Sukses

Pasar Obligasi Dinilai Stabil Setelah The Fed Umumkan Tapering

The Fed dengan jelas menyampaikan belum ada rencana kenaikan suku bunga hingga proses tapering berakhir sehingga berikan kejelasan bagi pasar.

Liputan6.com, Jakarta - Kondisi pasar obligasi global dan domestik stabil setelah pengumuman tapering the Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral Amerika Serikat (AS).

Senior Portfolio Manager, Fixed Income PT Manulife Aset Manajemen Indonesia, Syuhada Arief menuturkan, hal tersebut dilihat dari imbal hasil US Treasury 10 tahun stabil pada kisaran 1,5 persen-1,6 persen dan obligasi pemerintah Indonesia 10 tahun stabil di kisaran 6 persen.

"Rencana tapering tersebut sudah dikomunikasikan dengan baik sebelumnya oleh The Fed sehingga kebijakan tapering ini sudah diantisipasi oleh pasar dan tidak menimbulkan gejolak,” kata dia dalam catatannya, dikutip Minggu (28/11/2021).

Ia menambahkan, the Fed dengan jelas menyampaikan belum ada rencana kenaikan suku bunga hingga proses tapering berakhir.

"Komunikasi ini memberikan kejelasan bagi pasar, bahwa suku bunga akan tetap pada level akomodatif,” ujar dia.

Untuk pasar obligasi Indonesia, Syuhada menilai, daya tarik utama pasar obligasi Indonesia adalah tidak ada penawaran baru dari oblihasi pemerintah melalui mekanisme lelang Kementerian Keuangan hingga akhir tahun.

Selain itu, pasar obligasi Indonesia didukung oleh dinamika pasar domestik yang suportif. Indonesia saat ini pada era suku bunga rendah, dengan tingkat suku bunga acuan BI pada level terendah sepanjang masa.

"Dalam kondisi ini obligasi masih menjadi salah satu instrumen investasi alternatif untuk mencari imbal hasil yang lebih menarik,” kata dia.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Faktor Lainnya

Selain itu, pasar obligasi juga didukung oleh kebijakan burden sharing yang diperpanjang hingga 2022 dan defisit APBN yang ditargetkan turun menjadi 4,85 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) sehingga mengurangi penerbitan SBN dan suportif bagi dinamika demand-supply pasar.

Faktor lain yang menjadi support bagi pasar obligasi Indonesia adalah komposisi pasar yang semakin didominasi oleh investor domestik.

"Komposisi investor asing di pasar obligasi Indonesia saat ini hanya sekitar 21 persen, jauh lebih rendah dibanding 38 persen pada akhir 2019 sebelum pandemi, sehingga risiko pelemahan pasar yang disebabkan oleh dana asing keluar dari Indonesia menjadi lebih minim,” tutur dia.

Sementara itu, tantangan utama pasar obligasi adalah ketidakpastian terkait gangguan rantai pasokan global.

"Skenario dasar kami adalah inflasi global akan mengalami moderasi di 2022 seiring dengan perbaikan rantai pasokan global,” kata dia.

Namun, ia menuturkan, apabila gangguan rantai pasokan terjadi lebih panjang dari ekspektasi, kondisi ini dapat mempengaruhi ekspektasi inflasi pasar dan menekan The Fed untuk lebih agresif.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.