Sukses

Holding Bandara Sydney Sepakati Pembelian Setara Rp 249,56 Triliun

Keputusan pembelian operator bandara terbesar dan satu-satunya tercatat di Australia bersamaan dengan pelonggaran aktivitas ke luar negeri.

Liputan6.com, Sydney - Sydney Airport Holdings menyampaikan pihaknya telah menyetujui tawaran pengambilalihan USD 17,5 miliar atau 23,6 miliar dolar Australia atau sekitar Rp 249,56 triliun (asumsi kurs 14.261 per dolar AS) dari kelompok investor infrastruktur. Transaksi itu menjadikan salah satu pembelian terbesar di Australia.

Perusahaan mengatakan dengan persetujuan penuh untuk merekomendasikan tawaran pembelian dari Sydney Aviation Alliance (SAA). Yang mana investor SAA terdiri dari Australia IFM Investors, Qsuper, AustralianSuper dan Global Infrastructure Partners yang berbasis di Amerika Serikat (AS), dalam pernyataan perseroan.

Keputusan pembelian operator bandara terbesar dan satu-satunya tercatat di Australia bersamaan dengan pelonggaran aktivitas ke luar negeri oleh pemerintah Australia. Akta implementasi transaksi sudah dibuat pada Senin, 8 November 2021. Perusahaan menuturkan skema ini akan berlangsung mulai Januari 2022.

SAA memberikan harga sebesar 8,75 dolar Australia per saham pada September 2021. Nilai ini lebih besar 6 persen daripada tawaran pertama di angka 8,25 dolar Australia. Dengan kesepakatan yang terjadi pada September memberikan keyakinan terhadap dewan perusahaan untuk memberikan akses uji tuntas kepada konsorsium.

“Dewan Bandara Sydney percaya hasilnya mencerminkan nilai jangka panjang yang sesuai untuk bandara. Dengan suara bulat merekomendasikan proposal tersebut,” ujar Chairman David Gonski, dilansir dari laman Channel News Asia, Senin (8/11/2021).

Kesepakatan itu masih bergantung pada laporan ahli independen, persetujuan 75 persen pemegang saham operator bandara, perizinan dari regulator dan Foreign Investment Review Board. Sebuah proses yang dapat memakan waktu berbulan-bulan.

“Kami menantikan para pemegang saham memberikan suara atas kesempatan yang diusulkan. Aliansi kami merupakan perwakilan dari jutaan orang Australia. Tujuan kami adalah bekerja keras guna menggaet lebih banyak penerbangan dan penunmpang ketika industri penerbangan dibuka setelah pandemi COVID-19,” tutur Chief Executive David Neal atas nama konsorsium.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Imbas Kesepakatan

Australian Competition and Consumer Commission sedang menyelidiki dampak transaksi ini terhadap persaingan di Australia.

Termasuk efek kepemilikan konsorsium atas beberapa bandara di negara kangguru itu. Rencananya hasil tersebut dirilis pada Selasa, 16 Desember 2021.

IFM Investors memegang saham besar di beberapa bandara di ibu kota negara bagian Australia lainnya. Termasuk Brisbane dan Melbourne.

Analis RBC Capital berpendapat rekomendasi dengan "suara bulat" dari dewan telah membatasi potensi apresiasi harga saham. Pada Senin, 8 November 2021 tercatat mengalami kenaikan sebesar 2,79 persen menjadi USD 8,46.

“Saya pikir itu kesepakatan yang bagus untuk para investor. Pemegang saham mungkin akan memilih menerimanya tahun depan,” tambah Deputy Head of Investments di VanEck Jamie Hanna

Perjanjian tersebut memunculkan adanya pemberlakuan kewajiban tidak tersedianya toko sehingga meminimalkan interaksi di bandara Sydney. Perusahaan mengatakan SAA diberikan kesempatan untuk membandingkan setiap proposal  yang memiliki potensi lebih besar.

Hal ini termasuk biaya istirahat sebesar 150 juta dolar Australia yang harus dibayarkan jika kesepakatan hanya disetujui oleh salah satu pihak.

 

 

Reporter: Ayesha Puri

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.