Sukses

Pelaku Pasar Prediksi The Fed Bakal Dongkrak Suku Bunga Mulai 2022

Pelaku pasar bertaruh the Federal Reserve menaikkan suku bunga dua kali pada 2022 dan tiga kali pada 2023,

Liputan6.com, Jakarta - Buntut dari pernyataan the Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral Amerika Serikat (AS) untuk mengurangi pembelian obligasi atau tapering, trader atau pelaku pasar prediksi the Fed akan segera dongkrak suku bunga pada Juli 2022.

Pelaku pasar bertaruh the Federal Reserve menaikkan suku bunga dua kali pada 2022 dan tiga kali pada 2023, hal itu berdasarkan Fed Funds future contracts. Demikian mengutip dari laman CNBC, ditulis Sabtu (6/11/2021).

Pelaku pasar melihat situasi ini adalah indikasi the Fed akan menaikkan suku bunga penuh pertama mulai September 2021 hingga Juli 2022. Seperti yang sudah diprediksikan banyak analis, the Fed menyampaikan pengurangan pembelian obligasi yang selama ini USD 120 miliar setara Rp1.720.5 triliun (asumsi kurs Rp 14.337 per dolar AS).

Pasar berspekulasi the Fed akan mulai menaikkan suku bunga setelah tapering selesai dilakukan pada pertengahan 2022. Sebelum rapat, the futures indikasikan 75 persen kenaikan suku bunga dilakukan pada musim panas ke depan. Hingga akhir tahun, prediksi tidak berubah.

Direktur Wells Fargo, Mike Schumacher menuturkan, ada dua kali kenaikan suku bunga. Pada 2023, pelaku pasar berharap tiga kali kenaikan suku bunga. Sebelumnya the Fed pangkas suku bunga pada awal pandemi COVID-19.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Bagaimana Dampak Tapering terhadap Indonesia?

Sebelumnya, Bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed) resmi mengumumkan akan mengurangi laju pembelian obligasi atau tapering pada akhir November. Hal ini dilakukan untuk menarik sejumlah stimulus di pasar dan ekonomi.

Melihat keputusan ini, Head of Investment Information PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Roger menegaskan bila tapering yang akan dijalankan tidak terlalu berdampak untuk pasar saham Indonesia.

"Tapering tidak terlalu signifikan berdampak pada maret Indonesia. Bila terjadi capital outflow, tak akan terlalu signifikan," ujar Roger, Kamis, 4 November 2021.

Roger juga menegaskan, investor lebih mencermati hasil laporan keuangan yang akan dirilis emiten pada kuartal III 2021 dan data perekonomian seperti Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur Oktober yang mencapai level tertinggi 57,2.

"Investor akan cenderung melakukan window dressing dari laporan kuartal III di akhir tahun. Ekonomi juga cenderung mengalami perbaikan," ujarnya.

Melihat sentimen positif yang diberikan, Roger menyebut, IHSG diprediksi berada di posisi 6.880 hingga akhir tahun ini. Federal Open Market Committee (FOMC) menyebutkan penurunan pembelian obligasi  atau tapering off akan dimulai akhir bulan ini.

The Fed akan kurangi USD 15 miliar setiap bulan antara lain USD 10 miliar dalam treasury atau surat berharga dan USD 5 miliar mortgage-backed-securities atau sekuritas berbasis hipotek dari aksi pembelian the Fed sebesar USD 120 miliar per bulan.

FOMC mengatakan, langkah itu dilakukan mengingat kemajuan substansial lebih lanjut yang telah dibuat ekonomi menuju tujuan FOMC sejak Desember lalu.

Pernyataan FOMC yang disetujui dengan suara bulat menekankan the Fed tidak berada di jalur yang telah ditentukan sebenarnya akan melakukan penyesuaian proses jika perlu.

 

Reporter: Ayesha Puri

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.