Sukses

Bos BCA Sebut Nilai Kapitalisasi Pasar Saham BBCA Setara 6 Decacorn

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), per 15 Oktober 2021, kapitalisasi pasar saham BBCA mencapai Rp 934 triliun.

Liputan6.com, Jakarta PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) mencatatkan kapitalisasi pasar terbesar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Bahkan Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) Jahja Setiaatmadja menyebutkan, kapitalisasi pasar saham BBCA kalau ala unicorn, nilainya bisa setara enam decacorn.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), per 15 Oktober 2021, kapitalisasi pasar saham BBCA mencapai Rp 934 triliun. Kapitalisasi pasar saham BBCA ini terbesar di BEI. Kemudian disusul PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) senilai Rp 648 triliun, dan PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) senilai Rp 377 triliun.

Jahja mengatakan, salah satu mengenal saham top notes dilihat salah satu indikatornya dari nilai kapitalisasi pasar.

"Dengan harga Rp 7.500 market cap BCA sudah lebih Rp 900 triliun. Pada Rp 8.250, sempat melebihi Rp 1.000 triliun. Kalau dibagi dolar Amerika Serikat Rp 14.200 kira-kira USD 63 miliar-USD 65 miliar. Kalau ala unicorn, 6 decacorn. Satu decacorn USD 10 miliar. Ini sudah USD 63 miliar, nilainya 6 decacorn,” ujar dia dalam tayangan video, dikutip Minggu (17/10/2021).

Jahja juga membagikan kiat investasi saham. Salah satunya dengan melihat langkah yang dilakukan seperti investor institusi, asing dan fund manager, asing harus memegang saham kapitalisasi pasar besar.

"Karena performance mereka diukur dengan kenaikan atau penurunan dari indeks Jakarta Stock Exchange. Kalau tidak koleksi big market cap, performa bisa underperform,” kata dia.

Oleh karena itu, ia mengatakan, investor institusi cenderung lebih memilih saham kapitalisasi pasar besar. ”Saham big market lebih favorit,” kata dia.

Jahja menilai, saham kapitalisasi pasar besar menjadi pilihan investor institusi karena lebih tahan terhadap sentimen.

Jahja mencontohkan, kalau ada  sentimen Amerika Serikat akan lakukan tapering November hingga tahun depan, trade war antara AS dan China, harga komoditas tinggi, potensi kasus COVID-19 dapat memicu koreksi saham. Meski demikian, ia mengatakan, ketika kondisi normal, saham kapitalisasi pasar besar akan paling cepat naik.

“Itu tak akan hindarkan penurunan saham termasuk market cap besar. Kondisi normal paling cepat naik market capnya besar. Kalau tunggu-tunggu ketinggalan kereta, jadi buru-buru buyback dari sebelumnya jual saham,” ujar dia.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Kiat Investasi

Selain dari kapitalisasi pasar, Jahja mengatakan, investor asing juga melihat perusahaan yang membagikan dividen. Ada perusahaan besar membagikan dividen dua kali yaitu dividen interim dan dividen final.

"Dividen interim BCA itu November-Desember. Di samping itu nanti April-Mei pada saat RUPS diumumkan dividen final. Itu juga salah satu ciri investor asing suka saham-saham yang bagikan dividen,” kata dia.

Ia menambahkan, perusahaan yang membagikan keuntungannya kepada pemegang saham melalui dividen sehingga disukai investor. Jahja mengatakan, investasi saham juga seperti menabung. Dibutuhkan kedisiplinan dan ketekunan untuk investasi terutama untuk jangka panjang.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.