Sukses

Wall Street Kompak Menguat Imbas Koreksi Harga Minyak

Wall street menguat pada perdagangan Selasa, 15 Maret 2022 setelah harga minyak koreksi dan investor cermati perkembangan invasi Rusia-Ukraina.

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street kompak menguat pada perdagangan Selasa, 15 Maret 2022. Indeks S&P 500 naik untuk pertama kali dalam empat hari seiring harga minyak terus turun di bawah angka USD 100 dan inflasi lebih ringan dari yang diharapkan.

Selain itu, trader juga terus mengamati negosiasi gencatan senjata terbaru di Ukraina dan lockdown di China karena kasus COVID-19 telah menekan rantai pasokan teknologi.

Di sisi lain, investor juga juga mengantipasi keputusan bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve. Bank sentral AS diperkirakan menaikkan suku bunga untuk pertama kalinya sejak 2018.

Indeks S&P 500 naik 2,1 persen menjadi 4.262,45. Indeks Dow Jones bertambah 599,10 poin atau 1,8 persen menjadi 33.544,34. Indeks Nasdaq naik 2,9 persen menjadi 12.948,62.

Chief Investment CFRA Sam Stovall menuturkan, pasar yang bergejolak dan membingungkan telah membuat investor lelah karena reli. “Karena pasar ini sangat lemah, sangat tidak meyakinkan sejak posisi tertinggi sepanjang masa pada 3 Januari 2022, dan karena pembalikan secara intraday, tidak ada yang benar-benar tahu apa yang akan terjadi,” ujar Stovall dikutip dari CNBC, Rabu (16/3/2022).

Ia menambahkan, apa yang menyebabkan wall street mengut seiring investor lelah melihat pasar saham yang terus tertekan dalam waktu lama.

Stovall menambahkan, harga minyak yang turun dan data inflasi menjadi katalis untuk wall street. Selain itu, dengan investor menantikan hasil pertemuan the Fed, Stovall mencatat saham cenderung naik pada bulan pertama, ketiga dan 12 setelah awal kenaikan suku bunga.

“Pasar mengharapkan kenaikan tujuh kali pada 2022. Mengingat aksi jual di pasar komoditas, ada sedikit ketakutan dterhadap inflasi, dan ketika itu terjadi kecenderungan alami adalah menuju sektor yang lebih berkembang,” ujar Direktur Pelaksana Evercore ISI, Julian Emanuel.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Gerak Saham di Wall Street

Selain itu, saham teknologi memimpin kenaikan setelah tekanan baru-baru ini. Saham Microsoft dan Netflix masing-masing naik 3,8 persen. Saham Oracle menguat 4,5 persen. Saham produsen chip Nvidia menanjak 7,7 persen.

Saham Disney dan McDonald’s masing-masing bertambah 4 persen dan 2,8 persen. Saham Peloton melonjak 11,9 persen. Saham maskapai mendapat dorongan setelah beberapa operator besar menaikkan prospek pendapatannya. Saham United dan American masing-masing naik lebih dari 9 persen. Saham Delta bertambah 8,7 persen.

Koreksi harga minyak juga mendorong saham perjalanan termasuk jalur pelayaran, hotel, kasino dan perusahaan game serta operator situs pemesanan perjalan. Saham Invesco Dynamic Leisure dan Entertainment ETF naik sekitar 2,7 persen.

Akan tetapi, tekanan harga minyak menekan saham energi. Saham Chevron dan Exxon masing-masing turun sekitar 5 persen. The Energy Select Sector SDPR Fund turun 3,7 persen.

 

3 dari 3 halaman

Menanti Pertemuan The Fed

Harga minyak melanjutkan koreksi pada perdagangan Selasa pekan ini. Harga minyak berjangka Amerika Serikat turun 6,4 persen ke posisi USD 96,44 per barel setelah mencapai USD 130 pada pekan lalu.Harga minyak Brent bertambah 6,5 persen ke posisi USD 99,91 per barel.

Selain itu, lonjakan harga energi pada Februari membawa harga barang grosir ke rekor lompatan terbesar dalam satu bulan, demikian laporan Departemen Tenaga Kerja AS. Indeks harga produsen naik 0,8 persen pada Februari 2022 dari bulan sebelumnya.

Namun, indeks itu sedikit lebih rendah dari yang diperkirakan 0,9 persen. Inflasi inti tidak termasuk makanan, energi dan jasa perdagangan naik hanya 0,2 persen. Ini di bawah harapan 0,6 persen.

The Federal Reserve memulai pertemuan penting dalam dua hari ini yang dilakukan sejak Selasa. Investor mengharapkan kenaikan suku bunga 0,25 persen.

Hal itu akan menjadi awal dari pelepasan kebijakan pelonggaran moneter yang dilakukan bank sentral selama pandemi COVID-19. Namun, kenaikan inflasi diharapkan menjadi titik fokus pada pertemuan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.