Sukses

IHSG Lesu, BEI Pastikan IPO 38 Perusahaan Masih Sesuai Jadwal

Hingga 10 Mei 2022, terdapat 38 perusahaan yang berada dalam pipeline pencatatan saham.

Liputan6.com, Jakarta - Bursa Efek Indonesia (BEI) memastikan 38 perusahaan masih sesuai jadwal untuk menggelar penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO)  pada 2022. Hal ini meski laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah pada pekan lalu.

Pada penutupan perdagangan Selasa, 17 Mei 2022, IHSG naik 0,70 persen ke posisi 6.644,46. Indeks LQ45 menguat 0,82 persen ke posisi 1.004,12. Seluruh indeks acuan kompak menghijau.

Namun, pekan lalu, IHSG sempat lesu. Bahkan selama sepekan pada 9-13 Mei 2022, IHSG merosot 8,73 persen menjadi 6.597,99 pada pekan ini dari pekan sebelumnya di posisi 7.228,91.  

Kapitalisasi pasar pun susut 7,23 persen selama sepekan. Kapitalisasi pasar merosot Rp 691 triliun dari Rp 9.555 triliun pada pekan lalu menjadi Rp 8.864,56 triliun.

Hingga 10 Mei 2022, terdapat 38 perusahaan yang berada dalam pipeline pencatatan saham. Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna menuturkan, hingga kini, perusahaan yang berada pada pipeline pencatatan saham bursa itu merupakan perusahaan yang masih dalam proses IPO.

"38 on schedule semua. Kalau menunda, maka kita tidak masukkan ke pipeline,” ujar dia kepada wartawan, Selasa,17 Mei 2022.

Ia mengatakan, berdasarkan catatan hingga 13 Mei 2022 dibandingkan periode sama 2021, jumlah perusahaan yang melakukan penundaan IPO relatif berkurang.

“Kami berharap seluruh perusahaan yang berada pada pipeline pencatatan saham, dapat segera mencatatkan sahamnya di bursa,” kata dia.

Nyoman menuturkan, perusahaan yang telah merencanakan IPO dan telah sampaikan dokumen pernyataan pendaftaran dan permohonan pencatatan tentunya telah merencanakan rencana itu dengan matang.

"Kami berharap, perusahaan yang berencana IPO dapat merealisasikannya sesuai rencana,” kata dia.

Ia menuturkan, adapun penundaan IPO dapat disebabkan berbagai faktor baik internal dan eksternal perusahaan. Ia mengatakan, faktor eksternal perusahaan di antaranya kondisi pasar modal yang kurang kondusif, perubahan peraturan dan lain-lain.

"Sedangkan faktor internal perusahaan misalnya perusahaan memperoleh investor strategis yang dapat mempengaruhi kebijakan perusahaan, restrukturisasi grup perusahaan,” ujar dia.

Nyoman perkirakan, perusahaan -perusahaan tersebut dapat menyampaikan kembali permohonan pencatatan kepada bursa dalam hal kondisi ekonomi dan pasar modal sudah relatif kondusif.

 

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

BEI Kantongi 38 Perusahaan dalam Pipeline IPO

Sebelumnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) berharap masuknya Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan anak perusahaan BUMN dapat menciptakan pasar modal Indonesia makin semarak. Hingga 10 Mei 2022, ada 38 perusahaan dalam proses pencatatan saham di BEI, dan salah satunya afiliasi BUMN.

Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna menuturkan, pihaknya menyambut baik perusahaan-perusahaan yang akan melakukan penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO), termasuk perusahaan BUMN dan afiliasinya.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bersama dengan self-regulatory organization (SRO) pasar modal Indonesia (BEI, KPEI, dan KSEI) mendukung pengusaha di Indonesia untuk dapat memanfaatkan pasar modal Indonesia sebagai sarana memperoleh pendanaan.

"Dengan masuknya perusahaan-perusahaan tersebut ke pasar modal, diharapkan dapat meningkatkan citra perusahaan dan profesionalisme, meningkatkan kinerja perusahaan, meraih insentif pajak, dan juga mempercepat implementasi Good Corporate Governance (GCG)," ujar dia kepada wartawan, Selasa, 10 Mei 2022.

Nyoman menambahkan, berdasarkan data yang ada, pada 2021, PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) telah tercatat sahamnya di BEI.

Kemudian pada 2022, PT Adhi Commuter Properti Tbk (ADCP), sahamnya juga sudah tercatat di BEI. Ia berharap akan bertambah lagi perusahaan BUMN yang sahamnya tercatat di BEI.

"Beberapa perusahaan BUMN dan anak perusahaan BUMN yang juga telah menemui BEI untuk berdiskusi dan mempersiapkan rencana IPO dalam waktu dekat, tentunya kondisi ini menjadi hal yang menggembirakan apabila perusahaan-perusahaan BUMN tersebut segera go public," ujar Nyoman.

 

 

 

 

3 dari 4 halaman

Rincian Sektor

Ia berharap, perusahaan-perusahaan BUMN itu dapat menciptakan pasar modal Indonesia semakin semarak.Adapun rincian sektor yang dalam pipeline pencatatan saham yaitu:

-2 perusahaan dari sektor basic materials

-2 perusahaan dari sektor industrials

-4 Perusahaan dari sektor transportation & logistic

-7 Perusahaan dari sektor consumer non siklikal

-7 Perusahaan dari sektor consumer siklikal

-2 Perusahaan dari sektor teknologi

-2 Perusahaan dari sektor perawatan kesehatan

-3 Perusahaan dari sektor energi

-4 Perusahaan dari sektor properties and real estate

-5 Perusahaan dari sektor infrastruktur

 

4 dari 4 halaman

35 Emiten Bakal Rights Issue

Sebelumnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat ada 35 perusahaan tercatat atau emiten masuk dalam pipeline rights issue hingga 8 April 2022.

Direktur Penilai Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna menuturkan, perkiraan dana yang dihimpun melalui rights issue Rp 20,3 triliun. Adapun sektor perusahaan yang berada dalam pipeline rights issue antara lain 13 perusahaan dari sektor keuangan, lima perusahaan dari sektor basic materials, empat perusahaan dari sektor energi, tiga perusahaan dari sektor properti dan real estate.

Selain itu, dua perusahaan dari sektor infrastruktur, dua perusahaan dari sektor konsumer non-siklikal dan dua perusahaan dari sektor konsumer siklikal. Sedangkan sisanya masing-masing satu dari sektor teknologi, industri, perawatan kesehatan, transportasi dan logistik.

Nyoman optimistis penggalangan dana di pasar modal Indonesia masih bertumbuh dengan baik pada 2022. Hal ini didukung sejumlah faktor, seperti keberlangsungan pemulihan ekonomi.

"Berdasarkan data kami, beberapa indikator pasar modal antara lain minat perusahaan yang akan melakukan penggalangan dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menunjukkan pertumbuhan positif,” ujar Nyoman.

Ia menambahkan, kondisi pasar modal yang kondusif tak lepas dari dukungan otoritas pasar modal dan stakeholders yang ada di pasar modal. Selain itu, Nyoman menuturkan, seluruh pemangku kepentingan pasar modal yang disupervisi oleh OJK terus berupaya menjadikan pasar modal Indonesia lebih inklusif.

“Beberapa kemudahan dan relaksasi telah diberikan bagi semua tingkatan perusahaan yang diwujudkan dengan berbagai penyesuaian peraturan dan penyusunan kajian terkait mekanisme pencatatan saham,” kata Nyoman.

Nyoman yakin, hal tersebut dapat memberikan optimisme pada 2022 akan lebih baik dari tahun sebelumnya.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

  • Saham adalah hak yang dimiliki orang (pemegang saham) terhadap perusahaan berkat penyerahan bagian modal sehingga dianggap berbagai dalam pe

    Saham

  • IPO adalah singkatan dari Initial Public Offering.

    IPO

  • Bursa Efek Indonesia atau BEI adalah salah satu tempat yang memperjualbelikan saham, obligasi, dan sebagainya di Indonesia.

    BEI

  • Pasar modal adalah seluruh kegiatan yang mempertemukan penawaran dan permintaan dana jangka panjang.

    pasar modal

  • IHSG