Sukses

Saham Mayora Menguat 10,76 Persen pada 25-28 April 2022, Efek Kopiko Mejeng di Tesla?

Saham PT Mayora Indah Tbk (MYOR) naik 10,76 persen ke posisi Rp 1.750 per saham pada 25-28 April 2022.

Liputan6.com, Jakarta - Saham PT Mayora Indah Tbk (MYOR) menguat selama sepekan tepatnya 25-28 April 2022. Penguatan saham MYOR ini terjadi di tengah beredarnya foto pertemuan Menteri Koordinator Investasi dan Kemaritiman (Menko Marinves), Luhut Binsar Panjaitan (Menko Luhut) membawa Kopiko dan diberikan kepada CEO Tesla, Elon Musk, di Gigafactory Tesla di Austin, Texas, Amerika Serikat pada pekan ini.

Mengutip data RTI, saham Mayora Indah naik 10,76 persen ke posisi Rp 1.750 per saham pada 25-28 April 2022. Saham MYOR berada di level tertinggi Rp 1.820 dan terendah Rp 1.540 per saham. Total volume perdagangan 73.909.200 saham dengan nilai transaksi Rp 126,2 miliar.

Total frekuensi perdagangan 22.862 kali.Pada 25-28 April 2022, saham MYOR mencatatkan kenaikan tiga hari berturut-turut pada 25-27 April 2022. Saham MYOR naik 3,16 persen ke posisi Rp 1.630 per saham pada 25 April 2022.

Kemudian berlanjut pada 26 April 2022 dengan bertambah 7,36 persen ke posisi Rp 1.750 per saham. Saham MYOR melonjak signifikan ini di tengah beredar foto pertemuan Menteri Koordinator Investasi dan Kemaritiman (Menko Marinves), Luhut Binsar Panjaitan (Menko Luhut) dan pendiri Tesla, Elon Musk, di Gigafactory Tesla di Austin, Texas, Amerika Serikat pada 26 April 2022.

Adapun 27 April 2022, saham MYOR naik terbatas 0,86 persen ke posisi Rp 1.765 per saham. Namun, saham MYOR merosot 0,85 persen ke posisi Rp 1.750 per saham pada Kamis, 28 April 2022. Saham MYOR berada di level tertinggi Rp 1.775 dan terendah Rp 1.725 per saham. Total volume perdagangan 6.615.900 saham dan nilai transaksi Rp 11,5 miliar. Total frekuensi perdagangan 2.727 kali.

Meski demikian, sepanjang 2022, saham MYOR susut 14,22 persen ke posisi Rp 1.750 per saham. Saham MYOR berada di level tertinggi Rp 2.220 dan terendah Rp 1.485 per saham. Total volume perdagangan 656.473.421 saham. Nilai transaksi Rp 1,1 triliun. Total frekuensi perdagangan 221.891 kali.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Kata Analis

Vice President INFOVESTA, Wawan Hendrayana menuturkan, penguatan saham MYOR ada yang sebutkan karena pertemuan Elon Musk dan Menko Luhut.

Akan tetapi, ia menilai lantaran ada aksi korporasi Bank Mayora yang transformasi jadi bank digital menggandeng grup SEA. Adapun pemegang saham mayoritas Bank Mayora antara lain PT Mayora Inti Utama 79,91 persen, PT Mayora Dhana Utama 0,09 persen dan International Finance Corporation (IFC) 20 persen. Bank Mayora memiliki hubungan afiliasi dengan PT Mayora Indah Tbk seiring pemegang saham Bank Mayora yaitu PT Mayora Dhana Utama juga genggam 26,14 persen saham MYOR.

"Ini membuat ada ekspektasi growth dan dipandang menguntungkan untuk Mayora. Ini tindak lanjut dari akuisisi Bank Mayora oleh BNI," ujar Wawan saat dihubungi Liputan6.com, ditulis Minggu (1/5/2022).

Ia menuturkan, secara pendapatan 2021 malah lebih rendah dari 2020 walau penjualan naik. Akan tetapi, pada 2022 diharapkan lebih baik walau ada tekanan kenaikan biaya produksi akibat naiknya komoditas dan bahan baku."Kenaikan saham MYOR selama dua hari sebagai rebound setelah turun cukup dalam periode enam bulan terakhir," kata dia.

3 dari 4 halaman

Kinerja 2021

Sebelumnya, PT Mayora Indah Tbk (MYOR) dan entitas anak mengumumkan laporan keuangan untuk tahun buku 2021. Pada periode tersebut, perseroan berhasil mencatatkan penjualan bersih Rp 27,9 triliun, naik 14 persen dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp 24,48 triliun.

Merujuk laporan keuangan Mayora Indah yang disampaikan kepada Bursa Efek Indonesia, Kamis, 31 Maret 2022, pendapatan itu berasal dari makanan olahan dalam kemasan sebesar Rp 15,93 triliun. Sisanya Rp 13,06 triliun merupakan pendapatan yang berasal dari minuman olahan dalam kemasan. Dengan eliminasi sebesar Rp 1,09 triliun.

Sejalan dengan kenaikan penjualan, beban pokok penjualan ikut terkerek menjadi Rp 20,98 triliun dari Rp 17,17 triliun pada 2020. Sehingga perseroan membukukan laba kotor Rp 6,92 triliun, turun 5,15 persen dibanding tahun sebelumnya sebesar Rp 7,3 triliun.

Pada periode tersebut, beban lain-lain tercatat sebesar Rp 1,55 triliun, turun dari posisi tahun sebelumnya sebesar Rp 2,68 triliun. Setelah dikurangi beban pajak, perseroan mencatatkan laba tahun berjalan Rp 1,21 triliun. Turun 42,3 persen dari Rp 2,1 triliun di 2020.

Laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk tercatat sebesar Rp 1,19 triliun, turun 42,42 persen dibanding posisi 2020 sebesar Rp 2,06 triliun. Laba per saham menjadi Rp 53 dari sebelumnya Rp 92.

4 dari 4 halaman

Aset

Dari sisi aset perseroan hingga Desember 2021 tercatat sebesar Rp 19,92 triliun, naik tipis dari posisi akhir 2020 sebesar Rp 19,78 triliun. Terdiri dari aset lancar Rp 12,97 triliun dan aset tidak lancar Rp 6,95 triliun.

Liabilitas perseroan tercatat naik tipis menjadi Rp 8,56 triliun di 2021 dari sebelumnya Rp 8,51 triliun. Terdiri dari liabilitas jangka pendek Rp 5,57 triliun dan sisanya Rp 2,99 triliun merupakan liabilitas jangka panjang.

Sementara ekuitas perseroan hingga akhir 2021 tercatat sebesar Rp 11,36 triliun, juga naik tipis dibanding posisi akhir 2020 sebesar Rp 11,27 triliun.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.