Sukses

Wall Street Kembali Lesu Setelah The Fed Beri Sinyal Bakal Agresif

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones turun 144,67 poin atau 0,42 persen menjadi 34.496,51.

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street melemah pada perdagangan Rabu, 6 April 2022. Imbal hasil obligasi juga melonjak ke level tertinggi baru setelah bank sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed) memberi lebih banyak panduan tentang seberapa cepat akan memperketat kebijakan moneter.

Hal ini untuk melawan inflasi dan langkah tersebut meningkatkan kekhawatiran dapat memperlambat ekonomi. Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones turun 144,67 poin atau 0,42 persen menjadi 34.496,51.

Indeks S&P 500 merosot 0,97 persen menjadi 4.481,15. Indeks Nasdaq tergelincir 2,22 persen menjadi 13.888,82 setelah jatuh sekitar 2,3 persen pada perdagangan Selasa pekan ini.

"Itu adalah peringatan bagi siapa pun yang berpikir the Fed akan lebih dovish dalam perjuangan mereka melawan inflasi,” ujar Chief Equity Strategist LPL Financial, Quincy Krosby dilansir dari CNBC, Kamis (7/4/2022).

Rilis risalah the Fed mengindikasikan pada Rabu sore pekan ini, pejabat “secara umum setuju” menyusutkan neraca sebesar USD 95 miliar per bulan. Risalah juga menunjukkan pejabat bank sentral sedang mempertimbangkan kenaikan suku bunga lebih besar dari pada kenaikan 25 basis poin. Saham merosot ke posisi terendah setelah rilis risalah, dan kembali sedikit bangkit.

“Banyak peserta mencatat dengan inflasi jauh di atas tujuan komite, risiko inflasi ke atas, dan tingkat dana federal jauh di bawah perkiraan peserta untuk tingkat jangka panjangnya. Mereka lebih suka kenaikan 50 basis poin dalam kisaran target, untuk tingkat dana federal pada pertemuan ini,” kata risalah.

Sementara itu, imbal hasil treasury AS bertenor 10 tahun melonjak di atas 2,65 persen ke level tertinggi dalam tiga tahun pada Rabu pekan ini. Imbal hasil obligasi tetap mendekati level tertinggi tersebut setelah rilis risalah pertemuan the Fed. Pada Senin, imbal hasil obligasi menyentuh 2,4 persen.

Risalah tersebut berasal dari pertemuan the Fed pada Maret pekan ini dan mengindikasikan kenaikan suku bunga sebanyak enam kali pada 2022.

“Saya pikir pasar saham mendapatkan gagasan USD 60 miliar treasury dan USD 35 miliar hipotek mulai menjadi nyata,” ujar James Caron dari Morgan Stanley Investment Management.

Ia menambahkan, jika the Fed menaikkan 50 basis poin lagi pada Mei 2022, dan 50 basis poin lagi pada Juni, itu mulai menjadi lebih nyata. “Ini tentu bukan penarik untuk saham,” kata dia.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Gerak Saham di Wall Street

Di sisi lain, saham teknologi memimpin penurunan pada Rabu pekan ini dan koreksi selama dua hari. Hal ini seiring investor keluar dari saham teknologi karena bersiap untuk suku bunga lebih tinggi sehingga memperlambat ekonomi.

Saham Apple, Microsoft, Amazon dan Tesla berkontribusi pada penurunan sektor saham teknologi. Produsen chip seperti Nvidia dan Marvell Technology juga melanjutkan koreksi masing-masing turun sekitar 5,9 persen dan 2,6 persen.

Investor terus mencari saham dengan keuntungan stabil, dan menghindari saham yang menawarkan pertumbuhan ke depan. Sektor utilitas, perawatan kesehatan dan kebutuhan pokok konsumen terus naik pada Rabu pekan ini.

Saham Amgen dan Johnson&Johnson masing-masing naik lebih dari dua persen. Saham konsumsi seperti Coca Cola dan Procter and Gamble naik lebih dari 1 persen. Saham Walmart melonjak 2,3 persen.

"Hari ini dan kemarin Anda benar-benar mulai melihat pasar saham mengejar pasar obligasi,” ujar CIO Independent Advisor Alliance, Chris Zaccarelli.

Ia menambahkan, saham mulai apresiasi the Fed yang lebih agresif. Pejabat the Fed dalam beberapa hari terakhir telah mencoba untuk memperingatkan investor pengetatan kebijakan lebih cepat bisa terjadi. Temuan itu, ditambah dengan pernyataan baru-baru ini dari Gubernur The Fed Lael Brainard  dan lainnya tampak menandakan sentimen itu.

3 dari 3 halaman

Menanti Rilis Laporan Keuangan

Sebelumnya Rabu pekan ini, Presiden the Fed Philadelphia Patrick Harker mengatakan sangat prihatin tentang kenaikan inflasi. Komentarnya datang sehari setelah Brainard mengindikasikan dukungan suku bunga lebih tinggi dan pengurangan cepat dari neraca bank sentral bisa datang segera setelah Mei.

"Sangat penting untuk menurunkan inflasi,” ujar Brainard.

Cliff Corso dari Advisors Asset Management menuturkan, apa artinya bagi pasar adalah volatilitas lanjutan di sekitar ketidakpastian untuk imbal hasil lebih tinggi dan saham.”Growth stocks mungkin terus mendapatkan diskon karena kenaikan suku bunga,” kata dia.

Traders juga bersiap untuk mulai musim rilis laporan keuangan perusahaan. Chief US Equity Strategist Goldman Sachs, David Kostin menuturkan, saham dengan margin tangguh lebih siap untuk hadapi lingkungan saat ini. Hal itu termasuk saham Alphabet dan Nike yang telah mempertahankan margin tinggi dan stabil.

"Secara keseluruhan, pasar saham AS mungkin memiliki kenaikan lima persen dari periode seperti ini antara sekarang dan akhir tahun,” ujar Kostin.

Ia menuturkan, jika masuk dalam resesi sehingga akan menjadi penurunan yang berarti.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.