Sukses

The Fed Bakal Bahas Percepatan Tapering pada Pertemuan Desember 2021

Saat bertemu komite Senat, Jerome Powell menyampaikan pandangannya terkait tapering bergerak lebih cepat

Liputan6.com, New York - Ketua bank sentral Amerika Serikat atau Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell mengisyaratkan akan meningkatkan upaya untuk pemulihan ekonomi dan menekan lonjakan inflasi.

Saat bertemu komite Senat, Jerome Powell menyampaikan pandangannya terkait pengurangan laju pembelian obligasi bulanan bergerak lebih cepat daripada waktu yang sudah terjadwal.

Sebelumnya pengurangan obligasi atau tapering USD 15 miliar, setara Rp 215,1 triliun (estimasi kurs Rp 14.344 per dolar AS) per bulan sesuai pengumuman pada awal November. Dia pun berharap masalah tersebut dapat dibahas lebih lanjut dalam rapat pada Desember 2021.

"Pada titik ini, ekonomi sangat kuat dan tekanan inflasi lebih tinggi. Menurut pandangan saya, kami akan mempertimbangan menutup taper pembelian aset kami. Sebelumnya kami menyampaikan hal serupa pada pertemuan November. Atau beberapa bulan lebih cepat merupakan keputuasan tepat. Saya berharap, kita akan membahasnya pada pertemuan kita yang akan datang,” ujar Powell dilansir dari laman CNBC, ditulis Kamis (2/12/2021).

Rencana pengurangan awal pembelian obligasi diproyeksikan selesai sekitar Juni. Dengan syarat, komite mempercepat kebijakan tersebut. Sehingga penutupan bisa terlaksana lebih awal tepatnya pada musim semi. Hal ini memberi kelonggaran bagi The Fed demi menaikkan suku bunga.

Akibat komentar Powell, saham-saham  berjatuhan. Sedangkan imbal hasil obligasi pemerintah justru bergerak naik pada perdagangan Selasa pekan ini.

Pernyataan Ketua The Fed menambah kekhawatiran terhadap pasar yang gelisah atas jenis varian terbaru COVID-19, omicron. Walaupun pada indikasi awal adalah variannya lebih ringan daripada versi sebelumnya.

Federal Open Market Committee (FOMC) menetapkan kebijakan moneter termasuk suku bunga dan upaya Fed dalam meningkatkan aktivitas melalui pembelian obligasi. FOMC menuturkan setelah pertemuan November kecepatan akan dipotong sebesar USD 15 miliar atau Rp 215,1 triliun per bulan. USD 10 miliar berasal dari treasurys dan USD 5 miliar dari hipotek dengan jaminan.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Tapering

Pengumuman pasca-pertemuan mengindikasikan aksi pengurangan obligasi berpotensi terjadi pada November dan Desember. FOMC mencatat pihaknya siap guna menyesuaikan laju pembelian apabila diberikan agunan dari perubahan dalam prospek ekonomi.

Rekam jejak rapat menunjukkan anggota komite siap tidak hanya untuk memotong pembelian aset. Namun, mencakup pula upaya menaikkan suku bunga apabila inflasi terus berlanjut. The Fed telah membeli setidaknya USD 120 miliar atau Rp 1.721,2 triliun per bulan.

Dana bersumber dari treasurys sebanyak USD 80 miliar (atau Rp 1.146,5 triliun) ditambah  USD  40 miliar (sebanding Rp 573,7 triliun) dari MBS.

Powell menjelaskan, pembelian obligasi menambahkan sekurangnya USD 4,5 triliun ke neraca Fed sehingga totalnya USD 8,73 triliun. Persediaan ini mendukung kegiatan ekonomi. AS. Akan tetapi, Powell mengatakan kemajuan ekonomi berakibat menghilangkan urgensi dari program terrsebut terkait pelonggaran kuantitatif.

“Kebutuhan untuk itu jelas berkurang karena ekonomi terus menguat, seperti yang kita lihat kelanjutan dari tekanan inflasi yang signifikan Itulah mengapa kami mengumumkan akan mengurangi. Itu juga yang menjadi alasan kami harus membahas sedikit lebih cepat pada pertemuan kami berikutnya, ”katanya.

Dia tidak menunjukkan berapa banyak perkembangan percepatannya. Ekonom Citigroup mengungkapkan The Fed dapat menggandakan pengurangan pembelian obligasi menjadi USD 30 miliar per bulan. Powell menegaskan pengurangan tidak boleh dilihat sebagai indikasi kenaikan suku bunga akan segera terjadi.

Saat ini, pasar memperkirakan setidaknya berpotensi terjadi dua kali kenaikannya. Pertama pada 2022 dan Desember 2022.  Sedangkan proyeksi pejabat Fed sepanjang September menunjukkan jadwal yang kurang agresif. Proyeksi tersebut juga akan diperbarui pada Desember.

3 dari 3 halaman

Dampak Omicron

Sejak pertemuan FOMC pada November, poin data tambahan menunjukkan inflasi berjalan dengan kecepatan tertinggi lebih dari 30 tahun.

Selama dengar pendapat Selasa, 30 November 2021 di depan Komite Perbankan, Perumahan dan Urusan Perkotaan Senat, Powell dicecar banyak pertanyaan. Terutama mengenai inflasi dan kebijakan seperti apa yang dipertimbangkan The Fed.

Pejabat Fed menyatakan inflasi bersifat sementara dan Powell mendefinisikan sebagai kondisi yang tidak akan meninggalkan “bekas” permanen terhadap ekonomi global khususnya AS.

Pernyataan muncul pasca-pertemuan pada November meskipun ungkapan itu mungkin tidak berguna lagi.

"Setiap orang memiliki persepsi yang berbeda dari kata “sementara”.  Sebagian orang mengartikan sebagai jangka waktu yang pendek. Kami cenderung memaknainya bahwa itu (COVID-19) tidak akan meninggalkan bekas permanen dalam bentuk inflasi yang lebih tinggi. Saya pikir mungkin ini saat yang tepat untuk menghentikan kata itu dan mencoba menjelaskan dengan lebih jelas apa yang kami maksud,” ungkap Powell

Powell berjanji The Fed akan waspada dalam mengendalikan inflasi.

“Anda telah melihat kebijakan The Fed beradaptasi dan para investor akan melihatnya terus beradaptasi. Kami akan menggunakan alat kami untuk memastikan bahwa inflasi yang lebih tinggi tidak mengakar,” tanggapan Powell. (Ayesha Puri)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.