Sukses

Pendiri Amazon Jeff Bezos Angkat Suara Terkait Inflasi Amerika Serikat

Ini merupakan kritik kedua Pendiri Amazon Jeff Bezos terhadap Presiden Joe Biden dalam sepekan mengenai inflasi.

Liputan6.com, Jakarta - Pendiri Amazon, Jeff Bezos angkat bicara soal inflasi yang terjadi di Amerika Serikat (AS). Jeff Bezos menilai kondisi tersebut memiliki dampak paling besar untuk masyarakat miskin.

Ini merupakan kritik kedua Bezos terhadap Presiden Joe Biden dalam sepekan mengenai inflasi. "Faktanya, pemerintah berusaha keras untuk menyuntikkan lebih banyak stimulus ke dalam ekonomi inflasi yang sudah terlalu panas," tulis Bezos di Twitter, dikutip dari laman CNBC, Senin (16/5/2022).

"Inflasi adalah pajak regresif yang paling merugikan orang yang paling tidak kaya. Penyesatan tidak membantu negara,” imbuhnya.

Komentar dari Bezos merupakan tanggapan atas utas di mana Presiden Joe Biden mengklaim AS berada di jalur untuk melihat penurunan defisit tahunan terbesar yang pernah ada, dengan total USD 1,5 triliun.

Pada Jumat pekan lalu Bezos melalui twitter mengomentari pernyataan Biden, pengenaan pajak kepada perusahaan kaya dapat membantu menurunkan inflasi.

Biden tidak secara eksplisit menyebutkan nama Amazon, meskipun ia sebelumnya telah mengomentari catatan pajak raksasa e-commerce itu.

"Menaikkan pajak perusahaan baik-baik saja untuk didiskusikan.Menjinakkan inflasi sangat penting untuk didiskusikan. Menyatukannya hanyalah penyesatan,” tulis Bezos.

Komentar dari Biden dan Bezos datang ketika inflasi di Amerika Serikat mendekati level tertinggi selama 40 tahun. Sementara The Fed berupaya menaikkan suku bunga untuk memerangi masalah tersebut.

 

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Jeff Bezos Pusing, Amazon Rugi hingga Rp 55 Triliun pada Kuartal I 2022

Sebelumnya, saham Amazon anjlok sekitar 12 persen setelah perusahaan itu mencatat kerugian pada Maret 2022 atau pada kuartal pertama tahun ini. 

Dikutip dari CNN Business, Senin, 2 Mei 2022 raksasa e-commerce yang didirikan orang terkaya kedua di dunia, Jeff Bezos, merugi hingga USD 3,8 miliar atau setara Rp 55,1 triliun (kurs rupiah 14.400 per dolar AS).

Diketahui, kerugian Amazon sebagian besar dari investasinya di perusahaan pembuat mobil listrik Rivian Automotive, sebesar USD 7,6 miliar. 

Pada tahun 2019, Amazon menginvestasikan USD 700 juta atau Rp 10,1 triliun di Rivian dan sahamnya anjlok lebih dari 75 persen sejak IPO yang dilakukan pada November 2021.

Kerugian yang dihadapi Amazon juga terjadi sehari setelah Ford, yang juga investor di Rivian, menarik dana sebelum pajak sebesar USD 5,4 miliar terkait dari investasinya. Ini mengakibatkan Ford mengalami kerugian hingga USD 3,1 miliar Rp 44,64 triliun di kuartal pertama.

Selain sahamnya yang anjlok, dampak pandemi Covid-19 dan konflik Rusia-Ukraina juga menjadi tantangan dalam bisnis Amazon.

"Pandemi dan perang di Ukraina telah membawa pertumbuhan dan tantangan yang tidak biasa," kata CEO Amazon Andy Jassy. 

"Saat ini, karena kami tidak lagi mengejar kapasitas fisik atau staf, tim kami benar-benar fokus pada peningkatan produktivitas dan efisiensi biaya di seluruh jaringan pemenuhan kami, lanjut dia.

"Ini mungkin memakan waktu, terutama karena kami bekerja dengan tekanan inflasi dan rantai pasokan yang sedang berlangsung, tetapi kami melihat kemajuan yang menggembirakan pada sejumlah dimensi pengalaman pelanggan," tambahnya.

3 dari 4 halaman

Amazon Pangkas Cuti Berbayar bagi Karyawan yang Kena COVID-19

Sebelumnya, Amazon memotong cuti berbayar untuk karyawan front-line AS yang dites positif COVID-19. Hal tersebut efektif Senin, 2 Mei 2022.

Semua karyawan Amazon yang berbasis di Amerika Serikat (AS) yang dites positif COVID-19 sekarang akan mendapatkan cuti dan tidak dibayar hingga lima hari, kata manajemen Amazon kepada para karyawan dalam pemberitahuan yang dikirim pada Sabtu.

Seorang juru bicara mengatakan kepada CNBC pekerja masih dapat menggunakan waktu sakit mereka jika diperlukan.

Dalam pemberitahuan pada Sabtu, Amazon menambahkan, karyawan yang menunggu hasil tes COVID-19 tidak lagi memiliki cuti karena tes cepat sekarang tersedia secara luas.

Raksasa e-commerce tersebut perlahan-lahan menarik kembali kebijakan COVID-19 nya karena vaksin menjadi lebih banyak tersedia dan pusat pengendalian serta pencegahan penyakit mengubah panduannya.

Perusahaan awalnya menawarkan cuti berbayar hingga dua minggu untuk setiap karyawan yang didiagnosis dengan COVID-19 atau ditempatkan di karantina. Pada Januari, perusahaan mengurangi waktu cuti berbayar menjadi satu minggu, atau hingga 40 jam.

4 dari 4 halaman

Selanjutnya

Sebagai bagian dari mundurnya, Amazon akan berhenti mengirimkan pemberitahuan kasus positif di seluruh situs di fasilitasnya, kecuali diwajibkan oleh hukum. Perusahaan juga akan menghentikan upaya vaksinasi, katanya.

“Pelonggaran pandemi yang berkelanjutan, ketersediaan vaksin dan perawatan COVID-19 yang berkelanjutan, dan panduan terbaru dari otoritas kesehatan masyarakat, semua sinyal bahwa kami dapat terus menyesuaikan diri dengan aman dengan kebijakan pra COVID-19 kami,” kata perusahaan itu dalam pemberitahuan tersebut dikutip dari CNBC, Senin (2/5/2022).

Keputusan tersebut kemungkinan akan memicu reaksi balik dari karyawan pro serikat yang memperdebatkan kondisi kerja yang lebih baik dan peningkatan manfaat di gudangnya.

Langkah itu dilakukan sehari setelah gudang Amazon di Staten Island, New York, menutup serikat pekerjanya. Dewan Hubungan Perburuhan Nasional akan mulai menghitung surat suara pada 2 Mei.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.