Sukses

Anak Usaha Indika Energy Raih Pinjaman Rp 394,63 Miliar dari Bank DBS Indonesia

PT Indika Energy Tbk (INDY) melalui anak usaha PT Jaya Bumi Paser (JBP) kantongi pinajaman dari Bank DBS Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta - PT Indika Energy Tbk (INDY) melalui anak usaha PT Jaya Bumi Paser (JBP) telah menandatangani fasilitas pinjaman senilai USD 27,5 juta atau sekitar Rp 394,63 miliar (asumsi kurs Rp 14.350 per dolar AS) dari Bank DBS Indonesia.

Fasilitas pinjaman dari Bank DBS Indonesia merupakan gabungan dari pendanaan jangka pendek dan panjang untuk berbagai kegiatan perusahaan.

Pendanaan tersebut untuk membiayai pengembangan sumber energi baru dan terbarukan berbasis biomassa yang berkelanjutan dan menerapkan standar Forest Stewardship Council (FSC) oleh JBP di Kalimantan Timur.

Hal itu sejalan dengan komitmen dan dukungan Indika Energy untuk genjot investasi dalam upaya transisi energi, serta mendukung pencapaian target penurunan emisi nasional hingga 29 persen dengan upaya sendiri atau hingga 41 persen dan bantuan internasional pada 2030 seperti tertuang dalam dokumen Nationally Determined Contribution (NDC).

Head of Institutional Banking Group Bank DBS Indonesia, Kunardy Lie menuturkan, pihaknya berkomitmen mencapai nol bersih pada 2050 atau lebih cepat seiring sebagai advokat transisi energi.

"Kami senang dapat bermitra dengan Indika Energy melalui transition financing ini,” ujar Kunardy seperti dikutip dari keterangan tertulis, Senin (18/4/2022).

Adapun transition financing  membuat industri perbankan memainkan peran kunci dalam mengalakkan dan turut berpartisipasi dalam menjaga kelestarian dan keseimbangan lingkungan.

Kini semakin banyak perusahaan yang memahami tentang pentingnya aspek ESG dalam operasionalnya. Salah satu hal yang mendesak adalah menghijaukan sektor industri yang bertanggung jawab atas emisi karbon yang intensif.

Di sini peran sektor keuangan untuk membantu transisi pada perusahaan yang awalnya carbon-intensive dan mulai menjauh dari bahan bakar fosil.

"Hal ini juga sejalan dengan komitmen kami untuk mendukung pemerintah dalam mempercepat implementasi keuangan berkelanjutan di Indonesia,” kata dia.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Strategi Indika Energy

Indika Energy juga berkomitmen mencapai netral karbon pada 2050. Indika Energy mengupayakan hal ini dengan melakukan berbagai Prakarsa keberlanjutan dalam kegiatan operasional, termasuk fokus pada aspek ESG.

Selain komitmen netral karbon, Indika Energy juga berkomitmen untuk meningkatkan kontribusi sektor non-batu bara menjadi sebesar 50 persen dari total pendapatan pada 2025.

Direktur PT Indika Energy Tbk Retina Rosabai menuturkan, Indika Energy melakukan diversifikasi sebagai bagian dari strategi pengembangan usaha termasuk dalam energi baru dan terbarukan (EBT), solusi berbasis alam, kendaraan listrik dan teknologi digital.

"Pengembangan sektor EBT dan solusi berbasis ala mini adalah salah satu upaya kami dalam mendukung transisi energi nasional yang tentunya membutuhkan investasi yang cukup besar, serta perlu didukung oleh sektor perbankan dan stakeholders lainnya,” kata dia.

Ia menambahkan, pihaknya sangat antusias dengan kemitrana ini seiring transition financing yang pertama bagi Indika Energy dan Bank DBS Indonesia. “Kami berharap hal ini merupakan awal yang baik bagi pengembangan bisnis berkelanjutan Indika Energy ke depannya,” tutur dia.

3 dari 4 halaman

Agenda Keberlanjutan Bank DBS

Keseriusan Bank DBS Group dalam agenda keberlanjutan terbagi menjadi tiga pilar sustainability, yaitu Responsible Banking, Responsible Business Practices, dan Creating Social Impact. Dalam menjalankan pilar Responsible Banking, Bank DBS Group menyediakan layanan berbasis ESG di antaranya: sustainability linked-loan, sustainability linked-bonds–di mana Bank DBS Indonesia berlaku sebagai arranger, dan sustainable-project financing.

Menurut Bank DBS Group penilaian utama jika sebuah aset atau kegiatan dapat dikatakan sedang ‘bertransisi’ adalah pada tingkat dekarbonisasi.

Adapun grup DBS menjadi yang pertama menjaring permintaan akan pembiayaan transisi di Asia dengan peluang di enam market terutama Singapura, India, Indonesia, dan Tiongkok.

Hal ini seiring dengan diluncurkannya Sustainable and Transition Finance Framework and Taxonomy pada Juni 2021, Selama 2,5 tahun terakhir, grup DBS telah membukukan 100 deals senilai S$ 12 miliar atau setara USD 8,72 miliar.

4 dari 4 halaman

Pembiayaan Berkelanjutan

Sustainable financing atau pembiayaan berkelanjutan menjadi salah satu elemen penting dalam mendukung transisi energi nasional dari energi yang berbasis bahan bakar fosil menjadi sumber energi hijau yang rendah karbon dan ramah lingkungan.

Pembiayaan berkelanjutan ini tidak hanya mempertimbangkan keuntungan finansial semata dalam pengambilan keputusan investasi, tetapi juga faktor Environmental, Social, dan Governance yang dikenal dengan ESG sebagai parameter keberlanjutan perusahaan.

Kerja sama antara Bank DBS Indonesia dan Indika Energy merupakan transition financing yang dimaksudkan untuk mendanai proyek pengembangan sumber energi baru dan terbarukan berbasis biomassa yaitu wood pellet yang akan dilakukan oleh JBP.

JBP adalah perusahaan pemegang Perizinan Berusaha Pemanfaatan Hutan (PBPH) yang memiliki konsesi hutan tanaman industri seluas 23.590 ha di Kalimantan Timur yang saat ini ditanami pohon kaliandra untuk dijadikan bahan baku wood pellet sebagai energi biomassa.

Di dalam proyek ini, JBP akan menerapkan standar FSC yang dimulai dari pemetaan area proyek, pembukaan lahan, penanaman, pemanenan hingga proses produksi wood pellet. Saat ini JBP dalam proses untuk mendapatkan sertifikasi FSC. Produk wood pellet yang dihasilkan oleh JBP ini dapat dijadikan sebagai sumber bahan bakar pada Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa (PLTBm). Wood pellet sendiri dikategorikan sebagai energi hijau yang berkelanjutan karena bahan bakunya berasal dari non-fosil dan proses dari tanam hingga panen membutuhkan waktu yang cukup singkat, yakni 1 hingga 2 tahun.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.