Sukses

Medco Bersama PacificLight dan Grup Salim Ekspor Energi Listrik ke Singapura

Medco Power menggandeng Konsorsium PacificLight Power Pte Ltd (PLP) dan Gallant Venture Ltd yang masuk bagian dari grup Salim kembangkan EBT.

Liputan6.com, Jakarta - Medco Power menggandeng Konsorsium PacificLight Power Pte Ltd (PLP) dan Gallant Venture Ltd yang masuk bagian dari grup Salim untuk mengembangkan pilot project impor memakai pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) dari Indonesia ke Singapura, di Pulau Bulan, Riau.

Hal ini setelah menerima izin impor listrik dari Energy Market Authority (EMA) Singapura. Proyek ini berkapasitas 670 Mwp sebagai tahap awal yang akan menyediakan listrik yang setara dengan 100 MW non-intermittent ke Singapura.

"Hal ini sejalan dengan rencana pemerintah Singapura dalam melaksanakan program Singapore Green Plan 2030 untuk meningkatkan porsi energi terbarukan,” tulis perseroan dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), dikutip Rabu (27/10/2021).

Konsorsium telah teken joint development agreement saat acara Singapore International Energy Week pada 25 Oktober 2021 yang dihadiri oleh Menteri dan Sumber Daya Mineral Indonesia, Menteri Tenaga Kerja, Menteri Kedua Perdagangan dan Perindustrian Singapura, Duta Besar Indonesia untuk Singapura dan Chief Executive EMA.

CEO Medco Power, Eka Satria menuturkan, sebagai salah satu produsen listrik independent (IPP) terbesar di Indonesia dengan komitmen pada Energi Bersih dan Terbarukan (EBT) memiliki pengalaman mengembangkan proyek pembangkit EBT.

"Kami mempunyai pengalaman dalam mengembangkan proyek pembangkit EBT, seperti PLTP Sarulla, PLTP Ijen, dan PLTS Sumbawa untuk mendukung operasi tambang kami. Kami menyambut baik kerja sama dengan PLP dan grup Salim dalam mengembangkan proyek PLTS Pulau Bulan,” kata dia.

Ia menambahkan untuk Indonesia, proyek ini akan membawa banyak manfaat antara lain meningkatkan investasi di bidang EBT, kesempatan peningkatan lapangan kerja, dan industri terkait.

Sementara itu, CEO MedcoEnergi, Roberto Lorato menambahkan, proyek ini merupakan bagian dari komitmen MedcoEnergi terkait perubahan iklim dan rencana pengembangan portfolio energi terbarukan.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Kinerja MEDC hingga Semester I 2021

PT Medco Energi Internasional Tbk membukukan kinerja positif selama semester I 2021. Perseroan mencatat pertumbuhan pendapatan dan meraih laba selama enam bulan 2021.

Mengutip laporan keuangan yang disampaikan ke Bursa Efek Indonesia (BEI), dikutip Rabu (27/10/2021),PT Medco Energi Internasional Tbk meraup pendapatan USD 636,29 juta hingga semester I 2021. Pendapatan itu tumbuh 11,66 persen dari periode sama tahun sebelumnya USD 569,80 juta.

Perseroan mencatat beban pokok pendapatan dan biaya langsung lainnya naik 6,3 persen dari USD 378,43 juta menjadi USD 402,29 juta pada semester I 2021.

Dengan demikian, laba kotor naik 22,27 persen menjadi USD 233,99 juta hingga semester I 2021 dari periode sama tahun sebelumnya USD 191,37 juta.

MEDC mencatat laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar USD 46,48 juta hingga semester I 2021 dari periode sama tahun sebelumnya rugi USD 121,87 juta.

3 dari 3 halaman

Total Liabilitas dan Aset

Sementara itu, total liabilitas perseroan turun menjadi USD 4,14 miliar hingga semester I 2021 dari periode Desember 2020 USD 5,07 miliar. Total ekuitas naik menjadi USD 1,21 miliar pada semester I 2021 dari periode Desember 2020 sebesar USD 1,16 miliar.

Total aset turun dari USD 6,24 miliar pada Desember 2020 menjadi USD 5,34 miliar pada 30 Juni 2021.

CEO PT Medco Energi Internasional Tbk, Roberto Lorato menuturkan, harga pada paruh kedua 2021 terus membaik. Diikuti permintaan gas domestik mulai publik setelah setelah lockdown ekonomi di Indonesia.

“Saat ini kami telah mempublikasikan Strategi Perubahan Iklim beserta langkah-langkah awal untuk memenuhi komitmen MedcoEnergi dalam mencapai emisi Net Zero untuk Scope 1 dan Scope 2 pada tahun 2050 dan Scope 3 pada tahun 2060,” kata dia dikutip dari keterbukaan informasi BEI.

Adapun laba bersih perseroan yang berhasil diraih hingga semester I 2021, ketiga segmen bisnis membukukan laba. Kontribusi dari minyak dan gas sebesar USD 88 juta, ketenagalistrikan USD 22 juta, dan Amman Mineral Nusa Tenggara sebesar USD 33 juta. Ini seiring kinerja fase 7 yang terus meningkat dan diimbangi oleh biaya kantor pusat dan pinjaman.

Selain itu, perseroan telah realisasikan belanja modal USD 28 juta. Realisasi belanja modal ini konsisten dengan rendahnya aktivitas selama pembatasan COVID-19 pada semester I 2021.

"Pengeluaran akan meningkat pada paruh kedua, tetapi rencana belanja modal setahun akan tetap sesuai pedoman 2021 perseroan,” tulis perseroan.

Di sisi lain, EBITDA 1H-2021 sebesar USD 318 juta, meningkat 15 persen year-on-year, sebagian besar terkait pulihnya harga komoditas.

Harga minyak USD 62,3/bbl, 61 persen lebih tinggi year-on-year (USD38,7/bbl) dan harga rata-rata gas AS$5,9/mmbtu, 8 persen lebih tinggi year-on-year (USD5,4/mmbtu).  

EBITDA pada kuartal kedua 2021 adalah USD159 juta, sedikit di bawah EBITDA kuartal pertama meskipun harga minyak lebih tinggi dikarenakan penghentian fasilitas yang tidak direncanakan serta adanya biaya terkait aset internasional dan Aceh

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.