Sukses

Fitch Sebut Evergrande Gagal Bayar Utang

Liputan6.com, Hong Kong - Lembaga pemeringkat internasional, Fitch Ratings menilai Evergrande, pengembang properti China telah gagal membayar utang.

Pada Kamis, 9 Desember 2021, Fitch Ratings menurunkan peringkat Evergrande dan anak perusahaan menjadi default terbatas yang berarti Evergrande telah gagal memenuhi kewajiban keuangannya.

Fitch menyatakan, penurunan peringkat mencerminkan ketidakmampuan perusahaan untuk membayar bunga yang jatuh tempo pada awal pekan ini untuk dua obligasi dolar AS. Pembayaran jatuh tempo pada bulan lalu, dan masa tenggang berakhir Senin.

Fitch mencatat Evergrande tidak membuat pengumuman tentang pembayaran, juga tidak menanggapi pertanyaan dari lembaga pemeringkat.

"Oleh karena itu kami berasumsi mereka tidak dibayar,” kata Fitch dilansir dari CNN, Jumat (10/12/2021).

Evergrande memiliki total kewajiban sekitar USD 300 miliar atau sekitar Rp 4.312 triliun (asumsi kurs Rp 14.376 per dolar AS).

Analis khawatir selama berbulan-bulan tentang apakah default dapat memicu krisis lebih luas di pasar properti China, merugikan pemilik rumah dan sistem keuangan lebih luas. The Federal Reserve atau bank sentral Amerika Serikat memperingatkan bulan lalu masalah di real estate China dapat merusak ekonomi global.

Evergrande tidak segera menanggapi permintaan dari CNN Business untuk memberikan komentar. Namun, perusahaan telah memperingatkan ini mungkin akan datang.

Dalam pengajukan ke bursa Jumat pekan lalu dikatakan mungkin tidak memiliki cukup data untuk memenuhi kewajiban keuangannya. Pada saat itu, pihaknya berencana secara aktif terlibat dengan kreditur luar negeri dalam rencana restrukturisasi.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Laporan S&P 500 Terkait Evergrande

Dalam pengajuan lain pada Senin pekan ini, perusahaan mengatakan akan membentu komite manajemen risiko yang akan dipimpin oleh Chairman dan Pendiri Evergrande Xu Jiayin untuk fokus pada mengurangi dan menghilangkan risiko di masa depan. Kekhawatiran default telah mendorong saham saham Evergrande anjlok 20 persen pada Senin pekan ini. Sepanjang 2021, saham Evergrande turun 87 persen.

Perusahaan telah berjuang selama berbulan-bulan untuk mengumpulkan uang tunai membayar pemberi pinjaman. Xu bahkan telah menjual aset pribadi untuk menopang keuangannya.

Sebelumnya perusahaan tampak menghindari default pada salah satu obligasi luar negeri dengan membayar bunga jatuh tempo sebelum masa tenggang berakhir. Namun, sekarang rentetan itu telah berakhir.

Lembaga pemeringkat kredit lainnya, S&P 500 mengatakan, awal pekan ini, gagal bayar tampaknya tak terelakkan untuk Evergrande dengan pembayaran kembali USD 3,5 miliar obligasi berdenominasi dolar AS yang akan jatuh tempo dalam beberapa bulan ke depan.

“Penerbit (Evergrande) tampaknya tidak membuat banyak kemajuan dalam melanjutkan kosntruksi, mengingat kesulitannya dalam meningkatkan pembiayaan baru,” tulis Analis S&P Global dalam sebuah catatan.

China telah berusaha untuk menahan dampak tersebut. Pada Jumat lalu, pemerintah daerah di Guangdong, tempat Evergrande berbasis mengatakan akan kirim kelompok kerja ke Evergrande untuk mengawasi manajemen risiko, memperkuat kontrol internal dan mempertahankan operasi normal atas permintaan perusahaan.

3 dari 3 halaman

Langkah Bank Sentral China

Bank sentral China dan regulator keuangan lainnya telah mencoba meyakinkan publik masalah Evergrande dapat diatasi. Bank sentral juga mengumumkan akan memompa USD 188 miliar dalam ekonomi, tampaknya untuk melawan tekanan real estate.

"Hak-hak pemegang saham dan kreditur Evergrande akan sepenuhnya dihormati sesuai dengan senioritas hukum mereka,” ujar Gubernur PBOC Yi Gang.

Selain itu, pengembang China lainnya juga alami masalah. Fitch menurunkan peringkat grup Kaisa menajdi default terbatas.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.