Sukses

Memilih Saham Komoditas di Tengah Lonjakan Harga Batu Bara

Analis menuturkan, kenaikan harga batu bara dapat jadi katalis positif emiten batu bara. Lalu apa saja saham pilihannya?

Liputan6.com, Jakarta - - Analis menilai kenaikan harga batu bara akan memberikan dampak terhadap kinerja emiten batu bara. Bahkan, kenaikan harga tersebut membuat pendapatan emiten batu bara meningkat.

Harga batu bara berjangka terus menguat. Bahkan harga batu bara berjangka Newcastle naik 1,41 persen ke posisi USD 432. Demikian mengutip dari laman investing.com.

"Kenaikan harga batu bara akan berdampak pada kinerja emiten batu bara, di mana hal ini dapat membuat pendapatan dari emiten batu bara meningkat khususnya emiten batu bara yang melakukan ekspor penjualannya,” ujar Analis Kiwoom Sekuritas, Abdul Azis, Rabu, 13 Juli 2022.

Kemudian, untuk saham yang bisa dicermati, Abdul memilih saham PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG), PT Adaro Energy Tbk (ADRO), dan PT Indika Energy Tbk (INDY).

"Di mana pergerakan ITMG dan ADRO sedang menguji resistance nya bisa dilakukan buy on break pada ITMG dan ADRO dengan potensi upside 10-15 persen, dan INDY bisa dilakukan buy dengan resistance 2,540 -2,580, dan bisa perhatikan support 2,300 - 2,280,” ujar dia.

Sejalan dengan Abdul, Analis Jasa Utama Capital Sekuritas, Cheryl Tanuwijaya mengatakan kenaikan harga batu bara berdampak positif bagi emiten batu bara karena meningkatkan laba.

"Dampaknya positif tentunya karena bisa meningkatkan laba emiten batu bara,” ujar Cheryl.

Lalu, saham yang menarik untuk dicermati antara lain PTBA dan HRUM. “Yang menarik PTBA, HRUM buy TP 10 persen,”. 

Sementara itu, Head of Research Aldiracita Sekuritas Agus Pramono mengungkapkan, batu bara sangat volatil. 

"Kalau batu bara, memang sangat volatile. Tetapi harga sedang tinggi-tinggi nya. Jadi kita liat perusahaan yang masih punya kapasitas untuk menaikkan produksi seperti PTBA hingga 36Mt (+21 persen year-on-year) untuk tahun ini,” ungkapnya.

 Untuk saham yang direkomendasikan, Agus memilih ADRO, PTBA dan ITMG.

 

 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual saham. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Melihat Prospek Sektor Komoditas Batu Bara

Sebelumnya, Research Analyst Mirae Asset Sekuritas, Juan Harahap mengungkapkan, dengan tren laju inflasi yang bertambah cepat serta usaha bank sentral untuk meredamnya dengan kenaikan suku bunga sudah berdampak pada nilai tukar rupiah. 

Tekanan rupiah tersebut,  ia menilai akan menguntungkan bagi perusahaan berorientasi ekspor, terutama eksportir batu bara. 

Bahkan, faktor rupiah tersebut juga akan ditambah faktor positif dari kenaikan harga batu bara yang kembali menguat dan akan bertahan di atas kisaran USD 300 per ton, dengan faktor utama dari larangan impor batu bara Rusia oleh negara-negara Eropa.

"Jadi cukup menarik kalau dilihat dari perkembangan batu bara dan juga terkait Rusia dan Ukraina,” kata Juan dalam Media Day, Selasa, 12 Juli 2022.

Dia mengatakan, akan terjadi disrupsi pada semester II. Pemerintah Eropa setuju untuk melarang batu bara Rusia mulai Agustus 2022 sebagai bagian dari babak baru sanksi terhadap negara tersebut. 

 

3 dari 3 halaman

Selanjutnya

Selain itu, Jepang juga sudah bergerak  untuk menangguhkan perdagangan batu bara Rusia baru untuk pengguna akhir Jepang. Selanjutnya, Rusia melangkah meningkatkan ketegangan geopolitik dengan lebih lanjut memotong pengiriman gas alam melalui yang pipeline terbesar ke Eropa.

"Dari sisi Jepang dan Eropa pasti akan mencari destinasi baru untuk bisa aman terkait pasokan energi,” katanya.

Juan menambahkan, pada saat semester II terjadi musim dingin, Jepang dan Eropa terpaksa harus lebih cepat melakukan antisipasi kondisi tersebut.

"Kita juga tahu pada saat second half (semester II) musim dingin, jadi mereka terpaksa harus mengantisipasi event tersebut,” ujar dia.

Pasokan batu bara yang diperoleh dari Rusia mencapai 15 persen. Bahkan, Jepang juga termasuk salah satu yang terbesar dari destinasi tersebut. Dia juga menyebutkan, Indonesia dan Australia termasuk bagian produsen batu bara terbesar.

“Kita melihat nanti yang akan diuntungkan, Indonesia, Australia dan Afrika,” kata Juan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.