Sukses

Jurus Goldman Sachs Tekan Emisi Karbon

Goldman Sachs akan mempertimbangkan penggunaan kredit karbon saat mampu memverifikasi cara ini mampu mencapai tujuan nol emisi pada 2030.

Liputan6.com, Jakarta - Goldman Sachs Group Inc menyatakan bermitra dengan tiga klien di sektor berbeda demi mengurangi emisi karbon secara substansial pada 2030, dengan memakai  pendekatan tertentu untuk melawan perubahan iklim.

Pada Kamis, 16 Desember 2021 bank multinasional AS merilis laporan yang merinci rencananya itu. Awalnya Goldman Sachs berfokus pada minyak, gas, listrik dan manufaktur mobil. Langkah ini bertujuan mengurangi emisi karbon di sektor-sektor penghasil zat arang tertinggi pada 2030.

Bank sudah memulai depresiasi karbon tingkat dasar pada 2019. Ini akan membantu klien minyak dan gas mengurangi emisi sebesar 17-22 persen, daya 48-65 persen dan karbon mobil 49-54 persen.Goldman Sachs akan mempertimbangkan penggunaan kredit karbon saat mampu memverifikasi cara ini mampu mencapai tujuan nol emisi pada 2030.

Perusahaan perbankan lain termasuk JPMorgan Chase & Co dan Morgan Stanley sudah menetapkan target serupa.

Sasaran ini adalah komitmen terhadap penurunan emisi dengan berupaya menekan kliennya. Pasalnya industri-industri itu berada di bawah tekanan global agar memangkas pembiayaan atas pembelian batu bara yang berpotensi merusak lingkungan.

“Sebagai lembaga keuangan, kami percaya peran paling berarti yang Goldman mainkan dalam transisi iklim global adalah mendorong dekarbonisasi dalam ekonomi dengan para mitra dan klien,” ujar Chief Executive David Solomon, dilansir dari  laman Channel News Asia, ditulis Minggu (19/12/2021).

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Perlu Aksi Lebih

Juru Kampanye mengungkapkan target Goldman Sachs belum cukup untuk berpartisipasi dalam upaya penuruan emisi karbon global.

"Untuk mencapai target nol bersih Goldman dan bank lain telah berkomitmen menghentikan dukungan untuk ekspansi bahan bakar fosil tetapi masih kurang sosialisinya oleh Public Relation (Humas) yang baik," tutur Sierra Club Fossil-Free Finance Campaign Manager Ben Cushing.

Pada Kamis, 16 Desember 2021, salah satu regulator bank AS terkemuka mengatakan bank harus membuat penilaian risiko keuangan yang berasal dari perubahan iklim sebagai bagian integral dari pekerjaan mereka.

Office of the Comptroller of the Currency menyampaikan pihaknya meminta umpan balik terkait rancangan prinsip untuk pengawas bank. Dengan perhatian khusus pada perusahaan dengan aset lebih dari USD 100 miliar atau Rp 1.436 triliun (asumsi kurs Rp 14.360 per dolar AS).

Draf memaparkan visi menyeluruh terkait bagaimana bank harus mengintegrasikan risiko perubahan iklim ke dalam hampir setiap aspek bisnisnya. Langkah ini adalah gebrakan paling signifikan regulator di bawah pemerintahan Biden demi mendorong bank mempriorotaskan risiko iklim.

3 dari 3 halaman

Sinkronisasi Bisnis

Pada Maret, Goldman menyatakan akan menyelaraskan kegiatan pembiayaannya guna mendukung target nol bersih pada 2050. Laporan Kamis pekan ini menetapkan serangkaian target awal untuk 2030.

"Berfokus pada sektor-sektor di mana kami melihat peluang secara proaktif melibatkan klien kami, menyebarkan modal, dan berinvestasi dalam solusi komersial baru. Kami percaya perusahaan di sektor tersebut membutuhkan dukungan besar berupa modal dan saran strategis untuk mencapai tujuan nol bersih,” tulisnya.

Solomon menyampaiakan hasil penelitian bank membutuhkan sekitar USD 56 triliun (atau Rp 804,2 kuadlirilun) untuk mencapai ekonomi nol bersih pada 2050. Caranya dengan menerapkan investasi infrastruktur hijau secara global.

Goldman Sachs juga mulai terjadi sinkronisasi pinjamannya dengan dorongan dunia sebagai upaya mengurangi emisi karbon global. Pada Oktober, kolongmerat bank AS bergabung dengan Net Zero Banking Alliance milik PBB.

Inovasi kian bermunculan tatkala investor yang berfokus pada iklim menyerukan bank-bank besar AS untuk segera mengurangi pembiayaan pada entitas pengembangan bahan bakar fosil. Dengan komitmen “mengekang” emisi global saja tidak cukup.

Awal pekan ini, HSBC mengharapkan semua kliennya memiliki rencana keluar dari pembiayaan batubara termal pada akhir 2023. Para pemimpin dunia menekankan pentingya membatasi pemanasan global hingga 1,5 derajat Celcius.

Perjanjian Paris 2015 mengikat negara-negara untuk membatasi kenaikan suhu rata-rata global di bawah 2 derajat Celcius di atas tingkat pra-industri, dan menargetkan 1,5 derajat Celcius. 

 

 

Reporter: Ayesha Puri

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.