Sukses

IHSG Terbang 1,17 Persen ke 7.210, Ini Sentimen Pendorongnya

Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menembus rekor tertinggi di 7.200. Apa sentimen pendorongnya?

Liputan6.com, Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali cetak rekor pada Jumat, (8/4/2022). IHSG menembus level tertinggi baru di 7.200. Lalu apa sentimen pendorongnya?

Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG melonjak 1,17 persen ke posisi 7.210,83 pada Jumat, 8 April 2022.

Dengan kenaikan tersebut mendorong IHSG tumbuh 9,56 persen secara year to date (ytd). Indeks LQ45 melonjak 1,15 persen ke posisi 1.043,82. Kenaikan indeks LQ45 itu juga memicu pertumbuhan 12,07 persen secara year to date dan kalahkan IHSG.

Pada Jumat pekan ini, IHSG mencetak rekor tertinggi di 7.216,49 dan terendah 7.151,25. Total volume perdagangan 22,79 miliar saham dan nilai transaksi Rp 15,77 triliun. Total frekuensi perdagangan 1.392.990 kali.

Investor asing melakukan aksi beli Rp 1,4 triliun jelang akhir pekan. Dengan demikian, aksi beli investor asing mencapai Rp 37,51 triliun sepanjang 2022.

Kapitalisasi pasar bursa tercatat Rp 9.046 triliun. PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) masih memimpin dengan kapitalisasi pasar terbesar di BEI. Tercatat kapitalisasi pasar BBCA mencapai Rp 958 triliun. Disusul PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) sebesar Rp 692 triliun dan PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) senilai Rp 454 triliun.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Faktor Pendorong Kenaikan IHSG

Head of Research PT Infovesta Utama, Wawan Hendrayana menuturkan, ada sejumlah faktor pendorong IHSG. Salah satunya harga komoditas.

Selain itu, pemerintah yang mengizinkan mudik juga menjadi katalis positif dengan harapan dapat gerakkan ekonomi di daerah. Dengan demikian diharapkan percepatan pemulihan ekonomi.

"Faktor percepatan pemulihan ekonomi didorong oleh naiknya harga komoditas, pembukaaan aktivitas masyarakat, dan faktor ,mudik yang diizinkan pemerintah akan membawa cashflow dari kota ke daerah,” ujar Wawan saat dihubungi Liputan6.com, Jumat, 8 April 2022.

Sementara itu, Analis PT MNC Sekuritas Herditya Wicaksana menuturkan, IHSG menguat didorong katalis dari bursa Amerika Serikat yang menguat di tengah rencana pengetatan kebijakan moneter dari bank sentral Amerika Serikat atau the Federal Reserce.

Namun, data klaim pengangguran turun menjadi 166 ribu dan kredit konsumen pada Februari 2022 naik menjadi USD 41,82 M.

"Dari bursa regional Asia pun bergerak variasi dengan kecenderungan menguat,” kata dia.

Dari dalam negeri menurut Herditya didorong aliran dana investor asing ke IHSG. Tercatat aksi beli investor asing mencapai Rp 1,4 triliun pada Jumat pekan ini.

“Masih diperkirakan akibat konflik Rusia Ukraina yang menguntungkan sektor energi dari Indonesia, kemudian ada rilis data IKK Maret 2022 yang turun tipis ke level 111, disamping momen Ramadhan akan menjadi pendorong ekonomi,” kata dia.

Ia menambahkan, IHSG yang secara historis juga sumbang kenaikan konsumsi ditambah dengan pelonggaran PPKM dan pintu mudik.

3 dari 4 halaman

Prediksi IHSG hingga Akhir 2022

Adapun sektor saham yang mendorong IHSG antara lain sektor keuangan dan komoditas. Indeks sektor saham IDXenergy naik 3,67 persen, dan pimpin penguatan, sedangkan indeks sektor saham keuangan naik 0,33 persen.

“Keuangan menjadi motor utama, ditambah komoditas,” ujar Wawan.

Terkait investor asing yang masih melakukan aksi beli saham, Wawan menilai lantaran faktor percepatan pemulihan ekonomi. Indonesia juga diuntungkan oleh krisis geopolitik.

“Valuasi memang tinggi oleh ekspektasi growth pendapatan para emiten saham yang relatif murah justru dari FMCG seperti ICBP karena naiknya harga bahan baku membuat pendapatan bisa tertekan,” kata dia.

Meskipun demikian, Wawan menjelaskan terkait sentimen yang diwaspadai ke depan, seperti kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed) dan kasus COVID-19 setelah mudik Lebaran. Wawan berharap tidak ada lonjakan kasus COVID-19.

Hingga akhir 2022, ia masih prediksi IHSG berada di kisaran 7.400-7.500.

 

4 dari 4 halaman

Bursa Saham Asia Bervariasi

Bursa saham Asia Pasifik beragam pada Jumat (8/4/2022), karena saham teknologi China tergelincir dan investor mengamati situasi COVID-19 di China.

Melansir CNBC, indeks Hang Seng Hong Kong turun 0,24 persen, sedangkan indeks Hang Seng Tech turun 1,83 persen. Saham Alibaba turun 2,47 persen, sementara saham JD.com turun 3,35 persen, serta Meituan kehilangan 2,70 persen.

Bursa saham China bervariasi. Indeks Shanghai naik 0,47 persen, sedangkan indeks Shenzhen turun 0,11 persen ke posisi 11.959,27.

Kasus COVID-19 menjadi fokus di China, dengan Shanghai melaporkan 20.398 kasus baru COVID-19 tanpa gejala dan 824 kasus baru yang bergejala pada 7 April. Kota itu lockdown dalam upaya menghentikan penyebaran virus tersebut.

"Sentimen jangka pendek (untuk saham China) dapat tetap terkendali mengingat pertemuan hambatan makro, penyebaran Omicron, ketidakpastian likuiditas global dan kekhawatiran ketegangan AS/China," menurut catatan Morgan Stanley tertanggal 7 April, dikutip dari CNBC, Jumat, 8 April 2022.

Sementara itu, analis bank juga mencatat konsumsi domestik di China lamban, dan mengatakan penyebaran virus secara sporadis di luar Shanghai dapat menyebabkan tindakan pengetatan di tempat lain.

Di sisi lain, Nikkei 225 Jepang naik 0,36 persen ke posisi 26.985,80 , sedangkan indeks Topix naik tipis 0,21 persen.

Di Korea Selatan, indeks Kospi naik 0,17 persen ke posisi 2.700,39, dan indeks Kosdaq naik 0,7 persen. Indeks S&P/ASX 200 Australia naik 0,47 persen.

Ahli strategi pasar global di JPMorgan Private Bank, Julia Wang menuturkan, hambatan terbesar untuk pasar Asia saat ini datang dari AS, dengan pasar merespons sinyal hawkish dari The Fed.

"The Fed sedang melihat data inflasi yang jelas-jelas membuat mereka khawatir, dan saya pikir itu diterjemahkan ke dalam selera risiko yang lebih lemah di Asia,” katanya kepada “Street Signs Asia” CNBC pada Jumat.

Dia juga menambahkan, sampai situasi itu berubah, inflasi di AS akan membebani sentimen pasar di Asia.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.