Sukses

Shell Kantongi Laba Tertinggi Sejak 2008, Pemicunya Lonjakan Harga Komoditas

Pesaing Shell yakni, BP mengumumkan rencana meningkatkan pembelian kembali saham setelah laba bersih kuartal pertama melonjak ke level tertinggi dalam lebih dari satu dekade.

Liputan6.com, London - Raksasa minyak Shell melaporkan laba kuartalan tertinggi sejak 2008 di tengah melonjaknya harga komoditas. Ini memicu seruan pengenaan pajak tak terduga satu kali pada perusahaan minyak dan gas untuk membantu tagihan energi warga Inggris.

Melansir laman CNBC, Kamis (5/5/2022), Shell membukukan pendapatan yang disesuaikan sebesar USD 9,1 miliar selama tiga bulan hingga akhir Maret 2022.

Kinerja ini sejalan dengan ekspektasi analis yang disurvei Refinitiv. Raihan itu naik dibandingkan dengan capaian USD 3,2 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya dan USD 6,4 miliar untuk kuartal keempat pada 2021.

Perusahaan juga mengumumkan rencana untuk meningkatkan dividennya sekitar 4 persen menjadi USD 0,25 per saham untuk kuartal pertama.

Dari program pembelian kembali saham perusahaan senilai USD 8,5 miliar yang diumumkan untuk paruh pertama tahun ini, Shell mengatakan telah menyelesaikannya hingga saat ini senilai USD 4 miliar.

Adapun sisa pembelian kembali saham senilai USD 4,5 miliar dijadwalkan akan selesai sebelum pengumuman laba kuartal kedua. Tercatat saham perusahaan naik 3 persen pada Kamis pagi.

Hasil Shell menggemakan keuntungan besar yang terlihat di seluruh industri minyak dan gas, bahkan ketika banyak perusahaan energi besar mengalami kerugian akibat keluar dari Rusia.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Kinerja Produsen Migas Lainnya

Adapun pesaing Shell yakni, BP mengumumkan rencana untuk meningkatkan pembelian kembali saham setelah laba bersih kuartal pertama melonjak ke level tertinggi dalam lebih dari satu dekade.

TotalEnergies Prancis, Equinor Norwegia dan raksasa minyak AS Chevron dan Exxon Mobil juga melaporkan laba kuartal pertama yang kuat karena melonjaknya harga komoditas.

Shell mengkonfirmasi telah mengambil USD 3,9 miliar dari biaya pasca-pajak pada kuartal pertama sebagai akibat keluarnya perusahaan dari Rusia.

Perusahaan sebelumnya telah memperingatkan bahwa mereka dapat menghapus antara USD 4 miliar dan USD 5 miliar nilai asetnya setelah menarik diri dari negara itu.

Perusahaan mengatakan biaya ini diperkirakan tidak akan berdampak pada pendapatan yang disesuaikan.

“Perang di Ukraina adalah yang pertama dan terutama merupakan tragedi kemanusiaan, tetapi juga menyebabkan gangguan signifikan pada pasar energi global dan telah menunjukkan bahwa energi yang aman, andal, dan terjangkau tidak dapat diterima begitu saja,” kata CEO Ben van Beurden dalam sebuah pernyataan. 

“Dampak dari ketidakpastian ini dan biaya yang lebih tinggi yang menyertainya dirasakan jauh dan luas. Kami telah terlibat dengan pemerintah, pelanggan dan pemasok kami untuk bekerja melalui implikasi yang menantang dan memberikan dukungan dan solusi di mana kami bisa,” jelas dia.

Shell melaporkan kenaikan tajam dalam laba setahun penuh pada tahun 2021 karena rebound harga minyak dan gas.

Keuntungan 'cabul'Kelompok serikat pekerja dan juru kampanye lingkungan telah melabeli rekor keuntungan untuk perusahaan bahan bakar fosil Inggris sebagai "cabul" pada saat banyak konsumen bergulat dengan biaya energi yang melonjak.

 

3 dari 3 halaman

Pajak

Di sisi lain, anggota parlemen oposisi telah berulang kali meminta pemerintah Perdana Menteri Boris Johnson untuk mengenakan pajak yang lebih tinggi pada perusahaan minyak dan gas untuk membantu rumah tangga di Inggris.

Menteri Keuangan Rishi Sunak telah menyarankan kebijakan seperti itu mungkin terjadi jika perusahaan minyak dan gas tidak menginvestasikan kembali keuntungan dengan benar.

Johnson, telah menolak seruan baru untuk pajak ini dengan mengatakan itu akan menghambat investasi dan menjaga harga minyak tetap tinggi dalam jangka panjang.

Sementara itu, Uni Eropa pada hari Rabu mengatakan pihaknya berencana untuk melarang impor minyak Rusia dalam waktu enam bulan dan produk olahan pada akhir tahun dalam putaran terakhir sanksi ekonomi.

Langkah-langkah yang diusulkan blok itu mencerminkan kemarahan yang meluas atas serangan gencar Presiden Rusia Vladimir Putin di Ukraina.

Harga minyak melonjak karena berita tersebut, menambah keuntungan ini pada Kamis pagi.

Patokan internasional, minyak mentah berjangka Brent diperdagangkan pada USD 110,9 di London, naik hampir 0,7 persen untuk sesi ini.

Sementara berjangka West Texas Intermediate AS berada pada posisi USD 108,4, sekitar 0,5 persen lebih tinggi.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.