang mayoritas berasal dari mobile banking.

 

 

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

3 dari 4 halaman

Dibanding Lonjakan Suku Bunga, Bos BCA Lebih Cemas Kenaikan GWM

Sebelumnya, tren kenaikan suku bunga acuan global terus berlanjut. The Fed selaku bank sentral Amerika Serikat (AS) juga ditakutkan akan kembali memperketat kebijakan moneter sebagai upaya mengendalikan inflasi.

Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk Jahja Setiaatmadja pun mewaspadai kebijakan serupa turut dilakukan Bank Indonesia (BI), meskipun pihak bersangkutan masih menahan suku bunga acuan di level 3,50 persen.

Meskipun keputusan itu terlihat dovish, Jahja lebih mewaspadai kenaikan Giro Wajib Minimum (GWM) yang akan terus terjadi hingga September 2022 mendatang.

"BI belom naikkan bunga acuan, jadi belom terlalu terasa. Tapi sampai dengan September BI akan ketatkan uang beredar, mungkin setelah September lebih terasa," kata Jahja kepada Liputan6.com, Rabu (8/6/2022).

Seperti diketahui, BI per 1 Juni 2022 mulai menaikan GWM rupiah untuk bank umum konvensional dari 5 persen menjadi 6 persen. GWM akan terus dinaikan menjadi 7,5 persen mulai 1 Juli 2022, dan 9,0 persen pada 1 September 2022.

Kebijakan tersebut dinilai sebagai upaya bank sentral memaksimalkan sejumlah instrumen moneternya untuk meredam laju inflasi, tanpa perlu menaikan tingkat suku bunga acuan.

Pun bila BI-7 Day Reverse Repo Rate kelak naik, Jahja beserta jajaran direksi BCA tak ingin terburu-buru menaikan suku bunga deposito rupiahnya.

"Likuiditas kita banyak, jadi belom perlu langsung ikut naikkan bunga deposito," pungkas dia.

4 dari 4 halaman

Kinerja Kuartal I 2022

Sebelumnya, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) atau BCA dan entitas anak membukukan laba bersih sebesar Rp8,1 triliun pada kuartal I 2022. Angka ini tumbuh 14,6 persen secara tahunan atau year on year (YoY).

Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk, Jahja Setiaatmadja menyampaikan, peningkatan laba bersih di triwulan I 2022 didukung peningkatan aktivitas kredit, transaksi, dan CASA. Seiring dengan pemulihan perekonomian nasional, total kredit naik 8,6 persen secara YoY.

"Didukung oleh pencapaian-pencapaian yang positif tersebut, laba bersih tumbuh 14,6 persen YoY menjadi Rp8,1 triliun," ujarnya dalam konferensi pers paparan Kinerja Kuartal I-2022 di Jakarta, Kamis (22/4).

Dia merinci, pertumbuhan kredit terjadi di semua segmen, baik kredit untuk bisnis maupun konsumsi. Adapun, untuk kredit korporasi naik 9,2 persen YoY mencapai Rp286,9 triliun di Maret 2022.

Lalu, seiring dengan aktivitas bisnis yang membaik, kredit komersial dan UKM naik 8,2 persen YoY menjadi Rp188,8 triliun. Sementara itu, pertumbuhan kredit tertinggi dicatatkan oleh segmen KPR, yakni tumbuh 9,8 persen YoY menjadi Rp98,2 triliun.

"KKB mencetak rebound dengan naik 3,6 persen YoY menjadi Rp41,6 triliun, dan saldo outstanding kartu kredit tumbuh 4,9 persen YoY menjadi Rp12,0 triliun. Total portofolio kredit konsumer naik 7,6 persen YoY menjadi Rp154,8 triliun," ucapnya.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.