Sukses

BNI Siap Kembangkan Bank Mayora Bersama Sea Limited

BNI siap terdilusi kepemilikan saham di Bank Mayora jika Sea Limited masuk jadi pemegang saham.

Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) atau BNI siap mengalami penurunan kepemilikan saham atau dilusi Bank Mayora Tbk (MYOR). Hal itu menyusul kemungkinan Sea Limited ikut ambil bagian dalam kepemilikan saham Bank Mayora.

Direktur Utama BNI, Royke Tumilaar mengatakan, Sea Limited ambil bagian sebagai tech partner untuk pengembangan teknologi Bank Mayora yang akan disulap jadi bank digital. Saat ini BNI dan Sea Limited juga sudah memiliki tim untuk mengembangkan teknologi tersebut.

"Sea Limited memang belum menjadi pemegang saham Bank Mayora. Tetapi pada waktu tertentu, kita terbuka untuk terdilusi dari 60 persen sekian menjadi 50 persen-an apabila Sea mau terlibat dalam kepemilikan saham,” ujar Royke dalam paparan publik BNI, Selasa (26/4/2022).

BNI baru saja merampungkan pengambilalihan Bank Mayora. Aksi tersebut sejalan dengan rencana BNI untuk membentuk bank digital melalui strategi anorganik. Yaitu pengambilalihan Bank Mayora yang selanjutnya akan ditransformasi menjadi bank digital.

"Akuisisi sudah selesai. Kita sekarang lagi membuat menyusun persiapan untuk pengembangan bisnis dari Bank Mayora,” kata Royke.

Sebelumnya, rencana pengambilalihan saham Bank Mayora oleh BNI telah mendapat persetujuan pemegang saham Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan BNI yang digelar pertengahan maret lalu. Di mana BNI bakal akuisisi maksimal 63,92 persen saham Bank Mayora.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

RUPS BNI Setujui Rencana Akuisisi Bank Mayora

Sebelumnya, pemegang saham PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) atau BNI menyetujui rencana pengambilalihan PT Bank Mayora Tbk (MYOR).

Hal itu disampaikan oleh Direktur Keuangan BNI, Novita Widya Anggraini usai gelaran Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan BNI yang digelar hari ini.

"RUPS tahunan juga menyetujui aksi korporasi perusahaan untuk melakukan pengambilalihan saham PT Bank Mayora Tbk (MYOR)," ungkap Novita dalam konferensi pers, Selasa (15/3/2022).

Adapun ringkasan rencana pengambilalihan tersebut telah disampaikan melalui keterbukaan publik pada 22 Januari 2022. Di mana BNI bakal mengakuisisi maksimal 63,92 persen saham Bank Mayora.

Pengambilalihan Bank Mayora sejalan dengan rencana BNI untuk membentuk bank digital melalui strategi anorganik. Yaitu pengambilalihan Bank Mayora yang selanjutnya akan ditransformasi menjadi bank digital.

"Harapannya, semua aktivitas ini berjalan lancar sehingga seluruh persetujuan dan persyaratan terkait dengan rencana pengambilalihan ini dapat kami lakukan dan selesai pada akhir April atau di awal Mei 2022," kata Novita.

Di samping itu, RUPS juga menyetujui untuk mengalihkan secara keseluruhan saham hasil pembelian kembali (buyback) tahun 2021 yang disimpan sebagai saham treasuri ini jumlahnya sebanyak 24.682.600 saham.

Pengalihan saham treasuri ini dalam rangka program kepemilikan saham kepada karyawan maupun kepada manajemen (Management Stock Option Plan/MSOP).

"Buyback dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan kepemilikan saham BBNI oleh karyawan dan juga manajemen sehingga diharapkan ini dapat meningkatkan nilai perusahaan serta mendorong pencapaian target kinerja. Buyback tersebut merupakan bagian dari kelanjutan program kepemilikan saham karyawan dan manajemen,” ujar Novita.

 

3 dari 4 halaman

Laba BNI Tumbuh 63,2 Persen pada Kuartal I 2022

Sebelumnya, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) atau BNI kembali mempertahankan kinerja solid pada awal 2022. Hal itu seiring tren pertumbuhan ekonomi yang menguat.

Pada kuartal I 2022, BNI mencatatkan laba Rp 3,96 triliun atau tumbuh 63,2 persen secara tahunan (yoy). Direktur Utama BNI, Royke Tumilaar mengatakan, pencapaian laba bersih hasilkan dari pendapatan operasional sebelum pencadangan (PPOP) yang tumbuh kuat 7,3 persen yoy menjadi Rp 8,5 triliun.

"Pencapaian pendapatan operasional ini bahkan menjadi yang tertinggi yang pernah dihasilkan BNI. Lebih tinggi dari pendapatan operasional sebelum pandemi,” kata dia dalam paparan publik perseroan, Selasa, 26 April 2022.

Selain itu, upaya perbaikan kualitas kredit melalui monitoring, penanganan, dan kebijakan yang efektif membuat biaya pencadangan kredit juga turun tajam sebesar 26,1 persen yoy. Jumlah kredit yang disalurkan sepanjang kuartal 1 2022 bahkan lebih tinggi dari kondisi sebelum pandemi.

Indikator kinerja lainnya yang terkait dengan kualitas aset, likuiditas dan efisiensi juga semakin baik. Sehingga turut mendorong tercapainya pendapatan operasional yang lebih tinggi.

“Kami bersyukur BNI mampu mempertahankan kinerja pada awal tahun ini. Kinerja ini merupakan salah satu tanda dari pemulihan sekaligus pertumbuhan ekonomi yang lebih baik pada tahun ini. Ke depan BNI akan terus meningkatkan kinerja kredit dengan pertumbuhan di kisaran 7 sampai 10 persen di tahun ini,” ujar Royke.

 

4 dari 4 halaman

Rincian Kinerja

Pertumbuhan kinerja organik yang telah menghasilkan PPOP yang tertinggi di dalam kerja BNI ini dihasilkan dari fokus pada segmen berisiko sebesar 5,8 persen yoy menjadi sebesar Rp 591,68 triliun.

Net Interest Margin (NIM) yang relatif stabil di level 4,5 persen, ditopang dengan tingginya mencapai and fee Based income atau tumbuh 25,6 persen yoy sebesar Rp 4,03 triliun pada kuartal pertama 2022 .

“Kredit di segmen bisnis banking masih menjadi motor akselerasi bisnis kredit BNI. Pertumbuhan ini terutama pembiayaan ke segmen korporasi swasta yang tumbuh 9,9 persen yoy menjadi Rp 193,2 triliun,” beber Royke.

Segmen komersial yang tumbuh 24,5 persen yoy menjadi Rp 46,1 triliun. Segmen UMKM juga tumbuh 11,8 persen yoy dengan nilai kredit Rp 98 triliun. Secara keseluruhan kredit di sektor bisnis banking tumbuh 4,8 persen yoy menjadi Rp 489,3 triliun

Pertumbuhan kredit di seluruh segmen ini sejalan dengan kondisi ekonomi nasional yang sudah mulai pulih. Sektor yang dibidik di sektor bisnis banking adalah sektor perdagangan, instruktur, industri pengolahan, bahkan pembiayaan segmen hijau terus menunjukkan kebutuhan pembiayaan besar sekaligus berkualitas

“Hal ini juga bisa menjadi motor pendorong kredit sindikasi dna penopang kredit korporasi perseroan,” imbuhnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.