Sukses

BNI Batalkan Rights Issue pada 2022

PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) membatalkan rencana rights issue. Kenapa?

Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) atau BNI memastikam rencana rights issue batal dilaksanakan.

Direktur Keuangan BNI Novita Widya Anggraini mengatakan, perseroan saat ini sudah mengantongi cukup modal inti sesuai ketentuan OJK, sehingga tidak perlu ada penambahan lewat rights issue.

Sampai dengan Maret 2022, rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) BNI berada pada posisi 19,3 persen, naik 120 basis poin secara tahunan (year on year/yoy). Sementara rasio kecukupan modal inti BNI mencapai 17,3 persen

"Saat ini posisi maret 2022 tier 1 CAR kita sudah berada di level 17,3, dan itu berada di atas ketentuan regulator," kata Novita, Selasa (26/4/2022).

Pada saat bersamaan, Novita menilai pertumbuhan ekonomi Indonesia akan jauh lebih baik dibandingkan di tahun ini dibandingkan 2021. Sehingga bisa juga akomodasi pertumbuhan kredit sepanjang tahun ini.

"Jadi kami melihat bahwa dengan kondisi permodalan BNI yang sampai dengan Maret 2022 ini sudah cukup baik dan mampu mengantisipasi pertumbuhan BNI di masa yang akan datang. Kami tidak akan melakukan rights issue lagi. Rencana rights issue kami batalkan," imbuhnya.

Didukung dengan rasio profitabilitas BNI yang terus menunjukan tren positif, Novita mengatakan perseroan masih mampu melakukan penambahan modal secara organik.

BNI mencatatkan laba Rp 3,96 triliun atau tumbuh 63,2 persen secara tahunan (yoy) pada kuartal I 2022. Capaian itu dihasilkan dari pendapatan operasional sebelum pencadangan (PPOP) yang tumbuh kuat 7,3 persen yoy menjadi Rp 8,5 triliun.

Adapun dana pihak ketiga (DPK) tumbuh 8,4 persen yoy, dengan rasio dana murah atau current account and saving account (CASA) masih mendominasi dan terus meningkat menjadi 69,2 persendari periode sama tahun lalu 67,9 persen.

“Pertumbuhan dana murah ini mendorong perbaikan Cost of Fund dari 1,74 persen pada akhir kuartal pertama 2021 menjadi 1,46 persen pada kuartal pertama 2022. Ruang untuk ekspansi pun masih terbuka. Ditunjukkan dari loan to deposit ratio yang berada pada 85,02 persen," kata dia.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Kinerja 2021

Sebelumnya, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) atau BNI kembali mempertahankan kinerja solid pada awal 2022. Hal itu seiring tren pertumbuhan ekonomi yang menguat.

Pada kuartal I 2022, BNI mencatatkan laba Rp 3,96 triliun atau tumbuh 63,2 persen secara tahunan (yoy). Direktur Utama BNI, Royke Tumilaar mengatakan, pencapaian laba bersih hasilkan dari pendapatan operasional sebelum pencadangan (PPOP) yang tumbuh kuat 7,3 persen yoy menjadi Rp 8,5 triliun.

"Pencapaian pendapatan operasional ini bahkan menjadi yang tertinggi yang pernah dihasilkan BNI. Lebih tinggi dari pendapatan operasional sebelum pandemi,” kata dia dalam paparan publik perseroan, Selasa (26/4/2022).

Selain itu, upaya perbaikan kualitas kredit melalui monitoring, penanganan, dan kebijakan yang efektif membuat biaya pencadangan kredit juga turun tajam sebesar 26,1 persen yoy. Jumlah kredit yang disalurkan sepanjang kuartal 1 2022 bahkan lebih tinggi dari kondisi sebelum pandemi.

Indikator kinerja lainnya yang terkait dengan kualitas aset, likuiditas dan efisiensi juga semakin baik. Sehingga turut mendorong tercapainya pendapatan operasional yang lebih tinggi.

“Kami bersyukur BNI mampu mempertahankan kinerja pada awal tahun ini. Kinerja ini merupakan salah satu tanda dari pemulihan sekaligus pertumbuhan ekonomi yang lebih baik pada tahun ini. Ke depan BNI akan terus meningkatkan kinerja kredit dengan pertumbuhan di kisaran 7 sampai 10 persen di tahun ini,” ujar Royke.

 

3 dari 4 halaman

Rincian

Pertumbuhan kinerja organik yang telah menghasilkan PPOP yang tertinggi di dalam kerja BNI ini dihasilkan dari fokus pada segmen berisiko sebesar 5,8 persen yoy menjadi sebesar Rp 591,68 triliun.

Net Interest Margin (NIM) yang relatif stabil di level 4,5 persen, ditopang dengan tingginya mencapai and fee Based income atau tumbuh 25,6 persen yoy sebesar Rp 4,03 triliun pada kuartal pertama 2022 .

“Kredit di segmen bisnis banking masih menjadi motor akselerasi bisnis kredit BNI. Pertumbuhan ini terutama pembiayaan ke segmen korporasi swasta yang tumbuh 9,9 persen yoy menjadi Rp 193,2 triliun,” beber Royke.

Segmen komersial yang tumbuh 24,5 persen yoy menjadi Rp 46,1 triliun. Segmen UMKM juga tumbuh 11,8 persen yoy dengan nilai kredit Rp 98 triliun. Secara keseluruhan kredit di sektor bisnis banking tumbuh 4,8 persen yoy menjadi Rp 489,3 triliun

Pertumbuhan kredit di seluruh segmen ini sejalan dengan kondisi ekonomi nasional yang sudah mulai pulih. Sektor yang dibidik di sektor bisnis banking adalah sektor perdagangan, instruktur, industri pengolahan, bahkan pembiayaan segmen hijau terus menunjukkan kebutuhan pembiayaan besar sekaligus berkualitas

“Hal ini juga bisa menjadi motor pendorong kredit sindikasi dan penopang kredit korporasi perseroan,” imbuhnya.

 

4 dari 4 halaman

Restrukturisasi Kredit Membaik

Dari sisi konsumer, kredit payroll dan kredit KPR membukukan penguatan kinerja positif pada awal tahun ini dengan pertumbuhan payroll 18,8 persen yoy, dan KPR 8,4 persen yoy. Secara keseluruhan kredit konsumer tumbuh 11,4 persen yoy.

Hal itu karena merek consumer banking BNI yang terbentuk dengan baik. Sehingga mampu memberi daya saing yang sangat kuat dalam berkompetisi dengan peers untuk melayani kebutuhan pembiayaan konsumen masyarakat Perbaikan risiko kredit juga memberi dukungan peningkatan kinerja yang sangat baik pada awal 2022.

Loan at risk BNI pada kuartal I 2022 tercatat 22,1 persen atau membaik 4,8 persen yoy. Demikian juga dengan rasio kredit bermasalah atau NPL yang terus bergerak membaik 60 bps yoy ke posisi 3,5 persen dari periode tahun lalu 4,1 persen.

Restrukturisasi kredit akibat pandemi terus menunjukkan perbaikan positif. Pada awal 2022, kredit restrukturisasi covid-19 tercatat Rp 69,6 triliun. Turun dari posisi perioda yang sama tahun lalu sebesar Rp 84,3 triliun.

"Bahkan debitur terdampak pandemi mulai melakukan pembayaran. Sehingga kami optimis trend perbaikan kualitas kredit akan terus berjalan di semua segmen,” pungkasnya.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.