Sukses

Sentimen Suku Bunga The Fed Meningkat, Sektor Saham Bank hingga Telekomunikasi Jadi Pilihan

Bank sentral Amerika Serikat atau the Fed diprediksi bakal naikkan suku bunga seiring inflasi yang meningkat.

Liputan6.com, Jakarta - Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Federal Reserve (the Fed), berencana menaikkan suku bunga acuan pada Maret 2022.

Beberapa pejabat The Fed berbicara secara terbuka tentang bagaimana memerangi tingkat inflasi yang tinggi, yakni dengan menaikkan suku bunga agar memperlambat pinjaman dan pengeluaran.

Head of Research Kiwoom Sekuritas, Sukarno Alatas menilai, jika Indonesia tidak mengikuti langkah the Fed  untuk menaikkan suku bunga, akan terjadi aliran dana keluar dari Indonesia dan bisa menjadi tekanan untuk indeks.

"Terutama asing akan banyak keluar dari saham-saham bluechips. Tapi jika kenaikan tersebut BI menormalisasi juga suku bunga, maka potensi outflow bisa teratasi,” ujarnya kepada Liputan6.com, ditulis Minggu (16/1/2022).

Untuk saat ini, sukarno mencermati investor asing asing masih melakukan aksi beli beberapa saham bluechip perbankan. Artinya, investor asing masih yakin akan keadaan ekonomi Indonesia dan potensi pertumbuhan indeks IHSG juga cukup tinggi.

“Saham-saham yang bisa dikoleksi saat ini saham bluechips perbankan dan telekomunikasi,” kata Sukarno.

Sementara itu, Head of Equity Investment PT Sinarmas Asset Management, Evan Lie Hadiwidjaja menyarankan untuk melakukan diversifikasi investasi.

"Kami lebih suka diversifikasi untuk tahun ini atau bisa ambil strategi barbell,” ujar  dia dalam webinar Sinarmas Sekuritas & Sinarmas Asset Management, Rabu, 12 Januari 2022.

Adapun diversifikasi yang dimaksud Evan, yakni memilih perusahaan yang memiliki eksposur terhadap ekonomi di dalam negeri.

"Kalau industri manufaktur adalah perusahaan yang secara input cost komponen USD nya enggak terlalu besar dan perusahaan-perusahaan yang memiliki ability untuk passing rising input cost,” kata dia.

Untuk sektor saham, Evan menilai perbankan masih cukup menarik untuk dicermati. Sektor ini dinilai mampu bertahan di tengah sentimen kenaikan suku bunga dibandingkan dengan beberapa sektor lainya.

"Yang marik sektor perbankan. Secara pertumbuhan kredit meningkat, kualitas aset baik. Secara industri kalau terjadi peningkatan suku bunga relatif lebih oke dibandingkan sektor lainnya," kata dia.

Selain perbankan, pada era disrupsi, sektor teknologi atau digital juga menarik.  Evan menerangkan ekonomi digital masih memiliki ruang pertumbuhan yang tinggi.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Faktor yang Pengaruhi Suku Bunga

Sebelumnya, Penasehat Menteri Keuangan Bidang Keuangan dan Keuangan Syariah, Halim Alamsyah menuturkan, sejumlah faktor yang akan mempengaruhi penetapan suku bunga, di antaranya termasuk kurs dan country risk.

Namun dua faktor tersebut dikatakan Halim masih sulit untuk diprediksi. Hal itu lantaran ketidakpastian tentang kekuatan ekonomi negara-negara berkembang menghadapi shock trade, capital outflows dan balance sheets adjustment sektor swasta yang tidak keberhutangan dan kualitas asetnya buruk.

Dalam situasi tersebut, ada setidaknya dua skenario yang dijabarkan Halim. Pertama, pemilik dana atau investor menjadi konservatif. Artinya, karena investor sulit melakukan prediksi terhadap kurs dan country risk di negara berkembang, maka investor meninggalkan negara berkembang dan melirik aset negara maju.

“Ini artinya akan terjadi capital outflow, kemudian akan mengakibatkan kurs dollar makin kuat terhadap mata uang negara berkembang… Akan lebih banyak kenaikan yang terjadi pada yield di aset negara-negara berkembang,” ujar Halim.

Dia menuturkan, jika fundamental suatu negara kurang baik, situasi ini akan menyulitkan neraca korporasi yang hutangnya sudah tinggi, lalu kemungkinan investasi juga akan berkurang. Sehingga prospek pertumbuhan ekonominya melemah dan akan menekan kurs.

"Akibatnya, untuk bisa menetralisir terjadinya capital outflow dan mengurangi tekanan terhadap kurs, suku bunga domestik harus makin tinggi,” kata Halim.

Skenario kedua, investor akan lebih selektif. Maksudnya, investor tidak sepenuhnya menghindari negara berkembang. Dengan catatan, fundamental negara berkembang tersebut kuat dan yield yang diberikan juga menarik.

Dalam skenario ini, kurs negara berkembang masih akan melemah walau terbatas. “Kenaikan yield aset negara berkembang juga kemungkinan tidak banyak sepanjang inflasi dalam negeri terkendali. Namun investor akan tetap meminta premium sebagai cerminan naiknya risiko investasi secara global,” kata Halim. 

Pada saat bersamaan, akses ke pasar keuangan internasional kemungkinan akan menjadi sedikit lebih mahal sebagai akibat terbatasnya investor yang berminat.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

  • Saham adalah hak yang dimiliki orang (pemegang saham) terhadap perusahaan berkat penyerahan bagian modal sehingga dianggap berbagai dalam pe

    Saham

  • The Fed adalah salah satu bank sentral di AS yang tertua dan berdiri sejak tahun 1913 melalui kongres.

    The Fed

  • Persentase dari pokok utang yang dibayarkan sebagai imbal jasa (bunga) dalam suatu periode tertentu disebut suku bunga.

    suku bunga

  • Sektor Saham