Sukses

Neraca Dagang RI Surplus pada 2021, IHSG Melemah 0,56 Persen

Pada penutupan perdagangan sesi pertama, IHSG melemah 0,56 persen ke posisi 6.655,83.

Liputan6.com, Jakarta - Gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berada di zona merah pada sesi pertama perdagangan Senin (17/1/2022). Akan tetapi, investor asing masih melakukan aksi beli saham dan neraca dagang Indonesia surplus.

Pada penutupan perdagangan sesi pertama, IHSG melemah 0,56 persen ke posisi 6.655,83. Indeks LQ45 susut 0,48 persen ke posisi 948,41. Seluruh indeks acuan kompak tertekan. Pada sesi pertama, IHSG di posisi terendah 6.649,81 dan tertinggi 6.711,82.

Sebanyak 215 saham menguat dan 287 saham melemah. 166 saham diam di tempat. Total frekuensi perdagangan 793.771 kali dengan volume perdagangan 10,2 miliar saham. Nilai transaksi harian Rp 5,8 triliun. Investor asing beli saham Rp 124,85 miliar di seluruh pasar. Posisi dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 14.307 per dolar AS.

Sebagian besar sektor saham tertekan kecuali indeks sektor saham IDXtransportasi menguat 0,49 persen dan IDXenergy menanjak 0,15 persen.

Sementara itu, indeks sektor saham IDXtechno merosot 1,75 persen, dan bukukan koreksi terbesar. Diikuti indeks sektor saham IDXbasic susut 1,23 persen dan indeks sektor saham IDXnonsiklikal merosot 0,65 persen.

Tekanan IHSG ini terjadi meski Indonesia mencatatkan surplus neraca dagang.  Sebelumnya, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Margo Yuwono menyatakan tingkat neraca perdagangan barang Indonesia selama 2021 tercatat paling tinggi sejak lima tahun terakhir.

Hal ini karena neraca dagang sepanjang tahun ini berhasil mencatatkan surplus sebesar USD35,34 miliar.

“Surplus kita mencapai USD 35,34 miliar, bapak ibu bisa melihat kalau kita bandingkan dengan 2020, 2019, bahkan kalau sampai 2016, neraca perdagangan tahun 2021 merupakan yang paling tinggi 5 tahun terakhir ini,” tutur dia dalam Rilis Berita Resmi Statistik, Senin, 17 Januari 2022.

Mengacu data yang ditampilkannya, pada 2020 tercatat surplus senilai USD21,62 Miliar, kemudian pada 2019 tercatat defisit minus USD3,59 miliar, dan 2018 minus USD8,70 miliar. Sementara pada 2017 tercatat surplus sebesar USD11,84 Miliar, dan 2016 tercatat lebih rendah sebesar USD 9,48 miliar.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Top Gainers dan Losers

Saham-saham yang masuk top gainers antara lain:

-Saham SDMU naik 28,85 persen

-Saham SNLK naik 24,54 persen

-Saham FIRE naik 18,82 persen

-Saham BIMA naik 18,80 persen

-Saham AMAR naik 16,98 persen

Saham-saham yang masuk top losers antara lain:

-Saham PLAN melemah 8,16 persen

-Saham IPAC melemah 7,5 persen

-Saham MREI melemah 6,94 persen

-Saham PTSP melemah 6,92 persen

-Saham AKSI melemah 6,92 persen

3 dari 4 halaman

Aksi Investor Asing

Saham-saham yang dibeli investor asing antara lain:

-Saham BBRI senilai Rp 132,4 miliar

-Saham ARTO senilai Rp 73,2 miliar

-Saham BBNI senilai Rp 34,8 miliar

-Saham BMRI senilai Rp  30,9 miliar

-Saham ADRO senilai Rp 26,8 miliar

Saham-saham yang dijual investor asing antara lain:

-Saham SMGR senilai Rp 16,9 miliar

-Saham ASII senilai Rp 9 miliar

-Saham ICBP senilai Rp 6,9 miliar

-Saham BUMI senilai Rp 6,6 miliar

-Saham AKRA senilai Rp 6,1 miliar

4 dari 4 halaman

Bursa Saham Asia

Bursa saham Asia bervariasi. Indeks Hang Seng turun 0,97 persen, indeks Korea Selatan Kospo merosot 1,47 persen dan indeks Singapura tergelincir 0,02 persen. Sementara itu, indeks Jepang Nikkei menanjak 0,75 persen, indeks Thailand bertambah 0,14 persen, indeks Shanghai naik 0,62 persen dan indeks Taiwan menguat 0,56 persen.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.