Sukses

Ini Pilihan Buku Investasi dari Murid Warren Buffett

Investor veteran Mohnish Pabrai merekomendasikan dua buku investasinya. Apa saja?

Liputan6.com, Jakarta - Ingin investasi di saham dengan valuasi jangka panjang? Investor veteran Mohnish Pabrai memiliki dua buku untuk direkomendasikan.

Dalam diskusi kepada CNBC Pro Talks, dikutip Minggu (12/6/2022), Pabrai merupakan seorang investor dan murid miliarder Warren Buffett, mengatakan “100 to 1 in the Stock Market” adalah buku yang ditulis dengan sangat baik.

Ditulis oleh Thomas Phelps dan awalnya diterbitkan 50 tahun lalu, buku ini mengajarkan tentang bagaimana meningkatkan seratus kali lipat melalui investasi buy and hold atau beli dan tahan.

Buy and hold adalah strategi investasi pasif yang melibatkan pembelian saham dan menahannya untuk jangka waktu yang lama, bahkan jika ada fluktuasi jangka pendek.

Pendiri Dana Investasi Pabrai, yang telah berkembang dari USD 100.000 pada 1999 menjadi USD 1,2 juta pendapatan pada Maret tahun ini, sedang mendiskusikan buku pedomannya tentang apa yang harus dibeli dan apa yang harus dihindari.

Buku lain bagi mereka yang mencari keunggulan kompetitif atau kemampuan untuk mendapatkan keuntungan yang unggul, dia menyebutkan “100 Baggers” karya Christopher Mayer yang menjelaskan tentang perusahaan yang mengembalikan USD 100 untuk setiap USD 1 yang diinvestasikan. Tak hanya itu, dia mengatakan,  investor harus bertanya pada diri sendiri beberapa pertanyaan.

"Apakah bisnis menghasilkan imbalan yang sangat tinggi? dapatkah itu tumbuh dan berkembang tanpa menggunakan hutang? Dapat bisnis ini menemukan kembali keseimbangan tinggi dan ekuitas dengan tinggi?,” ujar Pendiri Dana Investasi Mohnish Pabrai, dikutip dari CNBC.

Bagaimana mengetahui apakah suatu perusahaan adalah 'homerun'. Dalam mengilustrasikan maksudnya, Pabrai mencontohkan Starbucks.

 

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Melihat Pengembalian Modal Perusahaan

"Ketika mereka membuka toko di AS, mereka mendapatkan uang mereka kembali dalam dua tahun. Ketika mereka membuka toko di China, mereka mendapatkan uang mereka kembali dalam 12 hingga 15 bulan,” ujar dia.

Ini adalah "pengembalian modal yang luar biasa," kata Pabrai.

Dia juga menambahkan, Starbucks memiliki kemampuan untuk mengembalikan uang mereka dengan sangat cepat.

"Bisnis menjadi lebih efisien karena kebanyakan kita tidak pergi dan bersantai di sekitar Starbucks. Kami memesan di muka, hanya memilih latte kami dan pergi. Dan itu bahkan lebih menguntungkan (bagi mereka),” ungkapnya.

Pabrai menyimpulkan idenya tentang "homerun", dia mengatakan, bahwa itu bisa melihat "10, 20, 30 tahun runway" yang jelas.

“Apa yang ingin saya katakan adalah jika saya menemukan bisnis di mana mereka dapat tumbuh tanpa menggunakan hutang, dengan harga yang tidak terlihat mahal, maka Anda mendapatkan homerun,” ujar dia.

3 dari 4 halaman

Penutupan Wall Street Jumat 10 Juni 2022

Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street turun tajam pada perdagangan Jumat, 10 Juni 2022 seiring antisipasi laporan inflasi AS yang menunjukkan lebih cepat dari yang diharapkan. Sektor saham konsumer sentuh level terendah.

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones merosot 880 poin atau 2,73 persen ke posisi 31.392,79. Indeks S&P 500 susut 2,91 persen ke posisi 3.900,86. Indeks Nasdaq anjlok 3,52 persen menjadi 11.340,02.

Aksi jual terjadi pada perdagangan jelang akhir pekan sehingga membuat saham di indeks Dow Jones berada di zona merah. Koreksi saham di bursa saham New York melampaui kenaikan lebih dari 5 banding 1. Saham Apple turun hampir 3,9 persen. Saham Microsoft dan Dow Inc masing-masing turun sekitar 4,5 persen dan 6,1 persen.

Saham Salesforce merosot 4,6 persen dan Amazon turun lebih dari 5 persen. Saham yang merosot pada Jumat pekan ini membuat wall street alami minggu terburuk dalam beberapa bulan.

Indeks Dow Jones merosot 4,58 persen dalam minggu ke-10 dan 11 minggu terakhir. Indeks S&P 500 dan Nasdaq masing-masing turun 5,05 persen dan 5,6 persen untuk minggu kesembilan dalam 10 minggu dan minggu terburuk sejak Januari 2022.

Laporan indeks harga konsumen pada Mei 2022 mencapai level tertinggi sejak 1981, memberikan tekanan pada pasar saham. Laporan tersebut menunjukkan harga naik 8,6 persen year over year dan 6 persen jika tidak termasuk harga makanan dan energi.

 

4 dari 4 halaman

Inflasi Jadi Alarm Wall Street

Ekonom yang disurvei oleh Dow Jones memperkirakan kenaikan dari tahun ke tahun sebesar 8,3 persen untuk indeks acuan dan 5,9 persen untuk indeks inti. “Ini mengkonfirmasi beberapa ketakutan yang saya dengar dari investor minggu ini,” ujar Head of US Equity Strategy RBC Capital Markets Lori Calvasina seperti dikutip dari CNBC, Sabtu (11/6/2022).

Ia menuturkan, alarm atas inflasi telah mendorong saham lebih rendah pekan ini. “Apakah itu semacam memaksa saham untuk tetap berada di bawah kisaran yang sudah ada?Mungkin. Saya tidak berpikir ini cukup untuk memaksanya turun ke posisi terendah baru,” ia menambahkan.

Inflasi yang memanas telah memicu kekhawatiran tentang potensi resensi ekonomi AS di antara investor dan masyarakat umum. Pembacaan awal Juni untuk indeks sentimen konsumen Universitas Michigan berada jauh di bawah harapan mencapai rekor terendah.

“Itu hanya memperkuat dampak angka CPI terjada konsumen. Kita bisa menebak ini akan memiliki dampak negatif di masa depan pada belanja konsumen. Ini angka yang mengejutkan, tapi inilah yang dilakukan inflasi saat memanas,” ujar Peter Boockvar dari Bleakley Advisory Group.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.